Patompo semasa hidupnya termasuk figur yang disenangi banyak orang. Hampir setiap orang yang datang meminta bantuan tidak pernah dia kecewakan. Termasuk teman-teman wartawan. Kalau teman-teman mau meminta sesuatu, Patompo sebenarnya tak langsung memberi mereka uang, tetapi hanya nota. Yang menerima nota, biasanya sudah hafal betul parafnya Patompo. Paraf punya kode. Dipenuhi seluruhnya, sebagian, dan ditolak.
Begitulah, suatu hari Patompo ke luar daerah. Sopir menjalankan kendaraan dengan sedikit santai. Kendaraan meluncur kurang laju. Patompo ingin segera tiba di tujuan karena biasanya sore hari dia manfaatkan main tenis, olahraga kesenangannya. Ternyata, dari tadi Patompo memperhatikan ulah sopirnya, kemudian berkata:
‘’Kenapa kurang kencang larinya ini otomu?’’.
“Yang penting biar lambat asal selamat, Puang,” balas si sopir.
“Tidak apa-apa. Tancap gas saja,” titah Patompo.
‘’Kita harus hati-hati, nanti bisa kecelakaan, Puang” si Sopir masih berdalih.
“Tidak apa-apa, tancap gas. Tancap gas saja,”desak Patompo sudah mulai tak sabaran.
“Kalau terjadi kecelakaan dan meninggal, Puang enak. Masuk Taman Makam Pahlawan. Kalau saya ini kodong, hanya dikuburkan di pemakaman rakyat biasa,’’ kilah si sopir.
‘’Eee…tidak usah kau khawatirkan itu. Nanti aku dikasih nota, kau juga masuk Taman Makam Pahlawan,’’ kata Patompo (Dahlan Abubakar/bersambung)..