Bisnis kuliner tak ada matinya. Tak pernah surut peminat. Bahkan bisa dibilang jadi primadona,sekalipun saat pandemi covid-19 saat ini. Di tengah berbagai keterbatasan yang memengaruhi berbagai sektor di tengah mewabahnya virus mematikan asal Huwan-Thiongkok itu, malah tercipta peluang bisnis baru. Salah satunya, seperti Kedai Salaiku  yang digagas Imran Holle—mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon di kampung halamannya, Siri Sori Islam, Kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah.

Imran Holle mengawali bisnis kuliner saat menjenguk orang tuanya, Ali Holle dan Rosma Efendi, awal tahun 2021. Di sela-sela kunjungan keluarga itulah, mahasiswa yang juga honorer di Biro Umum Kantor Gubernur Maluku ini, banyak bertukar ide dan gagasan bersama rekan-rekannya. Dia kemudian memosting lokasi di samping rumah orang tuanya di bibir pantai, sekitaran kompleks  Banjir, Dusun Salaiku.

“Ternyata postingan saya di FB mendapat  tanggapan positif. Malah, mereka menantang segera merealisasikan konsep yang saya tawarkan. Maka, dengan modal Rp800.000—hasil tabungan, saya mulai memberanikan diri membangun Kedai Salaiku ini, pada Jumat, 8 Januari 2021,” ujarnya, kepada Inspirasimakassar.com, Kamis, 25 Februari 2021, malam.

Imran yang terinspirasi dari ungkapan Bob Sadino bahwa, bisnis yang berhasil adalah bisnis yang dimulai, tak peduli jenis bisnisnya apa, mengakui, sekalipun di Siri Sori Islam, sudah ada sejumlah cafe, namun Kedai Salaiku memiliki konsep yang beda. Salah satunya, di kalangan millenial tidak saja butuh tempat santai, melainkan diskusi, sekaligus bersenda gurau dalam hal hal positif. Daya tarik lainnya, lantaran memanjakan pengunjung dengan wi’fi gratis

Kedai yang dibangun bujangan berdarah Ambon-Bugis kelahiran Ruta, Kecamatan Amahai, 8 Maret 1992 ini, tidak mau kalah dengan cafe-cafe di kota kota besar. Dengan menggabung konsep indoor dan outdoor yang minimalis dan sederhana, dimana pengunjung bisa bersantai sambil menikmati pemandangan langsung ke pantai bebas, membuat pengunjung, bukan saja anak muda, melainkan orang tua, hingga pajabat desa dan kecamatan datang menyeruput secangkir kopi, dan camilan.

“Selain kopi, juga berbagai minuman disesuikan dengan selera pengunjung. Misalnya, air guraka, dan jahe. Ada pula minuman kekinian-Taro, dan lainnya. Sedangkan camilannya, di antaranya, ubi goreng, pisang coklat kejupula tempe, tahu isi, dan mie kua komplit,” tuturnya, seraya mengaku, harga yang ditawarkan disesuaikan dengan perekonomian di desa. Mulai, Rp8000-Rp12.000.

Soal rasa? Haamm, tidak perlu ragu lagi. Karena,  sudah banyak pelanggan yang terus berdatangan kembali di kedai ini. Rasanya sangat pas pada selera lidah orang Maluku. Padahal, hanya menggunakan bahan – bahan segar, sehingga menciptakan cita rasa berbeda.

Menyinggung pendapatan, Imran enggan menyebut angka pasti. Tetapi,  minimal Rp300.000 hingga Rp400.000 semalam. Sedangkan pengunjung padat pada malam Minggu.  “Malah ada yang antri. Dan, sekadar diketahui, pengunjung di kedai ini, bukan saja warga Siri Sori Islam sendiri, melainkan desa-desa tetangga. Malah dari luar pulau Saparua,” urainya, seraya menambahkan, rencana ke depan, jika kedai ini berkemban g, tidak menutup kemungkinan membuka cabang baru.

Sekalipun jarak Siri Sori Islam kota kecamatan, sekitar 6 km, namun tidak menghambat disrupsi gaya hidup kaum milenial di sini. Dalam menghadapi tantangan pada era disrupsi ini, berdasarkan karakteristik yang dimiliki generasi milenial, dikombinasikan dengan konsep sociopreneur, tentunya memberi dampak besar bagi perekonomian sebuah daerah.

Sociopreneur sendiri berasal dari kata social dan entrepreneur. Artinya, seorang pebisnis yang menjalankan kegiatan wirausaha, dengan fokus menciptakan dampak sosial bagi masyarakat.  Apalagi, negeri yang kini dipimpin Drs.H.Deddy Pattisahusiwa sebagai raja ini, setara dengan kehidupan warga di pusat-pusat kota.

Di sisi lain, berada di tengah-tengah belasan negeri tentangga, Siri Sori Islam dengan penduduk sekitar 3000 jiwa ini, ternyata punya tempat-tempat menarik untuk disinggahi. Satu di antaranya adalah, Kedai Salaiku ini.  Nama  Kedai Salaiku, diambil dari nama salah satu dusun di Siri Sori Islam, yakni Dusun Salaiku. Dusun lainnya Manuhua dan Patiruhu.

Wisatawan Belanda asal Negeri Siri Sori islam saat mengabadikan selat Saparua. (foto:din)

Di kedai ini, anak anak muda sering melepas malam bersama rekan-rekan, menyuruput kopi, sambil menikmati hembusan angin, dan bebunyian ombak yang memecah di babatuan. Menjelang petang, Kedai  Salaiku tidak kalah menarik, karena menawarkan pemandangan teluk Saparua dengan senja yang indah.

Desain interior kedai ini menakjubkan dan elegan. Memiliki dinding yang terbuat dari kayu, dengan nuansa cat  berwarna kuning emas, dilengkapi beberapa gambar, bertuliskan kalimat-kalimat motivasi. Pesan yang disampaikan  Imran Holle, dimaksudkan untuk menambah kesan indah dari sisi indoor kedai. Begitu pula di sisi outdoor, tak kalah keren, karena mempunyai sudut favorit, yaitu  menghadap senja.

Bagi Titin, seorang pungunjung yang baru datang dari Kota Masohi—ibukota Maluku Tengah, Kedai Salaiku cukup berkesan. “Sangat natural, dan cocok bagi pengunjung yang tidak suka keramaian,” ungkapnya, seperti dirilis BeritaBeta.com.

ASN Baplingbanda Kabupaten Maluku Tengah itu membeberkan, meski berada di kawasan perkampungan, namun  sentuhan modern juga dapat dirasakan. Misalnya, pencahayaan lampu yang menerangi tiap sudut kedai ,sehingga menambah suasana romantis.

 “Dan tak kalah paling penting, sunsetnya bisa dinikmati, ditambah dengan suara debur ombak dan hamparan pemandangan Negeri Booy di seberang,” tambah Titin.

Sedangkan Rais, pengunjung lain juga mengatakan, kesan pertama yang didapat saat mengunjungi Kedai Salaiku, lantaran memiliki keunikan. Menunggu matahari terbenam sering dilakukan Rais di tempat ini. Pemilik Walang Es Buah Rasta ini, langit senja bisa menenangkan pikiran, dan sanggup memantik inspirasi untuk terus berkarya.  (Edha Sanaky-din pattisahusiwa-foto-foto/istimewa)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPN Selayar Terbitkan Sertifikat HGB Obyek Wisata Pantai Pinang
Berita berikutnyaPerubahan Perusda Pasar Makassar Raya ke Perumda Tinggal Selangkah
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here