M.Ridha Rasyid

Perjalanan tahun 2020 baru saja berakhir. Telah banyak hal terukir indah dan juga hal belum kita capai. Seluruh upaya telah dilakukan untuk wujudkan asa, cita dan tujuan. Namun, tidak semua yang kita angan dan lakukan itu bisa menjadi nyata. Tidak semua keinginan dapat kita rengkuh, betapapun usaha maksimal telah dikerjakan. Lagi Lagi, bahwa kita bisa berencana, kita mendesain, kita dapat mempersiapkan sesuatu untuk melanjutkan  serta kita arahkan pada capaian yang hendak kita tuju. Tetapi banyak kendala yang kita hadapi.

Tantangan yang berat harus kita pikul. Itulah seni kehidupan, rangkaian fatamorgana  dan mungkin juga ilusi yang tidak tersampaikan. Tugas pokok kita hanyalah berusaha secara terukur dan sistematis. Segala sesuatu berakhir pada apa yang telah kita upayakan. Nasib kita memang berbeda.

Tahun 2020 dilalui dengan pelbagai peristiwa dan petaka. Silih berganti tak tentu arah. Ada yang akibat tangan tangan kita sendiri, juga terjadi diluar kuasa kita. Dan, mungkin tidak pernah kita bayangkan itu akan terjadi secara sporadis.

Salah satunya yang menjadi musibah global, cetakan yang mendunia adalah terjangan Corona Virus yang kemudian menjadi pandemi dunia. Meski terjadi dipenghujung 2019, namun impak-nya  terjadi di 2020. Yang hingga sekarang dan entah sampai kapan batu dapat dikendalikan. Kita menggunakan kata kendali, sebab tidak tahu kapan ini akan hilang. Atau bahkan tidak akan pernah punah sama sekali. Bahkan, info terbaru menyatakan bahwa virus ini bermutasi dari waktu ke waktu.
Fenomena lain juga terjadi, baik itu sosial, ekonomi, politik, keamanan,  lingkungan hidup serta berbagai persoalan moralitas mewarnai perjalanan kehidupan manusia.

Suatu keniscayaan adanya, sebagai rona dari kehidupan itu sendiri. Rentetan dan rangkaian hal yang terjadi itu, adalah bagian dari manifestasi atas apa yang kita lakukan. Tidakkah buah dari perbuatan itu akan kembali kepada pada diri kita.

Maka, yang perlu kita lakukan untuk bisa menapak hari, bulan dan tahun berikutnya, yakni mengoreksi diri, mengevaluasi  diri, merenungi semua apa yang kita katakan,  apa yang kita kerjakan seraya berkomitmen untuk melakukan perubahan, berjanji untuk tidak mengulangi hal yang kurang baik menjadi lebih baik, memperbaiki cara pandang kita dalam menilai apa yang seharusnya kita perbuat, kendatipun itu mungkin akan pahit atau bahkan  mungkin justru merugikan diri kita sendiri.

Resiko, memang, haruslah kita terima, betapapun itu kita tidak pernah merencanakan atau memperkirakan akan sejauh dari apa yang kita pikirkan, perhitungkan. Kemelesetan adalah hal wajar. Ibarat berdagang, yang ada di otak kita adalah keuntungan, pasti berhasil. Tetapi pada kenyataannya justru terbalik. Kerugian menerpa. Kerugian yang mendera. Sebagai seorang pedagang yang yang sejati, itu semua adalah irama dari dari pergulatan hidup. Tidak ada kata menyerah untuk bisa bangkit kembali.  Itulah deskripsi yang telah kita lalui di tahun sebelumnya, itulah panorama hidup uang kita alami di tahun lalu. Saat nya kini kita berubah.

Peluang dan tantangan

Tentu, sekarang kita menuangkan harapan harapan di tahun berganti, kita menaruh banyak asa menyambut tahun yang baru sekarang, kita ingin mencipta warna berbeda, kita ingin ada inovasi terkereasikan dalam cara mengelola diri.


Optimisme  adalah keniscayaan hidup yang pasti kita jalani. Mau atau tidak, terpaksa atau rela  menjadi bagian yang akan kita jalani menapak tahun yang oleh banyak pengamat mengatakan bahwa penuh tanda tanya akan hasil yang dicapai kelak.

Mengapa demikian, sebab utamanya adalah pandemi covid19.  Dampaknya memang, luar biasa hebat. Harapan kita mungkin tidak banyak, selain protokol kesehatan yang menjadi gaya hidup,  juga vaksinasi adalah satu keharusan.

Namun, apakah dengan dua hal itu akan selesai, tentu, jawabnya belum. Populasi dunia belum sebanding kemampuan memproduksi vaksin. Mungkin kita butuh waktu satu dekade untuk menuntaskan vaksinasi. Namun disisi lain, kita tidak berkonsentrasi satu persoalan, persoalan lainnya juga memerlukan penanganan seksama. Namun yang pasti, politik masih menjadi primadona bangsa bangsa  di dunia.

Ekonomi akan bergerak seiring  dengan stabilitas politk.  Kecenderungan pergeseran pusat kendali politik ke Timur, China, Korsel , Jepang dan India akan mewarnai pergerakan ekonomi yang mereka kuasai. Eropa masih menantikan dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Afrika mungkin yang tidak punya kerentanan ekonomi yang berpengaruh oleh karena di sana investor utama di kuasai China.

Australia dan  Selandia Baru  juga negara negara pula kecil di sekitarnya masih punya ketergantungan pada produksi pertanian dan peternakan yang ada, sembari impor dari multi-negara sekitar. Bagaimana dengan kawasan Asean, diperkirakan masih mengalami stagnan. Terutama di Laos, Timor Leste Kamboja dan Laos.

Indonesia, Thailand, Philipina masih nyaris sama persoalan yang mereka hadapi. Multi dimensi kepentingan politik sembari mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan peningkatan ekspor dari surplus hasil bumi. Sektor industri dan manufacturing   yang digenjot agar ada keseimbangan dengan impor yang masih menguasai pasar dalam negeri.
Persoalan sosial, terutama kemiskinan juga perlu diwaspadai agar tidak terjadi gejolak sosial, anarkhis  hingga kriminalitas di tengah masyarakat.


Memang, tidak sederhana masalah yang dihadapi masing masing negara. Yang pasti pertumbuhan ekonomi hanya pada kisaran minus satu persen hingga tiga persen rata rata dunia. Itu angka persentase yang optimistis. Mungkin pengecualian China dan India yang diprediksi diatas rata rata pertumbuhan dunia atau di atas empat persen.


Oleh karena berbagai keprihatinan masih menghiasi negara negara didunia, terutama negara miskin dan berkembang yang jumlahnya  lebih dari separuh total negara di dunia  perlu mendapatkan perhatian dan kerjasama bilateral dan multi-lateral  supaya mereka tidak semakin terperosok, adalah keharusan dilakukan.


Benang merahnya, tahun 2021 adalah tahun untuk secara bertahap menangani pandemi dengan vaksin yang sudah ada. Langkah awal untuk menumbuhkan herd  imunity. Kekebalan masyarakat. Berikutnya kembali ke masing masing negara untuk menyiapkan berbagai alternatif solusi atas masalah yang ada di negerinya.

Harapannya, kita jalani tahun ini dengan penuh seksama, kerjasama, kebersamaan, memperkuat kesatuan dan persatuan, patriotisme untuk sama berjuang  menghadapi rentetan masalah yang terlahir dari tahun sebelumnya. (M.Ridha Rasyid– Praktisi dan Pemerhati Pemerintahan)



BAGIKAN
Berita sebelumyaAniaya Nasrud, Al diamankan di Polsek Malunda
Berita berikutnyaIhsan Adam Wirawan Fokus Jadi Pemain Bulutangkis Profesional
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here