Makassar, Inspirasimakassar.com:

Dr.H.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum

Pada prosesi pernikahan orang Bugis, kehadiran isi kempu merupakan sesuatu yang dianggap wajib dalam rangkaian proses pernikahan. Kempu dan beragam isi, biasanya dibawa oleh keluarga pengantin laki-laki saat akan melakukan ijab kabul di rumah mempelai wanita.

Cara mengantar kempu ini dibungkus kain putih lalu dililitkan di leher seseorang pria dan berjalan disamping atau belakang pengantin laki-laki. Demikian isi makalah Sekretaris Wilayah Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sulsel, Dr.H.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, saat tampil selaku pemateri pada seminar nasional digelar HPBI Pusat, sekaligus pelantikan pengurus baru HPBI, Sabtu, 6 April 2019 di Kampus PPs-UHAMKA Jakarta.

Makalah yang dibawakan itu berjudul Makna Simbolik Isi Kempu sebagai Pernak Pernik Pernikahan Masyarakat Bugis. Pada makalah itu ditulis bersama dengan Dr. Hasriani serta Sasmayunita.

Dijelaskan, Kampu memuat beberapa jenis benda di dalamnya sarat dengan simbol yang merupakan bagian dari warisan leluhur turun temurun dilakukan. Isi kempu terdiri dari beberapa jenis benda dengan simbol masing-masing. Diantaranya; ada tujuh helai daun nangka, merupakan lambang pengharapan dan doa agar hati kedua mempelai menyatu.

Ada juga uang sebagai perwujudan harga diri dari mempelai pria. Jarum dan Benang, makna sebagai perekat selalu dipasangkan merekat hati kedua insan, tandas Wakil Rektor II Unismuh Makassar ini.

Beras, lambang kesejahteraan penggugah keberlangsungan kehidupan. Buang Pinang, buah ini walau sudah dibelah dua tetap sama bentuknya, ungkap Sekretaris Umum Kesatuan Masyarakat Wajo (Kemawa) ini.

Makna simbol kedua suami isteri tetap bersatu walau dipisahkan oleh jarak. Dua Buah Pala, melambangkan kekuatan cinta dan kasih kedua mempelai. Pisau, bermakna pengamanan berfungsi pelengkap melindungi keamanan rumah tangga.

Sisir, lambang kerapihan, Bedak, alat berhias wanita agar tetap terlihat cantik. Cermin, lambang isteri cerminan dari suami begitu pula sebaliknya, kata mantan Tim Seleksi Anggota KPU Sulsel Pemilu 2019 ini.

Kayu Manis, perwujudan rasa disukai semua orang, agar hubungan keluarga sangat manis. Sepotong Gula Merah, harapan kehidupan keduanya menyejukkan dan penuh kegembiraaan, kata doktor linguistik PPs-Unhas ini.

BAGIKAN
Berita sebelumyaHIPERMATA Programkan Lapak Baca di Takalar
Berita berikutnyaEmpat Pengurus HPBI Sulsel Pemakalah Seminar Nasional di Jakarta
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here