Salah satu menu Rumah Makan Sari Rasa Pak Ndut
Dimana ada gula, disitu ada semut. Ada restoran enak pasti disemutin pengunjung. Terbukti ketika kehadiran Rumah Makan Sari Rasa Pak Ndut di Makassar. Dengan sajian menu kualitas bebek dan ayam goreng membuat Makassar kian kokoh sebagai kota kuliner.
Dengan sajian utama bebek tiga rasa yakni, original, hijau dan sangan membuat warga Kota Makassar selalu mencarinya untuk disantap. Ketiga rasa bebek goreng yang disajikan membuat penikmat kuliner betul-betul mendapatkan sesuatu yang belum pernah mereka temukan di rumah makan lain.
Rasa sangan misalnya. Sebelum digoreng, bebek yang siap digoreng terlebih dahulu dicelup dalam minyak goreng panas. Kemudian di bakar di atas tungku tanah. Sedangkan bebek goreng hijau digoreng kemudian diolesi sambal hijau. Sedangkan original diolesi dengan sambal khas (korek). Menu tiga rasa jangan harap bisa ditemukan di tempat lain.
Manajer Rumah Makan Sari Rasa Pak Ndut Makassar, Askari Husain mengemukakan, sajian bebek goreng tiga rasa di rumah makan yang terletak di Jalan Ratulangi, pas depan Mall Ratu Indah itu sekaligus menjadi ciri khas usaha antara Budiyanto Pamusureng dengan pusat franchise bebek goreng di Jalan Slamet Riyadi 159 Kartosuro, Sukoharjo, Solo Jawa Tengah.
Dengan bumbu yang pas, tidak alot, renyah, dan gurih sampai ke tulang-tulangnya. Membuat bebek goreng yang siap disajikan 16 karyawannya terasa lezat. Karena ditawarkan dengan harga yang pas, membuat berbagai elemen masyarakat, bukan saja di Makassar, melainkan daerah lainnya baik di Sulawesi Selatan maupun provinsi lainnya ketagihan, selalu ketagihan untuk mengonsumsinya. Apalagi juga disiapkan aneka minuman.
“Memang konsumen sekaligus pelanggan di rumah makan Pak Ndut ini dari berbagai lapisan masyarakat dan daerah. Mereka makan di sini, karena pernah mencicipi bebek goreng baik di Jawa maupun di Kalimantan dan Bali. Sekitar 70 hingga 80 % dari dari mereka adalah warga Cina,” tutur Askari Husain beberapa waktu lalu.
Mengapa warga Cina suka bebek goreng? Askari mengaku, kemungkinan berkaitan dengan filosofi orang Cina tentang bebek yang tidak pernah bertengkar. Jalannya pun beriringin. Artinya, warga Cina itu sangat mengedepankan kebersamaan.
Askari mengaku, kehadiran Rumah Makan Pak Ndut ini masih seumur jagung, yakni lima bulan lalu, sehingga capain omzet masih terbilang kecil, rata-rata Rp150 juta. Sekalipun demikian, ia berkeyakinan, ke depan omzet terus bertambah, karena lokasinya demikian strategis. Selain itu, pemiliknya merencanakan menambah minimal dua outlet lagi di Makassar, masing-masing di Jalan Urip Sumohardjo dan Jalan AP Pettarani.
Bahan baku bebek didatangkan dari Sidrap, Pinrang, Takalar, Jeneponto, serta sejumlah daerah lainnya di Sulawesi Selatan. Setgiap bulan didatangkan 800 hingga 1.000 ekor. Sedangkan ayam berkisar 500 hingga 600 ekor.
Mengapa usaha Pak Ndut bisa ada di Makassar? Askari mengaku, berawal dari seorang teman di Celegon mengajak kerja sama dibidang franchising untuk membuka cabang di Makassar. Setelah sepakat, mereka kemudian melakukan survei, utamanya kesediaan tempat usaha, dan modal.
“Modal awal yang disiapkan mendirikan rumah makan ini berkisar antara Rp250 juta hingga Rp300 juta. Setelah itu dilakukan kontrak kerja selama lima tahun,” ujarnya.
Karena usaha bebek goreng ini adalah franschise, maka dalam kontrak itu diantaranya menyebutkan kantor pusat yang menyiapkan bumbu penyedap masakan. Setiap bulan di order sebanyak 1.000 hingga 1.500 bungkus bumbu. Sedangkan, keuntungan yang diberikan 5 %.
Selain di Makassar ujar pria kelahiran Makassar, 25 Pebruari 1969 ini, usaha yang sama juga terdapat 24 cabang di seluruh Indonesia. Jawa, Kalimatan, Sulawesi, dan sejumlah daerah lainnya. (din)