INSPIRASI Makassar.com, MAKASSAR – Skenario baru untuk meningkatkan keluaran lembaga pemroduksi guru atau LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) diperkenalkan oleh USAID PRIORITAS. Skenario baru tersebut akan membuat dosen pendamping lapangan (DPL) lebih sering terjun langsung ikut merefleksi dan mengevaluasi kemajuan siswa calon guru yang sedang praktik mengajar di sekolah didampingi oleh guru pamong (GP).
Dengan skenario tersebut, selama mahasiswa praktik pengalaman lapangan (PPL) yang biasanya berlangsung dua bulan, dia akan mengajar di sekolah tempat dia praktik dengan pendampingan secara bertahap.
Pada tahap pertama guru pamong, atau guru yang menjadi penasehat mahasiswa calon guru, mengajar secara full (100 %) dan mahasiswa calon guru hanya mengamati saja. Tahap kedua guru mengajar 75 %, mahasiswa 25 %. Tahap ketiga, guru 50 % mahasiswa 50 persen, sampai tahap mahasiswa 100 % mengajar dan guru pamong memperhatikan saja. Selama proses-proses ini, dosen pembimbing mengobservasi dan ikut mereviu kegiatan mengajar itu.
“Ketika pada tahap 50;50, harus diadakan konferensi antar mereka bertiga,” ujar Bernard, dosen UNM yang menjadi fasilitator pelatihan Teacher Practicum & Lab And Partner School Training (8 September 2016). Sebuah pelatihan yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS untuk dosen Pembimbing Lapangan, guru pamong dan mahasiswa PPL yang dimaksudkan untuk mendorong pelaksanaan skenario baru ini
Konferensi ini merupakan tahap refleksi atas cara mengajar mahasiswa calon guru. Ia mendapatkan masukan baik dari dosen pembimbing, maupun dari guru pamong. Misalnya Jamilah, dosen UIN Alauddin yang menjadi dosen pembimbing Ikhsan, seorang mahasiswa calon guru, setelah mengobservasi caranya mengajar, memberi masukan, “Menghadapi siswa smp beda dengan menghadapi mahasiswa. Bahasanya harus musti yang mudah dipahami,” ujarnya saat konferensi.
Tidak hanya tata cara berbahasa, para mahasiswa yang ikut pelatihan USAID PRIORITAS dan terjun langsung praktik mengajar, juga mendapatkan masukan tentang cara membuat lembar kerja yang efektif, pengelolaan kelas, pengelolaan waktu mengajar dan lain-lain oleh dosen yang menjadi pereviu dan guru yang mendampingi.
Bernard, yang juga menjadi direktur Pusat Sekolah Efektif UNM, mengatakan bahwa selama ini program PPL tidak melembagakan secara jelas pertemuan konferensi semacam itu. Hal ini diperkuat oleh pernyataan kepala madrasah MTsN Model Makassar Drs. H. Abdul Rafik, M.pd. “Kita membutuhkan kultur baru sinergitas hubungan antara PPL, universitas dan sekolah. Tidak seperti selama ini. Dosen Pendamping Lapangan sepertinya hanya datang saat mengantar dan menjemput kembali para mahasiswa PPL ini,” ujarnya.
Model kolaborasi ketiga unsur diharapkan akan terlembagakan di universitas-universitas di Makassar, terutama yang telah menjadi mitra USAID PRIORITAS. “Universitas kita harapkan mengadopsi praktek seperti ini. Komitmen dosen untuk mendampingi secara disiplin terhadap mahasiswanya juga sangat diperlukan,” ujar Bernard. Pelatihan dilaksanakan di hotel Swiss Bell In Makassar dan diikuti oleh 60 peserta (6-8 September 2016). (*)