Ramadhan sebentar lagi berakhir fenomena mudik atau pulang kampung sudah biasa terjadi menjelang idul fitri. Warga muslim di seluruh Indonesia menyempatkan untuk pulang kampung atau mudik untuk bertemu berkumpul bersama keluarga masing-masing. Sedih rasanya moment tersebut dilewatkan karena sudah menjadi tradisi di masyarakat Indonesia itu sendiri.
Fenomena ini merupakan hal unik dan tidak di temukan di negara lain Mudik secara harfiah di artikan oleh beberapa orang yakni “kembali” kemudian berkembang menjadi kebiasaan sosial menjadi pulang ke kampung halaman ketika hari raya idul fitri tiba apa lagi moment ini terjadi setahun sekali semua para perantau di kota-kota besar merasa wajib untuk pulang di kampung halamannya.
Hal ini disadari mengingat disaat tidak meratanya pembangunan di perkotaan dan pedesaan dan ketika arus modernisasi melanda perkotaan memaksa masyarakat pedesaan mengadu nasib ke perkotaan dan memunculkan trend arus urbanisasi namun kegiatan mudik identik dengan kemacetan dan kecelakaan.
Sulitnya meninggalkan tradisi mudik dipengaruhi oleh beberapa hal tradisi mudik merupakan ajang eksistensi para perantau menunjukkan hasil jerih payanya selama merantau, terkait dengan itu penggunaan kendaraan pribadi seperti sepeda motor mendominasi arus mudik hal ini tidak mengherankan dari tahun ke tahun yang mendominasi angka kecelakaan yakni pengguna motor itu sendiri.
Fenomena mudik tersebut perlu didukung oleh pemerintah dari segala instansi yang terkait mengingat angka kecelakaan dari tahun ke tahun belum mengarah kepada trend penurunan, bahkan di beberapa kota angka kecelakaan mudik lebaran mengalami trend peningkatan. Khusus di Sulselbar pada tahun 2015 menurut keterangan Humas Polda Sulselbar pada waktu itu mengalami penurunan kecelakaan lalulintas sebanyak 111 kasus dari tahun sebelumnya 136 kasus.
Hal ini bisa menjadi rujukan pembelajaran berbagai instansi pemerintah yang terkait di Sulselbar pada mudik tahun 2016 agar kiranya kasus kecelakaan bisa diminimalisir dan para pemudik bisa berkumpul bersama keluarga masing-masing menapak tilas romantisme
yang begitu dirindukan masyarakat perantauan Kerinduan akan nilai-nilai lokal, kekhasan, dan sejarah masa lalu yang hanya diperoleh di kampung halaman. (Penulis: Muhammad Nuzul Mahasiswa universitas islam negri (UIN) Alauddin Makassar)