Indonesia memiliki letak geografis yang strategis di berbagai bidang kehidupan. Ditambah lagi, dengan dimilikinya musim tropis, membuat Indonesia memiliki banyak kekayaan alam, mulai dari kekayaan alam yang dapat diperbarui, hingga kekayaan alam yang tidak dapat diperbarui.
Kekayaan alam inilah, tentunya harus diiringi juga dengan sumber daya manusia yang mumpuni, dan berkompeten, sehingga bisa menciptakan manajemen pengelolaan yang baik untuk mengelola sumber daya alam yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu adalah, di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Kabupaten Halmahera Barat, adalah salah satu daerah yang didalamnya terdapat begitu banyak sumber daya alam yang “bisa dijual” dan menghasilkan pendapatan untuk masyarakat dan daerah. Mulai dari letak geografis yang sangat strategis, tanahnya pun subur.
Hanya saja, kekayaan alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sebagai upaya, penyediaan bahan baku untuk industri obat tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan masih tumbuh di alam liar atau dibudidayakan dalam skala kecil di lingkungan sekitar rumah dengan kuantitas dan kualitas yang kurang memadai.
Nah, sebagai upaya mewujudkan Tri Dharma PerguruanTinggi, salah satunya di Universitas Khairun, khususnya Fakultas Pertanian Program Studi (Prodi) Kehutanan melaksanakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan ini berupa sosialisasi dan pelatihan dengan focus sasaran masyarakat di sekitar kawasan hutan. Kali ini sasarannya adalah masyarakat di Dusun Bangko Desa Bobaneigo, Halmahera Barat.
Pelaksana kegiatan PKM ini digagas oleh dua dosen di kampus ternama di Provinsi Maluku Utara tersebut. Yaitu, Asiah Salatalohy, S.Hut, M.Hut, dan Nurhikmah, S.Hut, M.Hut. Keduanya merupakan dosen pada Prodi Kehutanan. Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan tanggal 24 – 25 Juni 2023 tentang “OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMBIBITAN TANAMAN OBAT (BIOFARMAKA)”.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan kedua dosen ini di antaranya, sosialisasi, dan pembuatan demplot pembibitan tanaman obat (biofarmaka). Seperti Jahe, kunyit, dan sereh wangi.
Selama ini, upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di alam liar, atau dibudidayakan dalam skala kecil, di lingkungan sekitar rumah dengan kuantitas dan kualitas yang kurang memadai.
Lemahnya daya beli masyarakat, dan melambungnya harga obat-obatan modern memaksa masyarakat dan pemerintah mencari upaya mengatasi keadaan yang memprihatinkan, dengan cara menoleh kembali kealam seperti negara-negara maju yang secara luas telah menggunakan obat-obatan modern akhir-akhir ini menunjukkan indikasi lebih menyukai obat dari bahan alami dari pada obat-obatan kimia.
Pemanfaatan obat-obat dari bahan alami ini relatif lebih aman, dari pada pemakaian obat kimia. Hal ini pun dialami oleh masyarakat yang mendiami wilayah Dusun Bangkok.
Kegiatan PKM dihadiri sebanyak 15 peserta didominasi wanita, khususnya ibu yang berdomisili di Dusun Bangko Halmahera Barat dimana dusun ini berada di sekitar Kampus IV UNKHAIR.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang di tanam warga di Dusun Bangko Desa Bobaneigo dalam kuantitas sangat kurang memadai di sekitar rumah adalah tumbuhan obat yang bisa dijadikan sebagai tanaman hias seperti daun miyana, kembang sepatu, dan kumis kucing.
Kegiatan pembibitan untuk jenis lainnya belum dilakukan. Sampai saat ini keanekaragaman tumbuhan liar yang berpotensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat belum banyak dimanfaatkan dan dibudidayakan. Hal ini terjadi antara lain karena pengetahuan dan teknologi yang rendah yang dimiliki masyarakat.
Masyarakat perlu diberdayakan secara optimal melalui kegiatan sosialisasi pembibitan tanaman obat dengan menyertakan buku saku sebagai pelengkap hingga pembuatan demplot. Jika upaya ini terlaksana maka peluang mereka untuk menjaga keanekaragaman, serta kelestariannya sekaligus membantu meningkatkan pendapatan. Disamping, itu melalui pembibitan tumbuhan obat maka bahan baku pembuatan obat akan terus tersedia sehingga kesehatan akan lebih terjaga.
Kegiatan PKM akan dilaksanakan melalui 3 tahapanyakni, pembuatan buku saku tumbuhan obat, sosialisasi tumbuhan obat serta pembuatan pembibitan tumbuhan obat.
Kurangnya minat masyarakat dalam mengembangkan tumbuhan obat serta rendahnya pengetahuan terhadap pembibitan tumbuhan obat dan kesehatan masyarakat merupakan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat yang ada di sekitar Kampus 4 UNKHAIR salah satunya adalah Desa Bobaneigo, Dusun Bangko.
Upaya untuk mengatasi masalah tersebut memberikan sosialisasi terkait tumbuhan obat yang selama ini mereka gunakan ataupun yang belum digunakan terkait dengan pemanfaatan dan kegunaan lainnya, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan minat dari anggota sosialisasi.
Peningkatan pengetahuan dan minat peserta sosialisasi akan memberikan motivasi bagi mereka untuk membentuk 1 kelompok pembibitan yang berada di dusun Bangko Desa Bobaneigo. Semua materi sosialisasi ini akan terangkum dalam buku saku yang akan dibagikan di bagian akhir acara. Kemudian melaksanakan demonstrasi pembuatan pembibitan tumbuhan obat yang berlokasi di dalam/sekitar lingkungan Kampus 4 UNKHAIR. Kegiatan ini diharapkan meningkatkan motivasi mereka.
Berdasarkan paparan yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi pemberdayaan masyarakat melalui budidaya tanaman obat/biofarmaka dapat menjadi solusi untuk memanfaatkan lahan sekitar masyarakat dan meningkatkan daya saing masyarakat dalam hal pemberdayaan sehingga lebih mandiri dalam pemanfaatan tanaman obat/biofarmaka.
Hal ini juga dapat membentuk sebuah komunitas yang peduli terhadap lingkungan dan pemanfaatan tanaman obat. Program Pengabdian Pada Masyarakat cukup berhasil dilaksanakan yang dapat dilihat dari antusiasme masyarakat mengikuti sosialisasi dan penanaman di lapangan. Namun untuk pemeliharaan pembibitan dibutuhkan ketersediaan sumber air yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman agar pertumbuhannya lebih optimal serta usaha yang cukup agar masyarakat tetap melakukannya, untuk itu kegiatan sosialisasi perlu secara kontinyu dilakukan. (din)