Beberapa tahun silam, saya bersama lima rekan di almamater ber-KKN di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Satu dari rekan saya, yakni Ir.Muh Darwis Bastama kini dipercayakan menjadi Wakil Bupati di Kabupaten Pinrang, juga di Sulawesi Selatan. Kami berenam menempati Dusun Baringen, Desa Panaikan, Kecamatan Sinjai Timur. Sebagian besar warga di sini bercocok tanam padi, palawija, dan perikanan. Warga disini juga rukun-rukun. Gadis-gadisnya pun cantik dan mempesona. Tak jauh dari dusun ini, terlihat pulau-pulau yang indah. Jumlahnya sembilan buah.
Meski sembilan pulau disini belum sepopuler seperti pulau-pulau wisata lainnya. Misalnya, Spermonde, Kodengareng, Takabonerate, atau Bali. Namun, keindahan pulau-pulaunya tak terkalahkan. Memang tidak dapat dipungkiri, jika gugusan sembilan pulau di perairan teluk Bone ini masih kurang diketahui wisatawan.
Tetapi, jika Anda suka wisata bahari, maka tak salahnya memasukan sembilan pulau di kalender tahunan. Pasalnya, gugusan pulau di bagian selatan Sulawesi Selatan ini, memiliki destinasi wisata bahari yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Setelah dari sana, Anda akan membawa pulang sejuta pengalaman mengarungi lautan lepas.
Alam bawah lautnya tidak kalah indahnya. Ditambah pulau-pulau yang relatif berdekatan, membuat wisata Anda begitu berkesan. Disana, kegiatan island hopping bisa menjadi salah satu aktivitas selain snorkeling, berenang, memancing, menyelam atau kanoing. Anda dapat melakukannya hingga puas.
Sembilan pulau itu masing-masing Kambuno, Liang-Liang, Burunglo’e, Kodingere, Batanglampe, Katindoang, Kanalo I, Kanalo II dan Larea-rea. Dari sembilan pulau tersebut ada satu yang tidak berpenghuni, yakni Pulau Larea-rea.
Pulau Larea-rea ini, menyimpan sejuta pesona. Hamparan pasir putih, bening air lautnya. Ombaknya yang tenang, membuat tidak sabar untuk segera menceburkan diri. Pulau ini tidak terlalu luas. Di tengah pulau ini, terdapat bukit karang yang ditumbuhi semak belukar dan pepohonan. Jika berdiri di puncak, pemandangan indah akan terhampar di depan mata.
Diatas bukit karang ini pula, Anda dapat menikmati hamparan dan keindahan laut lepas dengan sempurna. Perpaduan antara warna birunya laut dengan birunya langit, serta perahu-perahu nelayan berlalu lalang menjadi pemandangan sepanjang perjalanan. Pemandangan ini menjadi momen penting, sehingga bisa direkam dalam kamera.
Di objek wisata ini pula bisa dijadikan sebagai lokasi pemotretan foto pra-wedding. Tentunya, bagi pasangan yang menyukai suasana laut. Anda juga dapat menikmati panorama dasar laut yang membuat mata seakan tak malu lepas untuk terus memandangnya.
Sedangkan pulau-pulau lainnya, umumnya berpenghuni. Bahkan ada kantor kecamatan, kantor polisi dan tower telekomunikasi. Jika dipandang dari kejauhan, gugusan pulau ini seperti bukit-bukit kecil nan hijau dan mencuat di tengah laut. Deretan rumah kayu dan rumah batu berpadu menambah keindahannya.
Satu hal yang menarik adalah adanya 7 sumur sumber mata air tawar di sekeliling pulau Burung Loe. Saat air laut pasang, maka ke-tujuh sumur itu terendam. Tetapi, saat surut, airnya tetap tawar. Berkembang pula mitos, jika ingin cepat menemukan jodoh, disarankan mandi di sumur tersebut.
Untuk berkunjung ke gugusan pulau-pulau itu, perjalanan dimulai dari pelabuhan tradisional, Lappa. Dari pelabuhan ini, sembilan pulau berjarak 9 mil. Dapat ditempuh sekitar 1 jam dengan kapal kayu. Tapi jika menggunakan speed boat, hanya 20 menit. Sedangkan kapal reguler, pastikan Anda memiliki tujuan dan tempat penginapan di salah satu pulau tersebut. Karena, kapal ini baru akan kembali keesokan harinya.
Jika kapal sudah bergerak meninggalkan pelabuhan Lappa, maka pengunjung dimanjakan jejeran perahu yang hilir-mudik di muara sungai. Hamparan laut yang berserak cahaya matahari, kian menambah asyiknya perjalanan menuju gugusan pulau yang terlihat eksotik.
Ketika memasuki kawasan ini, kapal yang membawa Anda akan menyusuri semua pulau. Walaupun tak mampir, karena tidak semua pulau di huni. Namun, yakinlah, hal tersebut menjadi pengalaman menyenangkan.
Setelah puas bermain air, saatnya menikmati makan siang. Cumi dan ikan segar ditambah sepiring nasi dapat dinikmati di bibir pantai. Ditemani angin sepoi dan ombak yang menjilati kaki akan meninggalkan kenangan yang terasa membekas di hati dan tak akan terlupakan.
Jika memutuskan menggunakan perahu kayu, sebaiknya pagi-pagi. Itu karena, waktu tempuhnya lama. Karena, semakin siang, air laut di pelabuhan Lappa surut, sehingga menyusahkan perahu keluar. Jam aman untuk berangkat adalah di antara jam 6 pagi hingga jam 12 siang. Pada rentang waktu tersebut kondisi perairan masih pasang.
Jika Anda telah menikmati keindahan ke-sembilan pulau tersebut, bisa meluangkan waktu melihat wisata alam Sinjai. Ada Benteng Balanipa, berarsitektur khas Eropa, awal abad 19 masih berdiri kokoh, dan dimanfaatkan sebagai kantor Dinas Pariwisata. Bangunan ini berdinding tebal dan memiliki ruang-ruang tahanan. Ada pula, taman purbakala Batu Pake’ Gojeng, Rumah Adat Karampuang, Pantai Ujung Kupang, Obyek wisata air terjun Kembar Batu Barae, air terjun Barania dan air terjun tujuh tingkat.
Taman Purbakala Batu Gojeng berada di puncak Bulupoddo, Karangpuang. Di dalam kawasan wisata itu terdapat kuburan batu, serta berbagai jenis benda cagar alam budaya seperti, fosil kayu dan peti mayat serta keramik yang diperkirakan berasal dari zaman Dinasty Ming.
Rumah Adat Karangpuang berada ditengah-tengah perkampungan tradisional tua di Desa Tompobulu. Di tempat ini masyarakat setempat meyakini sebagai tempat pertemuan bangsawan Suku Bugis (Puang) dan Suku Makassar (Karaeng).
Disana ada air terjun Kembar, berciri khas unik. Dua air terjun berdampingan yang mengalir sepanjang tahun dengan ketinggian sekitar 50 meter. Berada diatas 800 meter dari permukaan laut dan dikelilingi bukit menarik dan sejuk.
Ada pula air terjun tujuh tingkat di Desa Lembang, Kecamatan Tellulimpue, sekitar 45 kilometer dari ibukota Sinjai. Debit air di obyek wisata ini deras, kemudian jatuh melewati tujuh tingkatan! (din)