
Maros, Inspirasimakassar,id:
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun, atau Balita. Stunting terjadi lantaran kekurangan gizi kronis dan iefeksi berulang. Misalnya, stunting di Kabupaten Maros.
Di Kabupaten yang dipimpin Chaidir Syam ini, Pemerintah Kabupaten mengalokasikan anggaran sebesar Rp7 miliar untuk menangani kasus stunting tahun ini. Anggaran dialokasikan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A).
Sekretaris Daerah Maros, Andi Davied Syamsuddin, pada Kamis, 9 Pebruari 2025 mengemukakan, selain DP3A, Dinas Kesehatan juga mendapatkan anggaran untuk pengentasan stunting yang jauh lebih besar, mencapai Rp33,7 miliar.
Menurutnya, anggaran sekitar Rp725 juta, untuk Dinas Kesehatan. Kemudian ada Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas sebesar Rp5,4 miliar, dan Penerima Bantuan Iuran (PBI) mencapai Rp27 miliar. Jika dijumlahkan, totalnya sekitar Rp33,7 miliar.
Andi Davied Syamsuddin berharap dengan anggaran yang telah dikucurkan, angka stunting dapat ditekan lebih signifikan. “Kita semua berharap program ini bisa berjalan efektif dan menurunkan angka stunting secara nyata di Maros,” tutupnya.
Pernyataan senada dikemukakan Kepada Dinas P3A Mros, Andi Zulkifli Riswan Akbar. Dia menambahkan, sekalipun angka stunting mengalami sedikit kenaikan, anggaran yang tersedia tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya Rp7 miliar. Sementara tahun 2023, anggaran yang disiapkan hanya Rp5 miliar.
Andi Zulkifli Riswan Akbar menyebut, anggaran tersebut digunakan untuk lima program utama, termasuk penguatan Kader Tim Pendamping Keluarga (TPK), Program Bina Keluarga, penyediaan alat kontrasepsi jangka panjang (Alkon), Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA), serta program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).
“Program ini harus tetap berjalan dengan optimal meskipun anggaran tidak bertambah. Kita berfokus pada upaya pencegahan dan intervensi langsung di lapangan,” tuturnya.
Berdasarkan data terbaru, jelasnya, angka stunting di Kabupaten Maros mencapai 3.374 kasus dari 20.356 balita yang diukur, atau sekitar 16 persen. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan Desember 2024 yang mencatat 3.368 kasus. (din)