Selayar, Inspirasimakassar.com :
Sangat miris dan memprihatinkan memang jika sebuah sekolah tanpa sarana dan prasarana yang memadai. Belum lagi dengan sejumlah fasilitas lainnya. Apalagi dengan tenaga guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak cukup. Dan hanya didominasi oleh tenaga honorer. Mobilernyapun yang sangat jauh dari harapan. Meja dan kursi kepala sekolah saja kosong. Tak terkecuali dengan guru-gurunya. Untung ada balai-balai dari bambu yang bisa digunakan saat sedang proses belajar mengajar. Jika tidak, guru dan siswa pasti akan melantai di tanah. Lalu bagaimana harapan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 6 Selayar, Daeng Pabeta, S.Ag, MM terhadap Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan yang saat ini dinakhodai Prof Dr Ir H Nurdin Abdullah, M.Agr ?
Dihubungi via selulernya dari Makassar Sulawesi Selatan, Sabtu (08/02) sekitar pukul 09.00 Wita, Daeng Pabeta menaruh harapan besar kepada Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan untuk segera memberikan perhatian yang serius seputar fenomena yang saat ini dialami SMKN 6 Selayar di Pulau Kalao Toa Kecamatan Pasi’lambena. ” Dari 21 SMA dan SMK sederajat di Kabupaten Kepulauan Selayar, SMKN 6 Selayar yang terletak di Lembang Mate’ne ini yang termiris. Betapa tidak, sarana dan prasarana yang dimilikinya sangat tidak layak pakai seperti halnya yang dimiliki sekolah lain didaerah ini. Kita belajar sepertinya berada dalam sebuah kandang ayam.” katanya.
Gedung untuk ruang kelas hanya satu unit yang memiliki tiga ruang kelas. Itupun tanpa palfon dan lantainya sudah rusak parah. Adapun ruang praktek siswa itu dindingnya dari bambu dan lantainya masih menggunakan tanah. Karena tidak ada bangunan lain yang dapat digunakan sebagai ruang guru dan kepala sekolah maka ruang praktek siswa ini dipinjam untuk difungsikan sebagai ruang kepala sekolah dan guru. Itulah yang disekat-sekat menjadi beberapa bagian. Ada ruang perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah. Sekat- sekat ini cuma gaya. Sebab didalamnya tidak ada mobiler sama sekali. Baik meja, kursi dan lemari. Hanya balai-balai dari bambu yang digunakan sebagai tempat duduk saat berada diruangan itu.” Daeng Pabeta menjelaskan.
Ia juga menuturkan,” Ini salah satu tantangan dan kendala bagi orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di SMKN 6 Selayar. Sebab kondisi fisik sarana dan prasarana yang dimilikinya sangat tidak layak. Kembali saya pertegas bahwa diruang guru dan kepala sekolah sama sekali tidak ada mobiler. Jumlah kursi dan meja siswa saja cuma 20 pasang. Sementara jumlah siswa saat ini dari kelas X sampai kelas XII totalnya 56 siswa. Ini juga membuat kita tidak nyaman. Untuk membenahi semua ini, termasuk penataan ruangan dan pemagaran sepanjang 350 meter diperlukan anggaran senilai Rp 1,5 miliar.” tambah dia.
Jika Gubernur Sulawesi Selatan tidak tanggap dengan persoalan ini maka kemungkinannya sekolah ini akan terancam tutup. Oleh karena itu lanjut Daeng Pabeta, paling tidak Pemerintah Propinsi dengan dukungan DPRD Sulawesi Selatan untuk segera memberikan perhatian seriusnya dan mengakomodir sebagian anggaran dari Rp 1,5 miliar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan tahun 2020 ini. Untuk meja dan kursi siswa kami hanya butuh 50 pasang untuk sementara. Kami sangat berharap adanya itikad baik mereka sebagai pengambil kebijakan.
Jika saja hal ini segera direalisasikan besar kemungkinannya orang tua siswa yang berada di 5 SMPN di wilayah kecamatan ini akan terpanggil animonya untuk menyekolahkan anaknya di SMKN 6 Selayar. Dari 5 SMP pendukung, ada sekitar 70 an siswa yang akan menamatkan pendidikannya dan akan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Satu-satunya sekolah lanjutan atas hanya SMKN 6 Selayar. Itupun tidak termasuk SMPN di Pulo Madu dan Pulau Karumpa. Siswa di dua SMP ini mau melanjutkan ke SMKN 6 Selayar jika disiapkan asrama siswa. Karena memang mereka tinggal di pulau yang terpisah dari Kalao Toa. Jaraknyapun agak jauh. Butuh waktu penyeberangan antara 1 setengah jam hingga dua jam perjalanan.” imbuhnya.
Belum lagi persoalan kekurangan tenaga guru. Termasuk kepala sekolah kata Daeng Pabeta, kita hanya memiliki 5 guru PNS. Yaitu Banri Sayang, S.Pi sebagai guru produktif, Dahlan, S.Pd guru matematika, Romi, S.Pd guru Seni Budaya dan Ridwan Ariyanto,S.Pd sebagai guru Pendidikan Jasmani. Mata pelajaran lainnya hanya diisi oleh tenaga guru honorer. Sedangkan untuk tenaga kependidikan hanya ada 4 orang, itupun semuanya honorer termasuk 1 orang operator.” tambahnya lagi.
Sekretaris Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan, H Hery Sumiharto, SE, ME yang dikonfirmasi via WhatsAppnya, Sabtu (08/02) kepada media ini menyatakan,” Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan melalui program revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dimulai tahun 2020 ini hingga 2024 nanti yang merupakan program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi akan melakukan perbaikan sarana dan prasarana, termasuk mutu siswa, fasilitas serta peralatan sesuai standar dunia pendidikan. Namun yang terpenting katanya, sekolah SMK diharapkan dapat membuka jurusan dengan bidang keahlian yang sesuai kebutuhan masa depan didunia kerja.
Disamping itu, juga diharapkan dari Reses anggota (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) DPRD Sulawesi Selatan dapat menyerap berbagai masukan, saran dan harapan dari pengelola sekolah mengenai persoalan mendasar yang dialaminya.” imbuh Hery penuh harap. (M. Daeng Siudjung Nyulle)