Beberapa bulan terakhir tindak kriminalitas di Kota Makassar kian meresahkan warga, dimana maraknya prilaku perampokan Minimarket, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan terjadi di Kota yang dijuluki kota Dunia ini, dimana kejadian ini memunculkan polemik dan kritikan keras kepada pihak stackholder karena ketidakmampuan menangani permasalahan yang menjadi topic utama dan perbincangan yang ramai dibicarakan media dan netizen di dunia maya dan bahkan di dunia nyata pun ini diperbincangkan.
Tagline “MakassarTidakAman” mulai muncul dan menyebar kemana-mana melalui perbincangan warga kota Makassar dan khususnya di media sosial pada awal tahun 2015 kurang lebih 1 tahun setelah pelantikan wali kota baru (Moh. Ramdhan Pomanto) tentu ini menjadi tugas baru dan tantangan yang berat yang harus di selesaikan. walikota yang di anggap masih baru dengan masa jabatannya saying harus berhadapan dengan para pembegal, keganasan yang kemudian meluas secara cepat, yang harus menimbulkan tandatanya besar siapa yang kemudian memunculkan tagline “MakassarTidakAman”?
Sungguh miris bagi pemimpin wali kota saat ini yang kemudian bercita-cita menjadikan Makassar sebagai kota dunia namun tidak bisa membuat aman kota tersebut dendam para lawan politisi walikota tersebut masih kian membara akan tetapi “musuh dalam selimut” juga hal yang harus di waspadai. Benarkah keganasan begal yang ada di kota Makassar ini tidak terlepas dari campur tangan beberapa elite politik di kota Makassar ?
Ganasnya begal di Makassar menjadi perbicangan yang hangat dan menyita waktu yang sangat panjang, keganasan begal di makassar yang menjadi trend di perbincangkan di kalangan remaja sampai pada orang tua menyisahkan tandatanya di dalam benak semua warga kota Makassar,kurang lebih 5000 aparat kepolisian di kota Makassar di pertanyakan kinerjanya dalam menangani kasus begal Makassar belum lagi beberapa instansi yang juga biasa ambil andil dalam konflik khususnya di kota Makassar ini ataukah ini sebuah pembiaran yang di perbuat sebagian kecil dari instansi keamanan yang bersangkutan hanya untuk melancarkan sebuah konspirasinya.
Tagline “MakassarTidakAman” sempat menghilang dalam beberapa bulan sebelum muncul pada bulan Juni 2016 ini, belum lagi muncul berita bahwa ada 13 tim khusus yang di kirim dari Jakarta ke Makassar untuk mengamankan begal di kota Makassar. Artinya, ada beberapa tim keamanan yang harus menghabiskan waktu, menghabiskan biaya yang tidak sedikit hanya untuk mengurus begal di kota Makassar.
Sungguh dramatisasi yang sangat luar biasa untuk menghebohkan Makassar melalui tagline “MakassarTidakAma”
Ketika mengamati beberapa kasus begal di Makassar sehingga melahirkan tagline “MakassarTidakAman” rata-rata pelakunya di bawah umur salah satunya berita yang di terbitkan liputan 6 pada 04 januari 2016 dengan judul “Miris, MayoritasPembegal di Makassar Masih di Bawah Umur” artinya para pembegal tersebut belum cakap hukum para desainer tersebut sengaja memakai anak-anak yang di bawah umur untuk memuluskan konspirasinya, pada akhirnya para pembegal yang hari ini ada dalam fikiran kita semua mulai dari ganasnya ketika menghabisi lawannya, merampok mini market, pembusuran dan lain sebagaianya itu tidak akan bertahan sampai sekarang ini tanpa sebuah konspirasi dari para elite kota Makassar.
(*Penulis: Andi wal Rabiah, lahir di kota makassar dan juga besar di kota makassar kuliah di salah satu universitas di Makassar dan juga berkecimpung di beberapa organisasi khususnya di oraganisasi hukum)