
Oleh : M. Ridha Rasyid *
Ada kelakar teman, “jangan pernah mengucapkan selamat ulang tahun , apatahlagi mendoakan panjang umur kepada Sars-Cov2, virus corona baru ini, bisa bisa kita tambah runyam”.
Sejak ditemukan pertama kali di Kota Wuhan , Cina, Nopember 2019, –ada juga yang mengatakan nanti pada bulan Desember atau Januari mulai ada perdebatan sejak di temukan oleh seorang dokter (setelah memeriksa seorang pasiennya yang sedang flu, namun bukan disebabkan virus corona yang biasa) yang kemudian menyampaikan kepada rekannya dan mengunggah di medsos dan menjadi viral– akhirnya sang dokter di interogasi oleh pihak berwajib, dan dokter itu juga akhirnya meninggal akibat virus baru itu, maka mulailah ramai diperbincangkan.
Pemerintah dan otoritas kesehatan di sana langsung mengambil langkah tegas dengan mengunci (lockdown) kota Wuhan dan beberapa kota lainnya.
Persebaran virus itu begitu sangat cepatnya, sehingga dalam waktu kurang dari dua bulan sudah “merambah” lebih dari 70 negara di dunia. Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan di awal Maret 2020 bahwa ada dua orang yang terjangkit . World Health Organization, badan kesehatan dunia, segera mengambil langkah langkah dan memutuskan Pandemi Covid19.
Bulan Juli lalu sudah menyebar di 198 negara di muka bumi ini terpapar. Hingga tulisan ini di buat 86.807.475 orang terkonfirmasi aktif . Dan di Indonesia 779.548 orang (data tanggal 5 /1/21). Sementara yang meninggal di seluruh negara di dunia 1.874.344 orang. Sementara di Indonesia yang wafat 23.109. Fantastis.
Dalam sejarah musibah ataupun malapetaka yang pernah terjadi dalam satu abad terakhir, corona virus disease ini yang paling banyak “memakan” korban.
Dibeberapa negara justru mengalami gelombang berikutnya, setelah mengalami penurunan, namun karena masyarakat abai dalam menerapkan protokol kesehatan, justru menjadi bumerang.
4 M dan 3T
Dari asal usul adanya virus ini, masih menjadi sebuah teka teki, ada yang mengatakan di bawa oleh kelelawar, ada pula menyatakan dari pasar basah hewan di Wuhan yang menjual macam macam hewan, ada pula menyatakan dari luar Cina yang kemudian tidak terdeteksi lalu mengunjungi pasar hewan itu.
Yang terbaru dari rilis berita WHO bahwa sudah ada kesepakatan dengan Pemerintah Cina untuk melakukan penelitian bersama mengkaji dan menganalisis sumber dari virus ini dan bagaimana pertama kali orang bisa terpapar atau terjangkit.
Tentu, kita masih menunggu hasilnya. Yang pasti dan sangat jelas, untuk menghadapi pandemi ini terlebih dahulu menerapkan protokol kesehatan. Dengan Mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, serta menghindari kerumunan, adalah upaya preventif yang dapat diterapkan. Tiada cara lain.
Virus yang berubah menjadi disease (penyakit) apabila ada penyakit penyerta (companion/inclusion) maka akan memperparah dan bisa mengakibatkan kematian. Walaupun juga kita tahu bahwa yang namanya virus akan berhadapan dengan kekebalan tubuh, baik secara alami dari tubuh maupun dari luar berupa vaksin, belum ada obatnya.
Dengan mengonsumsi berbagai vitamin atau herbal akan berakhir seiring masa inkubasi virus, maka upaya penerapan protokol kesehatan merupakan tindakan dini pencegahan yang harus terus dilakukan. Di mana pun kita berada. Baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Berbagai narasi terkait dengan virus ini, sejatinya, semuanya dimaksudkan untuk mencari alternatif baik dari sisi pengendalian, pencegahan maupun penindakan , adalah upaya yang diharapkan bisa berguna. Ketergantungan terhadap tersedianya vaksin yang cukup merupakan asa semua orang. Vaksin massal penting dalam membentuk herd imunity.
Dalam banyak hal yang telah dilakukan, bahwa kepemilikan data haruslah transparan. Penderita covid19 haruslah diketahui agar dapat membatasi aktifitasnya. Sebagaimana kita tahu, persebaran virus ini melalui aktifitas orang , pergerakan dari satu tempat ke tempat lain, sehingga mobilitas yang tidak dibatasi, potensi peningkatan orang terjangkit dan terpapar akan terbuka lebar. Oleh karena itu pemerintah melakukan Tracing, Test dan Treatment, ini yang nantinya menjadi data yang terakumulasi serta upaya pengendalian dapat dilakukan.
Karenanya, Protokol Kesehatan itu mutlak di jaga dan ditingkatkan serta diikuti dengan kedisiplinan yang tinggi lagi ketat. Kala kita menjadi abai, maka virus ini akan menjadi lebih merajalela. Terlebih informasi anyar menyebutkan bahwa virus ini telah bermutasi dan menelorkan virus baru “berkinerja tinggi” melebihi dari virus sars-cov2 di Inggris adalah hal yang lebih memprihatinkan kita. Dan, katanya sudah ada beberapa negara menemukan gejala yang sama dengan yang ada di negara Britania Raya itu.
Vaksin
Harapan untuk bisa mengurangi keterjangkitan hanya ada pada vaksin, selain tentu saja tetap patuh menjalankan protokol kesehatan, menjadi kebutuhan bersama. Namun di sisi lain, ada pertanyaan yang sangat penting, adakah vaksin ini efektif mencegah?
Dari berbagai uji coba, terlepas dari mana asal pembuatan vaksin dan cara kerjanya, tingkat kekebalan di hasilkan rata rata 90% ke bawah. Meskipun badan kesehatan dunia telah memberi argumen bahwa virus yang bisa berkontraksi dalam membentuk kekebalan dari luar di atas 50% sudah cukup baik, namun yang perlu jadi kajian lanjut adalah efeknya.
Berbeda halnya kalau vaksin sudah maksimal berkinerja di atas 90 % maka dampak negatifnya relatif kecil dan itu sudah sangat aman digunakan. Dari berbagai vaksin uang sudah ada dan sedang dalam penelitian, dikatakan sejumlah negara di dunia sedang melakukan penelitian dan uji laboratorium terhadap vaksin yang akan di uji klinis, agar mengetahui tingkat efektifitas terbentuknya kekebalan tubuh menghadapi virus ini.
Apapun nama vaksin, dari manapun asalnya, bahkan secara darurat dari apapun dia di buat ini merupakan kabar yang postif untuk ummat manusia. Semoga saja, vaksin yang sudah mulai “menginjeksi” banyak orang efektif dapat mengurangi –bahkan punya asa untuk “membumihanguskan” virus cerdik ini — membuahkan hasil yang baik pula.
Pasca Vaksin
Dampak pandemi covid19 menghantamn semua sektor produksi, hanya sedikit kiprah usaha yang malah dapat keuntungan, yakni pertanian, online market dan alat kesehatan , lainnya mengalami depresiasi yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya.
Jasa transportasi baik darat, laut dan udara mengalami ‘tsunami” yang merontokkan semua yang terhubung dengan sektor jasa ini, masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan akibat pembatasan berskala besar yang biasa kita diistilahkan dengan lockdown.
Subsidi dan bantuan sosial adalah tindakan keuangan yang menjadi keniscayaan agar tidak banyak orang menjadi korban lanjutan dari virus ini. Artinya tidak terjangkit covid19 tetapi justru lebih tragis. Mati kelaparan, karena tidak punya uang untuk memenuhi kebutuhannya. Korban PHK dan pemberhentian kerja, pengurangan penghasilan dan berbagai istilah lain yang pada dasarnya sama, diberhentikan.
Inilah pekerjaan serius yang harus ditempuh setelah adanya vaksin. Pertumbuhan ekonomi dunia berada pada angka minus, kecuali Cina yang masih tumbuh positif.
Resesi adalah dampak terbesar yang dihadapi negara negara di dunia. Memformulasikan kebijakan ekonomi pada pola baru adalah keharusan. Tidak akan bisa dengan cara normal seperti sebelumnya. Makanya, istilah normalisasi ekonomi menjadi usang adanya.
Kebiasaan baru pasca pandemi menjadi warna baru diantara warna yang. ada. Entah mau disebut warna apa. Yang jelas, para pakar sedang mengkaji ulang, merekonstruksi ulang definisi manajemen krisis yang sebelumnya dikatakan sebagai sebuah terobosan baru.
Namun, pandemi covid19 ini, telah membuat para pakar bingung dalam menentukan langkah langkah strategis yang dapat diperhitungkan kapan bisa survive. Sebabnya, virus ini tidak diketahui kapan bisa musnah, kapan bisa meninggalkan bumi ini. Ataukah tidak akan pernah hilang, hanya bisa dipersempit ruang pergerakannya, persebarannya. Wallahu alam bisshawab. Segala hal dan cara harus terus diciptakan untuk bisa beradaptasi. Hanya itu yang bisa dilakukan. (Penulis, Praktisi dan Pemerhati Pemerintahan)