Usaha kreatif tidak pernah ada matinya. Salah satu adalah usaha kerajinan yang memproduksi sepeda dari bambu. Lantaran unik, harganya bisa mencapai sekitar Rp 7 juta per unit. Peminat dan pasar sepeda bambu berkembang luas hingga mancanegara.
Bambu bagi banyak orang mungkin tidak mempunyai nilai, dibandingkan bahan kayu lain seperti jati atau mahoni. Pohon bambu bahkan acapkali dicap seram, karena dianggap sebagai tempat tinggal sejenis hantu. Akan tetapi, bambu diubah menjadi karya yang mempunyai nilai yang sangat tinggi oleh tangan dingin seorang Jatnika. Maestro bambu yang berasal dari Cikidang, Kabupaten Sukabumi.
Waktu pengerjaan satu unit sepeda dari bahan bambu ini sekitar satu bulan. Ada yang unik. Abah mempercayakan proses perakitan pada rekannya yang mempunyai latar belakang tenaga ahli di dunia industri dirgantara, perakitan pesawat terbang. Produk sepeda bambu yang diproduksi Abah memiliki beberapa keunggulan. Termasuk nilai seninya yang tinggi. Produk sepeda ini juga tahan lama dan tidak mudah rusak, karena ada ribuan serat dalam batang bambu yang mampu menahan benturan dan beban.
Sepeda produksi Abah dibuat dalam beragam jenis. Termasuk sepeda gunung dan fixie dengan harga Rp10 juta – Rp17 juta. Akan tetapi, Anda harus bersabar jika ingin menggowes sepeda buatan Abah ini, karena sepedanya belum dijual bebas di pasaran sehingga Anda harus memesannya terlebih dahulu.
Siapa sangka jika pesanan sepeda ini banyak dari Eropa dan Amerika. Berkat kesuksesannya, kini ia kerap diundang sebagai pembicara memperkenalkan bambu di dunia internasional.
Pelaku usaha kerajinan sepeda bambu lainnya, Uyung Pramudiyanto, pemilik Uyung Bambunesia di Yogyakarta. Mendirikan usaha sejak Desember 2014, Uyung mengaku masih banyak kalangan masyarakat yang ragu terhadap produk kreasinya.
Bahan baku yang mudah didapat, serta memiliki nilai kreativitas yang tinggi, menjadikan kerajinan sepeda bambu sebagai peluang bisnis cukup potensial. Bambu yang digunakan adalah jenis cendani atau bambu Jepang berusia 5 tahun. Warna yang mengkilat. Pemesannya biasanya kalangan anak muda untuk balap sepeda.
Sementara duo seniman bambu asal Bogor, Jawa Barat, yakni Gun Gun Gunawan dan Imam Soleh atau yang biasa disebut Abah, menggunakan bambu emas phyllostachys aurea bamboo. Di Indonesia, untungnya cukup banyak membudidayakan bambu, termasuk sebagai tanaman hias. Jika membuat sepeda dari stainless steel atau logam dianggap kurang ramah lingkungan.
Lewat bendera usaha Haur Bike Neglasari, Gun Gun membuat kerangka utama sepeda menggunakan bambu, namun dudukan, stang tetap ada komponen lain. Seminggu sekali, Gun Gun mencari bahan baku dari Neglasari, Bandung, Garut, Subang, dan Purwakarta. Sebulan dia butuh 400 batang bambu untuk produksi.
Sementara, Singgih Susilo Kartono asal Kandangan, Temanggung, dengan mengusung merek sepeda bambu Spedagi. Berbekal latar belakang pendidikan desain produk, ia memilih menggunakan bambu betung belah dibandingkan bambu bulat yang biasanya dibuat sepeda bambu.
Untuk merangkai sepeda bambu, Singgih terinspirasi dari struktur tusuk pada atap rumah yang dibuat dari bambu belah lalu ditangkup dan dipaku. Keuntungannya bambu akan menjadi lebih kaku. Konsep inilah yang digunakan Singgih untuk konstruksi sepeda. Jenis bambu ini memiliki karakter kuat dan besar. Satu batang bambu betung, dirinya dapat menghasilkan 10 kerangka sepeda bambu.
Setelah konsep desain sudah dibuat, Singgih harus mencari bambu betung dengan masa tebang yang benar agar bambunya semakin awet. Dalam masyarakat lokal ada beberapa teknik penanggalan untuk menentukan waktu tebang bambu yang bagus.
Bambu harus diawetkan dan dikeringkan sebelum dibentuk. Secara alami, bambu harus direndam di air atau lumpur minimal enam bulan sedangkan secara kimia bambu dapat direbus dengan cairan khusus yang ramah lingkungan. Ini berguna agar bambu tidak menyusut, tidak berjamur ketika dikeringkan dan dapat direkatkan dengan sempurna.
Proses selanjutnya mengeringkan bambu menggunakan oven kemudian dipotong dan dibelah menjadi dua tangkup lalu direkatkan, dan dibentuk oval. Langkah berikutnya merakit dengan menggabungkan bambu-bambu tersebut. Proses berikutnya yakni penghalusan dan dicat dengan sempurna agar tak dapat menyerap air.
Dalam satu bulan, Singgih dapat diproduksi 15 unit hingga 20 unit. Satu perajin dalam tempo satu bulan dapat menghasilkan maksimal tiga kerangka sepeda bambu. Satu kerangka sepeda dijual seharga Rp 3,5 juta dan satu sepeda utuh dihargai hingga Rp 7 juta per unit. Dalam satu bulan Singgih dapat mengantongi omzet Rp 70 juta – Rp 90 juta. Ia mengaku sepeda buatannya sudah dimiliki oleh Jokowi dan kalangan profesional pencinta olahraga sepeda.
Adapun Uyung dalam sebulan Uyung bisa menjual dua unit hingga tiga unit sepeda bambu. Uyung menjualnya seharga Rp 3,5 juta – Rp 7 juta per unit. Dari situ, omzetnya sekitar Rp 15 juta per bulan. (bs)