Sulawesi Selatan kaya akan obyek wisata. Salah satunya, di Maros. Di kabupaten tetangga Kota Makassar (42 km-arah utara) ini Anda dapat menyaksikan gemuruhnya air terjun yang begitu indah. Airnya mengalir deras dengan aliran sungai disela-sela bebatuan dan diapit kokohnya tebing-tebing terjal. Semakin lengkap sebagai tempat wisata menyegarkan. Anda dapat menyelusuri goa mimpi. Di Bantimurung ini pula, Anda bisa menginjak kaki di ‘kerajaan kupu-kupu’.
Pengunjung pun dapat menyusuri keindahan aliran sungai hingga ke hulunya di danau Kassi Kebo. Danau ini dikelilingi tebing terjal dan dihiasi hamparan pasir putih di tepinya, sekaligus menjadi habitat kupu-kupu Bantimurung. Tak jauh dari danau ini, terdapat goa batu yang menyajikan juntaian stalagtit, serta tonjolan stlagmit dan keindahan ornament gua lainnya.
Taman Nasional di Kabupaten Maros ini , memiliki berbagai keunikan.Sebagai tempat tujuan wisata, Bantimurung menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik utama. Pasalnya, ditempat ini sedikitnya ada 250 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah. Beberapa spesies unik tidak berada di daerah lain. Diantaranya, Troides Helena Linne, Troides Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo Adamantius, dan Cethosia Myrana.
Keindahan kupu-kupu inilah membuat Alfred Russel Wallace antara tahun 1856-1857 menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan ini untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu. Wallace menyatakan Bantimurung merupakan The Kingdom of Butterfly atau kerajaan kupu-kupu.
Selain keindahan kupu-kupu, Bantimurung juga memiliki dua buah gua yang bisa dimanfaatkan sebagai wisata minat khusus. Gua Batu dan Gua Mimpi, serta lebih dari 80 gua alam dan gua prasejarah yang tersebar di kawasan ini. Bermacam lokasi ekowisata yang menarik lainnya juga ada. Tak heran, bila tempat ini pernah terpilih sebagai pelaksana konferensi internasional kupu-kupu.
Jika anda bermaksud ke goa, janganlah takut. Sebab, di sekelilingnya diterangi lampu, sehingga memperindah suasana di dalam. Nama goa mimpi, karena, ketika berada di dalamnya, kita seakan-akan berada dalam mimpi. Di dalam goa, terdapat stalaktit (relief batu yang terbentuk dari tetesan air dan menggantung di atas langit-langit goa). Indah dengan kumpulan kristal.
Selain itu, kawasan ini juga memiliki air terjun yang begitu indah. Airnya berasal dari luapan air yang mengalir jatuh dari atas, merambah batu cadas dengan ketinggian kurang lebih 30 meter dari permukaan tanah. Air terjun ini menggemuruh sepanjang hari, sehingga menjadikannya tempat rekreasi yang sangat populer.
Memasuki kawasan ini, pengunjung akan disambut patung kupu-kupu dan patung kera raksasa yang dipajang setelah memasuki gerbang utamanya.Selanjutnya, pengunjung menuju parkiran kendaraan dan loket tiket masuk. Setelah itu, perjalanan menuju Museum Kupu-Kupu, maupun ke Air Terjunnya harus ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi, jangan kuatir karena jarak menuju kesana, relatif dekat.
Setiap hari, apalagi liburan dan hari raya, obyek wisata ini dipadati pengunjung. Untuk member kenyamanan, Pemkab Maros dan Balai Taman Nasional Bantimurung terus mengembangkan berbagai sarana dan prasarana pendukung. Di sekitar air terjun terdapat beberapa Gazebo sebagai tempat wisatawan beristirahat. Tak hanya itu, mushola, toko souvenir, kolam renang anak, baruga pertemuan, toilet, area parkir, dan penginapan pun telah tersedia.
Sekadar diketahui, sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, menjadi Karaeng Simbang, membuat program pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang. Jalan ini direncanakan membelah hutan belantara. Namun, suatu waktu pekerjaan terhambat, akibat terdengarnya bunyi menderu dari dalam hutan. Pekerja tidak berani melanjutkan pembuatan jalan. Sang Karaeng memerintahkan pegawai kerajaan memeriksa.
Karaeng Simbang bertanya; “Aga ro merrung?” (Bahasa Bugis; suara apa itu yang bergemuruh?). “Benti, Puang,“ (Air, Tuanku), jawab sang pegawai. “Benti”, adalah bahasa Bugis halus atau tingkat tinggi untuk air. Mendengar laporan tersebut, Karaeng Simbang lalu melihat langsung asal sumber suara gemuruh tersebut.
Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung. Beliau lalu berujar; “Makessingi kapang narekko iyae onroangngnge diasengi Benti Merrung!“ (Mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh). Berawal dari kata Bentimerrung inilah kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung, hingga saat ini. (din)