Warung kopi (Warkop) semakin bertumbuh.  Bisnis ini booming, bukan saja di kota-kota besar, melainkan kota kecil juga menggeliat. Dan, salah satu keistimewaan dari kehadiran Warkop ini, karena bukan sekadar tempat minum, melainkan ajang nongkrong, bercengkerama, dan berbagi informasi. Tak berlebihan, jika banyak kalangan yang menilai bisnis Warkop memiliki prospek menjanjikan.

Banyak Warkop terkenal, sekalipun hanya memiliki satu menu utama. Kopi, susu, atau es krim saja misalnya. Bahkan, ada juga  yang hanya mengandalkan roti sebagai menu andalan.  Tetapi, jika target market yang diinginkan adalah anak muda, atau komunitas tertentu, maka tentunya tidak ada kewajibkan menyajikan menu paling lezat.

Rusdy Embas, salah satunya. Mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat Makassar ini juga mengelola Warkop yang diberi nama Kafe Baca Makassar. Warkop yang beroperasi sejak 2012 ini merupakan pilot percontohan Taman Baca Kreatif Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Sulsel ini, berlokasi di Jalan Adhyaksa Makassar, di sisi selatan Gedung Utama BPPAUD dan Dikmas Sulsel.

Fungsi tempat ngopi ini dikreasi, sehingga tidak hanya sekadar melepas lelah pelanggannya. Tetapi juga dijadikan ajang atau tempat belajar, berdiskusi, bercengkarama, sekaligus membicarakan bisnis. Pengelola menyiapkan sejumlah buku untuk menemani pengunjung yang gemar membaca. Dan bagi mereka yang lebih suka berselancar di dunia, pengelola juga menyiapan Wi Fi gratis. Bahkan ada komputer yang bisa digunakan bagi mereka yang tidak membawa laptop. Tanpa dipungut bayaran.

Warkop Kafé Baca ini merupakan salah satu pilihan tepat dan menjanjikan di tengah menjamurnya usaha kafe di Kota Daeng ini. Kafé ini, seakan menjadi daya tarik banyak pelanggangnya. Makanya,  Warkop berdaya tampung 50-an orang ini, menjadi idola anak muda dan mahasiswa. Mereka memanfaatkannya sebagai tempat berdiskusi yang nyaman. Apalagi, fasilitas parkirnya luas dan tanpa biaya parkir pula.

Seperti yang terlihat pada Selasa, 21 Februari 2017 lalu, sejumlah siswa SMK Negeri 3 Sigi Palu, Sulawesi Tengah terlihat berdiskusi di Kafé Baca ini. Mereka tertarik dan senang, karena lebih tenang belajar.

Alasan lainnya, meski pengelola menyiapkan sejumlah penganan kecil dan minuman dingin instan sebagai pelengkap menu utama kopi dan teh susu racikan, namun pengunjung tidak diwajibkan berbelanja.
“Kadang kala, kami jadikan Kafé Baca ini untuk berdiskusi, berbagai pelajaran. Kami ini dari SMK Negeri 3 Sigi Palu. Kami kesini untuk praktek kerja lapang. Di kafé ini, kami mendapat sesuatu yang tidak ada di kafé lainnya,” tutur seorang perempuan berkerudung.

Lelaki Bugis kelahiran Bumi Panrita Lopi—Bulukumba yang juga berprofesi jurnalis ini mengatakan, kafe yang dibuka pukul 09.00 hingga 22.00 Wita ini memiliki kelebihan dibandingkan warkop sejenis, karena dilengkapi buku-buku layaknya perpustakaan. Itu karena sesuai misinya, meningkatkan minat baca masyarakat.

 Untuk memudahkan pengunjung sekaligus peminat literasi ke kafé ini, maka konsep yang ditawarkan adalah, menghadirkan tata ruang, sekaligus menyiapkan dan menghiasi rak buku, dengan baik.

Di bagian lain, Rusdy mengemukakan, sejatinya, Kafe Baca juga punya pelanggan tetap. Sejak mulai beroperasi, lebih banyak komunitas atau kelompok mahasiswa dan relawan yang memanfaatkannya sebagai tempat berdiskusi atau pun menyelesaikan tugas kelompok.

Rusdy yang memulai karir sebagai jurnalis di Harian Pedoman Rakyat Makassar sekitar tahun 1991 ini mengemukakan, selain pelajar, pelanggangnya juga berasal dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan, warkopnya kerap digunakan berbagai komunitas di Kota Daeng ini untuk menggelar pertemuan. Apalagi, dia menyiapkan LCD yang memberi kemudahan bagi mereka untuk melakukan presentasi ketika diskusi.

 “Setidaknya, berbagai komunitas di Makassar yang menjadi pelanggan kami. Ada yang datang sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Awalnya, mereka datang hanya dua atau tiga orang. Namun, lama-lama ramai karena saling telepon. Suasana pun menjadi heboh dan ceria,” jelas Rusdy yang dalam kapasitasnya sebagai wartawan Pedoman Rakyat pernah mendampingi Gubernur Sulsel, Amin Syam, ke sejumlah negara Eropa, seperti Jerman, Belanda, Italia, Perancis, Swiss, dan Belgia tersebut.

Menjawab pertanyaan soal, mengapa dirinya menyiapkan buku yang tertata rapi di berbagai rak dekat tempat menyajikan makanan dan minuman. Rusdy mengakui, agar sambil menunggu pesanan, tamu sudah mau membuka-buka buku. Bahkan, ada sejumlah buku yang sudah dilahapnya.

Salah satu keunikan Kafe Baca adalah, dinding ruangan hingga plafonnya dipenuhi coretan aneka kata-kata motivasi, khususnya terkait pendidikan. Bahkan, sejak di pintu depan, pengunjung sudah disambut dengan aneka kata-kata motivasi. Pengelola seolah ingin menuntun pengunjung betapa pentingnya membaca untuk meningkatkan kapasitas diri.

Soal kiat sukses, demikian Rusdy, setidaknya ada 4 hal. Pertama, tempat usaha– untuk menggambarkan pentingnya lokasi usaha dan mendukung keberhasilan). Kedua, daftar menu lengkap dan harga terjangkau, serta rasa dan terjamin kesehatannya. Ketiga, Wi fi. Fasilitas ini yang tidak boleh dilewatkan begitu saja oleh usaha kafé minimalis yang modern dan unik. Ke empat konsep warkop yang menarik, unik dan modern dengan pelayanan ramah. Dan, kelima adalah promosi usaha yang gencar. (din pattisahusiwa)

BAGIKAN
Berita sebelumyaWalikota Minta PDAM Pikirkan Air ke Lorong
Berita berikutnyaMakassar Gelar Pemilihan Ketua RT-RW Serentak di 153 Kelurahan
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here