Politisi-cum intelektual, Rohani vanath atau kerap disapa Mama Ani, merupakan figur alternatif yang masuk dalam gelanggang kompetisi politik elektoral Seram Bagian Timur (SBT).

Munculnya sosok Mama Ani seakan-akan menghidupi kembali harapan publik yang rindu akan tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Kompetisi politik yang tampak ‘kemarau’ gagasan, perlahan menjemput kematiannya di hadapan Rohani Vanath. Lawan politik boleh saja kepanasan dengan kehadirannya sebagai salah satu perwakilan kaum perempuan dari lima kandidat calon bupati SBT. Namun kesabarannya menerima fitnah, tidak lantas menyurutkan tekadnya mengabdi untuk membangun tanah tumpah darah tercinta, SBT.

Rohani Vanath bukan figur yang diorbit kalangan bangsawan feodal. Bukan pula representasi dari kekuatan klan politik oligarkis mana pun. Ia adalah sosok yang lahir atas dasar kehendak dan diorbit oleh kekuatan rakyat. Wajar bila saja beberapa hasil survei menunjukkan bahwa Rohani Vanath adalah pemimpin masa depan bagi masyarakat SBT.

Karena Rohani Vanath di orbitkan atas dasar kehendak rakyat. Maka modal politik-Nya tak dibasiskan pada kekuatan, keuangan serta konsolidasi yang berwatak destruktif, namun tetapi ada pada gagasan, program dan fisibilitasnya.

SBT akan rusak dan masa depannya jadi semakin suram, bila hendak dibangun tidak berdasar gagasan yang rigid, kokoh dan koheren.

Sebagai politisi-cum intelektual yang punya pengalaman panjang dalam ranah pemerintahan (mantan anggota DPR RI), Rohani Vanath tentu memahami bagaimana mendorong perubahan hakiki bagi SBT.

Prinsip yang dipegang oleh Rohani Vanath demi perubahan hakiki adalah, perjuangan politik hendaklah diorientasikan ke jalan yang memanusiakan agar tercipta keadilan dan keadaban.

Tendensi prinsip ini jelasnya melenyapkan warisan feodal melalui penguatan demokrasi di aras lokal, dan merobohkan bangunan koalisi oligarki dengan politik kerakyatan selaku alternatifnya.

Menguatkan demokrasi di aras lokal memungkinkan, politik redistribusi sumber daya materiil demi adanya kesetaraan politik warga negara. Persis pada saat bersamaan, politik kerakyatan memainkan peran penting di dalam gelanggang perjuangan agar kepentingan rakyat dapat dimenangkan.

Membangun Kedaulatan Pangan Lokal

Tumbangnya kekuasaan oligarki sultanistik orde baru pada Mei 1998. Tentu peristiwa maha penting di dalam episode sejarah bangsa Indonesia, menjadi petanda babak baru bagi pembangunan negeri ini.

Meski kemudian demokratisasi bergulir dan kran desentralisasi terbuka, tak lantas semua berlangsung mulus sebagaimana yang dibayangkan oleh pejuang reformasi.

Desentralisasi betapapun juga menyisakan sejumlah titik rawan yang memungkinkan lahirnya kekuatan lokal baru atau dalam leksikon ilmu politik dikenal dengan istilah bosisme local.

Para bangsawan politik yang sebelumnya tertutup ruang geraknya, perlahan mulai mengonsolidasi kekuatannya. Begitu juga dengan jejaring oligarki di aras lokal pun mereorganisasi diri agar dapat beradaptasi dengan alam demokratis.

Baik itu kalangan bangsawan maupun oligarki predator, keduanya sama-sama bersandar pada kekuatan destruktif dan uang untuk memuluskan interes ekonomi politik-Nya: perlindungan kolektif tuk pertahanan kekayaan, akumulasi dan sentralisasi kapital. Interes ini jelas tak menghendaki politik redistribusi sumber daya.

Sebagaimana ditandaskan di awal tadi. Rohani vanath merupakan sosok alternatif bagi masyarakat SBT lantaran faktor non-afiliatifnya dengan kekuatan mana pun, baik dari kalangan bangsawan maupun faksi oligarkis.

Karenanya pertanian sebagai sala sebuah sektor strategis menjadi opsi utama tuk menjalankan agenda politik redistribusi sumber daya lewat gerakan koperasi.

Koperasi yang dimaksud disini bukanlah koperasi simpan pinjam yang hanya bersifat profit orientid. Bukan pula koperasi sekadar sebagai badan usaha, tetapi sebagai suatu sistem sosial dan demokrasi dari bawah. Gerakan koperasi di sektor pertanian inilah yang menjadi fondasi penting bagi perekonomian lokal di SBT. Sekaligus ini merupakan jalan mewujudkan cita-cita keadilan sosial!

Sudah sepatutnya sektor pertanian ini dimanfaatkan dengan baik agar para petani bisa merasakan manfaat ekonomisnya. Selama ini persoalan petani, utamanya petani kecil, terkait dengan masalah harga, akses menuju pasar, para tengkulak, mahalnya bibit. Untuk mengatasi persoalan ini koperasi petani adalah jawabannya.

Dengan adanya koperasi petani jalan menuju kemandirian petani akan semakin mudah terwujud. Bila saja program ini berjalan mulus itu artinya kedaulatan pangan lokal di SBT bukan lagi sekadar isapan jempol semata, melainkan jadi sebuah kenyataan.

Persis di titik inilah Rohani vanath sebagai jawaban dan karenanya jadi pilihan yang sangat tepat bagi masyarakat SBT!

Pembaharuan

Inaama

BAGIKAN
Berita sebelumyaUPT SDN 161 Unggulan, Sekolah Pertama Nasrum di Studio Pa’biritta BBPMP Sul-Sel
Berita berikutnyaMPM PWM Muhammadiyah Diskusi Publik Pertanian dan Konsolidasi Pengurus
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here