Tentu saya menyampaikan terima kasih, apresiasi, dan penghargaan yang tak terhingga kepada penyelenggara atas terselenggaranya Kongres Kebudayaan Sulawesi Selatan 2023 yang digelar di Gedung MULO, Jl. Dr. Ratulangi Makassar, 24-25 Juni 2023
Ini momentum yang sangat tepat untuk kembali merenung lalu berpikir kemudian bertindak untuk mengembalikan peran dan fungsi kebudayaan dan kearifan kita dalam bertutur dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Kenapa, budaya memiliki peran vital dalam bermasyarakat dan berbangsa. Sebagai contoh, Jepang, Cina, dan Korea Selatan adalah bangsa yang maju, tetapi tetap menjadikan budaya dan kearifan mereka dalam berperilaku dan bertutur.
Ini juga momentum yang tepat karena kita tengah berada di tahun politik, kita menghadapi Pileg, Pilpres dan Pilkada serentak 2024. Semoga kita sebagai insan pemerhati budaya dapat menyuarakan kepada pencari kuasa untuk tetap santun dan elok dalam memperjuangan visi misinya dalam berkampanye.
Seiring dengan perkembangan digital teknologi, kearifan dan budaya kita telah tergerus jauh dan saya tidak tahu kapan itu akan kembali.
Sipakatau. Sipakalebbi, Sipakainge dan mali siparappe dan macca, malempu dan magetteng telah sirna dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa kita.
Bugis Makassar dikenal macca, malemmpu, magetteng, namun dalam kehidupan ini, hampir semuanya telah hilang dalam kehidupan kita sehari – hari.
Memang secara Sosiologis, untuk menanamkan karakter kepada anak, dapat dilakukan melalui keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media, namun kelihatannya agen-agen sosialisasi bagi anak tersebut juga tidak mampu mengemban perannya.
Pertanyaan sederhananya untuk mengembalikan maruah kearifan dan budaya Bugis Makassar yang telah hilang itu harus dimulai darimana? Tentu sebagai orang tua, pendidik, dan pengambil kebijakan untuk merenung, berpikir, dan bertindak untuk mengembalikan peran dan fungsi budaya dan local wisdom kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Sukardi Weda)