Ambon, Inspirasimakassar.com:
H.Eddy Pattisahusiwa, lahir di rumah kakeknya, H.Abdul Mutalib Ely di Ambon. Persisnya di kintal Aselulu yang kini berdiri masjid megah, Al-Fatah Ambon. Hanya saja, saat kunjungan Soekarno ke Ambon, sang proklamator, yang juga presiden pertama itu senang dan suka akan kintal yang terletak tak jauh dari pelabuhan Yos Sudarso ini. Saat itu, Soekarno bilang, “bagaimana kalau di kintal ini, kita dirikan masjid” !!
Setelah berembuk dengan keluarga H.Abdul Muthalib Ely, tanah itupun di wakafkan untuk didirikan masjid. Soekarno pula yang menamai masjid kebanggaan masyakarat Islam Maluku tersebut. Al-Fatah, yang berarti kemenangan. Dari sini pula, masjid ini dibina oleh yayasan Al-Fatah dengan ketuanya dari turunan H.Abdul Mutalib Ely.
Usai menyelesaikan sekolah di Ambon, Eddy yang bertekad menjadi pebisnis itu, melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Padjadjaran, Bandung. Sebagai mahasiswa ekonomi, dia tidak sekadar kutu buku, melainkan memainkan peran aktifnya di berbagai organisasi, baik intra, maupun ekstra kampus.
Dia berpikir, lewat organisasi, seseorang akan mendalami banyak pengetahuan yang tidak diajarkan dalam kelas. Salah satu organisasi yang dimasuki Himpunan Mahasiswa Islam. HMI. Di organisasi yang didirikan di Jokjakarta, 5 Februari 1947 atas prakarsa Lafran Pane dan 14 rekannya dari mahasiswa Sekolah Tinggi Islam-sekarang Universitas Islam Indonesia ini, Eddy diberi amanah sebagai bendahara umum. SElain di HMI, Eddy juga masuk organisasi Sunda Damas, tahun 1973.
Setelah tamat, putera ke-6 pasangan H. Abdul Karim Pattisahusiwa dan Hj.Maemuna Elly ini, mengajukan lamaran kerja di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), Tingkat Provinsi, Jawa Barat. Di Dispenda ini, dia mengabdi mulai tahun 1978 -1983. Kemudian mendapat kepercayaan di Departemen Koperasi. Sebelum pensiun, Eddy sudah pernah ditawari menggantikan ayahnya, H.Abdul Karim Pattisahusiwa menjadi raja.
Hanya saja, saat itu, dia belum bersedia. Alasannya sederhana, masih berstatus sebagai PNS. Atas rembuk keluarga Pattisahusiwa, kemudian ditunjuk Abdul Madjid Pattisahusiwa (kini
Kini, setelah Raja Djoni Karim Pattisahusiwa meninggal dalam masa jabatan kedua, Eddy kemudian diberi amanah menjadi raja. Dia dilantik dan diambil sumpahnya sebagai raja definitif pada Sabtu, 27 Januari 2018.
Lalu apa yang mesti dilakukan dikala memangku jabatan raja? Eddy mengakui, akan melakukan pendekatan dengan masyarakat. Tujuannya untuk mengatur, dan mengurus kepentingan mereka. Tentunya didasari hak, asal usul, dan adat istiadat.
Hal paling penting adalah, menghadirkan rasa aman, tentram, sekaligus kehidupan bermasyarakat dilandasi dengan norma-norma ke-adat-an. Untuk lebih meningkatkan pemahaman agama Islam yang lebih baik, termasuk pembentukan kelompok-kelompok pengajian di setiap Hatam.
“Selain meletakkan adat dengan baik dan benar, saya juga akan melakukan berbagai program yang tentunya bermuara pada, kemaslahatan masyarakat Siri Sori Islam. Mulai dari bahasa, pengajian-pengajian, dan lainnya. Saya juga akan mengembalikan fungsi marinyo dan kewang. Termasuk, akan membenahi pantai di Wanahia untuk dijadikan obyek wisata,” ujarnya kepada sejumlah wartawan di rumah raja, usai dilantik sebagai Raja Negeri Sori Sori Islam, Sabtu, 27 Januari 2018.
Dia menambahkn, akan melakukan pendekatan dengan negeri tetangga. Tujuannya hanya satu, menjaga, menghormati, serta saling menghargai. Jika itu terlaksana, diyakini akan terwujud perdamaian abadi.
Masyarakat mengharapkan, dari tangan Eddy Pattisahusiwa, akan hadir pemerintahan yang nyaman dan indah. Pemerintahan yang muaranya tertujuh pada kepentingan masyarakat. Apalagi, setelah prosesi pelantikan sebagai raja, Eddy Pattisahusiwa tidak lagi milik keluarga besar Pattisahusiwa, melainkan milik seluruh masyarakat Siri Sori Islam.
Ketua Ikatan Keluarga Siri Sori Islam (IKASSI) Maluku Utara, Drs.Haris Wattiheluw mengharapkan, dibawah kepemimpinan Eddy Pattisahusiwa negeri ini jauh lebih baik. Dia mengakui, Siri Sori Islam memiliki sejarah panjang dan punya nilai-nilai historis. Hanya saja, belum terbukukan. “Dibandingkan dengan daerah lain, sejarahnya terdata. Karena itu, saya mengharapkan, ke depan generasi Siri Sori Islam berpikir membangun komitmen dan menggali berbagai kapata, tutur, dan lainnya kemudian disatukan dalam sebuah narasi,” pinta alumni SD Negeri Siri Sori Islam-Salaiku ini. (din)
Data diri :
Nama : Drs.H.Eddy Pattisahusiwa
Lahir : Kintal Aselulu—sekarang Majsid Raya Al-Fata Ambon.
Orang tua : H. Abdul Karim Pattisahusiwa dan Hj.Maemuna Ely—Cucu dari Raja Aselulu Alm H.Abdul Mutalib Elly.
Pendidikan : SD.Tawiri Ambon, SMP. Neg II Ambon, SMA Xaverius tamat thn 1970
Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung
Organisasi :
Bendahara Umum HMI tahun 1972 -1977
Oganisasi Sunda DAMAS 1973
Istri : Hj.Awies Haeriah
Anak-anak : 1. Moh Aditya Pattisahusiwa alumni ITB dan S2 di Italia (kini Manager di PT Hush Puppies Indonesia
- Rachmat Saleh Fajri Pattisahusiwa,SH (Loyer) kerja di BUMN PT. Timah Tbk.
- Ananda Chaerunissa, S. Ked (Fakultas Kedokeran Univ Negeri Sebelas Maret Solo
Cucu : Bambu Anaking Pattisahusiwa ( putra 7 tahun)
Sabrina Askadina Pattisahusiwa ( putri 6 tahun)
Rasafa Askadanis Pattisahusiwa ( putra 5 tahun)
Pengalaman Kerja : Tahun 1978 -1983 di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Tingkat I Jawa Barat
Tahun 1984 bekerja di Kemeterian Koperasi
Tahun 1985 – 1990 Kepala Seksi Verifikasi di Balitbang Kemenkop
Tahun 1991-2000 peneliti Balitbang Kementerian Koperasi
Tahun 2001-2007 Sekertaris Unit Kemenkop
Tahun 1992-1992 General Manager PT.Gapura Prima Group
Tahun 1993-1994 Direktur Teknik dan Perijinan
Tahun 1994-1996 Direktur HRD
Tahun 1997-2008 Derektur Marketing