Makassar, Inspirasimakassar.com:

Pelabuhan Yos Sudarso, satu dari sekian pelabuhan tersibuk di Maluku. Selain sebagai pusat bongkar muat, pelabuhan di Kota Manise, Ambon ini mendukung pariwisata, dan pendidikan. Pelabuhan utama ini terletak di kawasan, Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Honipopu, Kecamatan Sirimau.

Pelabuhan di kota bersemboyan “Bersatu Manggurebe Maju” ini berlabuh berbagai jenis kapal. Mulai perintis, nasional, hingga mancanegara.

Suatu saat, atau dua hari saat kota ini dilanda konflik horisontal, kapal yang saya tumpangi dari Makassar nyaris tak bisa berlabuh. Pasalnya, di pagi hari–saat memasuki teluk Ambon, di daratan, utamanya di pasar kepulan asap tebal terlihat jelas di mardika. Empat jam kami di tengah laut.

Ada usulan, agar kapten melanjutkan perjalanan ke Jayapura. Penumpang keberatan. Diantaranya ada yang memberanikan diri berenang. Setelah komunikasi dengan petugas keamanan, kapal pun diperbolehkan sandar di dermaga. Kami turun, tetapi tidak bisa melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing.

Sejumlah penumpang bisa pulang, dengan cara dijemput petugas. Entah berapa lama di pelabuhan, tiba tiba sebuah truk datang menjemput penumpang. Puluhan penumpang naik truk, terasuk saya dan seorang keluarga yang juga Polwan. Ternyata kami dibawa ke Polres pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease di Parigilima.

Di Polres ini, saya menuju rumah ponaan, Ma’aruf Pelupessy yang juga anggota kepolisian. Istri Ma’aruf kaget. Dia kemudian menyiapkan kamar depan untuk saya tidur, hingga satu pekan. Saya pun memberanikan diri jalan kaki dari Parigilima ke Galala di rumah kakak. Saat membuka pintu pagar, ponaan-ponaan saya pun kaget. Cia Salatalohy misalnya, berteriak “ommmmm…….ommmmmmmmm..”

Untuk mengenang peristiwa memilukan di bumi para raja itu, pemerintah kemudian membangun monumen “Gong Perdamaian” yang terletak di depan lapangan merdeka, Kantor Gubernur Maluku, dan markas angkatan darat, 733 Masariku.

Gong Perdamaian

Tak jauh dari pelabuhan Ambon ini, terlihat jelas jembatan yang menghubungkan Rumah Tiga, Sirimau pada sisi utara dengan Hative Kecil, Teluk Ambon pada sisi selatan. Jembatan terpanjang di kawasan timur Indonesia bernama JPM–Jembatan Merah Putih.

jembatan merah putih

Di belakang pelabuhan ini pula, berdiri dengan megah, masjid Raya Al-fatah. Masjid yang peletakan batu pertama dilakukan oleh proklamator, sekaligus presiden pertama, Soekarno, usai melakukan perjalanan dari Irianjaya–kini Papua. Nama Al-Fatah kata Soekarno merupakan lambang kemenangan, atas pengakuan Irianjaya ke pangkuan ibu pertiwi.

Masjid Raya Al-Fatah Ambon

Di masjid yang dibangun di kintal Aselulu ini, pada konflik lalu, saya pernah digeladah. Bahkan disuruh memperlihatkan identitas. Terdengar suara, “periksa KTP-nya”. Saya bilang, tidak ada. Dari situ, sebagian orang curiga, kalau saya penyusup.

Di situ, saya diinterogasi beberapa lelaki tangguh. Saat itu, saya menjelaskan kenapa tidak ber-KTP. Saya sebut marga dan asal. Termasuk menyebut keluarga dari H.Abdul Azis Imran Pattisahusiwa (Alm). Di ruangan khusus itu pula, tiba-tiba melintas seorang perempuan. Saya kenal perempuan cantik itu, karena satu sekolah di SMPN 2 Ambon. Kami pun bertegur sapa.

Tak lama kemudian, saya diperbolehkan keluar. Sampai di halaman masjid, saya bertemu beberapa rekan satu desa dengan saya, Siri Sori Islam. Kepada mereka, saya ceriterakan apa yang barusan saya alami di dalam ruangan. Mereka marah. Saya meredam. Kami pun duduk sambil berpikir, bagaimana bisa ke kampung halaman dalam suasana yang tidak kondusif saat itu.

Dulu, untuk mendapatkan tiket tujuan ke luar Maluku antrinya panjang dan melelahkan. Tetapi, untung saja, ada keluarga yang biasanya membantu melancarkan proses pembelian tiket. Diantaranya abang Acang Toisutta (Alm) dan abang Jamal Tuhepali (Alm).

Suatu saat petugas Pelni menahan saya. Mereka tanyakan tiket tujuan Makassar. Saya bilang hilang. Petugas tetap ngotot, agar saya tidak boleh masuk. Saya pun ngotot masuk.

Salah satu jalan, saya telepon ke travel di Makassar untuk memberi tau kode boking tiket yang telah saya pesan PP Makassar-Ambon dan Ambon Makassar. Saya pun masuk, kemudian melanjutkan perjalanan ke Makassar….

BAGIKAN
Berita sebelumyaAlumni Smakara Makan Malam di Restoran Surya, Didominasi Millenial
Berita berikutnyaDuit Rp 8 Miliar di Amplop Bowo Diduga dari Menteri
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here