Jakarta, Inspirasimakassar.com:
The 4th Neuroleadership Forum, bertujuan sebagai ruang dialog keilmuan dan kepemimpinan bagi para keystakeholders yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam membangun kecerdasan otak kerja, berbasis Akhlak, Moral dan Spiritual dan mewujudkan harmoni sosial dengan tinjauan dari sudut pandang Neurosains Modern.
Prof. Taruna Ikrar sebagai Co-Founder NeuroLeadership Indonesia adalah seorang ilmuwan tingkat dunia di bidang Neurosains Modern telah banyak meneliti bagaimana otak manusia berkinerja dalam hubungannya dengan Moral dan Spiritual.
Taruna memaparkan, pada NLF 04 kali ini yang diperkaya dengan nara sumber terkemuka lainnya di bidang pengembangan Moral & Akhlak SDM dari berbagai organisasi keagamaan dan spiritual diharapakan forum ini dapat menghasilkan gagasan-gagasan penting yang relevan dengan situasi saat ini dan dapat diimplementasikan, jelas Taruna Ikrar.
Taruna mengatakan, terdapat 3 tujuan utama yang akan dibahas pada forum ini yaitu : Membangun Rasionalisasi makna Agama sebagai core value yang “Rahmatan Lil Alamin” berbasis neurosains pathway, Menggerakkan metoda dakwah dan penyuluhan agama berbasis Neruofisiologi yang konstruktif, serta Modul pendidikan agama berbasis NeuroCognitive untuk menciptakan kekuatan akhlak dan karakter yang bertumbuh sehat, Kamis (27/2/2020).
Adapun narasumber yang diundang yaitu : Keynote oleh Menteri Agama RI Fachrul Razi, Prof. Taruna Ikrar – Neuroleadership Indonesia, DR. Tauhid NurAzhar – Neuroleadership Indonesia, DR. Komarudin Hidayat – UIII (Universitas Islam Internasional Indonesia), Hilman Latief, M.A., Ph.D.- UMY (Universitas Muhammadyah Yogyakarta), Dr. M. Imdadun Rahmat, M.Si.- Komnas HAM RI, Institute Agama Islam Sahid, Franz Magnis Suseno, S.J – STF Driyakarya, dan Moderator Abdul Kohar Pemimpin Redaksi Medcom.id.
Taruna berpesan, bahwa beragama di Indonesia harus menunjukkan sikap yang ramah terhadap orang dengan aliran kepercayaan atau ideology yang dimiliki bangsa lain.
“Sikap intoleran akan membuat kita terisolasi dan tertinggal. Islam sebagai agama mayoritas perlu menuju ummat wasathiyah, yaitu yang terbuka dan ini berawal dengan mengubah cara berpikir dan menyadari peran otak sehat dalam beragama”, paparnya.
Sehingga Fakta dan Riset membuktikan, bahwa otak yang sehat bisa membawa Kemuliaan beragama yang rahmatan lil alamin. NeuroLeadership adalah sebuah keyakinan yg bersifat melengkapi dan melayani. Membangun peradaban moral dan akhlak yg berbagi, keberlimpahan dan berkontribusi memajukan bangsa dan negara, imbuhnya.
Forum ini merekomendasikan agar Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama menjadikan konsep berpikir sehat dengan pendekatan empirik dan kualitatif sebagai acuan dalam mengembangkan pendidikan beragama di Indonesia. (Ishadi Ishak-r)