Makassar,Inspirasimakassar.com:
Daya tarik Ambon begitu indah dan mempesona. Pesona kota manise ini membuat banyak kalangan betah. Selain keindahan alam, tidak ketinggalan kota kecil ini kaya dengan wisata kuliner. Jika anda mencoba, pasti mau mencoba lagi, hingga anda akan kembali mencobanya untuk kesekian kalinya. Salah satu kuliner yang membuat anda tak akan melupakannya adalah, nasi kuning. Ya, nasi kuning khas Ambon ini, harum. Dan, enaknya, hingga butiran terakhir.
Jika anda suka nasi kuning, maka Ambon adalah tempatnya. Tidak percaya? Anda boleh ke kota yang kini dipimpin Richard Louhanapessy ini, untuk mencicipi nasi kuning itu, sekaligus melepas kangen di ibukota Provinsi Maluku tersebut. Tetapi, sekiranya anda berada di Makassar, bisa melangkahkan kaki ke Dapur Bunda Maryam, di Jalan Jati, Nomor 30 Panakukkang Mas untuk mencicipi nasi kuning.
Dr.Farida Azuz, seorang dosen Fakultas Pertanian Universitas Bosowa yang datang bersama keluarga di Dapur Bunda Maryam, mengakui, jika sarapan pagi dengan nasi kuning khas Makassar di Makassar itu hal biasa. Tetapi, kalau sarapan pagi, (alas poro dalam bahasa Ambon) dengan nasi kuning, dan cakalang khas Ambon di Makassar itu baru luar biasa. Sebab, ada selera yang terpenuhi. Ada rindu yang lelehkan batin. Dan, ada silaturrahim yang tersimpul.
Tentunya, kedatangan Farida Azuz ke Dapur Bunda Maryam ini, tidak sekadar sarapan pagi. Melainkan juga membawa identitas Maluku di meja makan. Obrolan intim bersama pemilik Dapur Bunda Maryam, sekaligus bertemu sesama warga Ambon dan kerabat di Kota Daeng ini demikian akrab.
“Kami bersenda gurau. Kami berbicara dari hati ke hati, dengan hati-hati. Karena, bagi orang Maluku, meja makan adalah tempat sakral. Tempat meneduhkan hati dan mengajar kejujuran,” ujarnya seraya menambahkan, sangat terasa berada di Dapur Bunda Maryam, karena ditempat ini ia mencatatkan rasa ke-Maluku-an di meja makan. Di sini pula, dia demikian menikmati dan mensyukuri nikmat ilahi.
Nyahamse Bin Hamid, pelanggan lain mengemukakan, pertama kali ke Dapur Bunda Maryam karena diajak rekannya. Setelah merasakan nasi kuning di sini, dia ketagihan. “Pertama kali saya ke sini, maka hampir setiap akhir pekan saya ke sini. Pokoknya, nasi kuning di sini lain dari nasi kuning lainnya di Makassar ini, “ tutur guru SD Inpres Unggulan Toddopuli Makassar ini, Minggu, 3 September 2017.
Bunda Maryam, pemilik dapur ini mengakui, bila nasi rasa kuning buatannya berbeda dari nasi kuning sejenis yang ada di Makassar. “Kami menjual rasa. Kami juga membuat makanan yang cocok di mulut, semua kalangan. Makanya, yang kami sajikan benar-benar lain, dari nasikuning sejenis. Semua orang mengakui, nasi kuning di sini, memang enak. Lain dari biasanya. Harga per porsi pun pas dikantong. Hanya Rp20.000,” tutur anak ketiga dari enam bersaudara, pasangan H.Rasyid Ali dan Hj.St.Rabiah yang lahir di Ambon, 5 Mei 1971 ini.
Lalu apa keistimewaan nasi kuning khas Ambon di dapur Bunda Maryam? Ternyata, terletak pada bumbu. Agar terasa lain dari nasi kuning biasa, si pemilik menggunakan daun sere, lengkuas, daun pandan, daun jeruk, dan daun salam. Kemudian dimasak pakai santan, tambah sedikit garam dan gula. Ini yang biking harum nasi kuning.
“Setelah itu, kami tambah sambal goreng, tempe, laksa, sarondeng, sayur, dan kacang-kacangan. Serta ikan cakalang. Selain itu, yang lebih dipentingkan adalah, menjaga kebersihan,” tuturnya.
Bunda Maryam membuat nasi kuning pada hari Jumat sebanyak 15 liter beras, Sabtu 20 liter beras. Begitu pula hari Minggu. Tetapi, setelah begitu banyak pelanggan, baik yang lama, maupun pelanggan baru yang setiap hari datang untuk mencari nasi kuning. Makanya, dalam waktu dekat ia merencanakan akan menyajikannya setiap hari.
Selain dipasarkan dari mulut ke mulut, istri dari Syafruddin (pensiunan Dinas Perhubungan Sulsel) ini juga memasarkan nasi Kuning Ambon lewat online. Misalnya, di FB, twiter, WA, Line, dan lainnya.
Rencana ke depan? Bunda Maryam akan terus membumikan nasi kuning khas Ambon di tanah Bugis-Makassar ini. Apalagi, masyarakat Maluku di ibukota Sulawesi Selatan ini terbilang banyak. Baik yang menetap, maupun mahasiswa.
“Salah satu keuntungan kami, karena komunitas masyarakat Maluku di Makassar banyak. Biasanya, mereka juga membawa rekan-rekan mereka untuk mencoba nasi kuning. Setelah sekali datang, bisanya mereka datang lagi. Nah, dengan begitu, kami mensyukuri nikmat yang diberikan tuhan. (din pattisahusiwa)