Makassar, Inspirasimakassar.com:
Ambon, indah dan memesona.. Selain keindahan alam, tidak ketinggalan kota kecil ini kaya dengan wisata kuliner. Jika anda mencoba, pasti mau mencoba lagi, hingga anda akan kembali mencobanya untuk kesekian kalinya. Salah satu kuliner yang membuat anda tak akan melupakannya adalah, nasi kuning. Ya, nasi kuning khas Ambon ini harum, enak, hingga butiran terakhir.
Tidak percaya? Anda boleh ke kota yang kini dipimpin Richard Louhanapessy ini, untuk mencicipinya, sekaligus melepas kangen di ibukota Provinsi Maluku tersebut. Tetapi, sekiranya anda berada di Makassar, Sulawesi Selatan, bisa melangkahkan kaki ke Jalan Sunu. Tepatnya di depan SMK 5 Pembangunan.
Sejumlah warga Ambon di Makassar, sengaja ke tempat jualan Nasi Kuning Ambon Bu Gemy ini. Mereka kadang memilih hari libur. Mereka mengaku, jika sarapan pagi dengan nasi kuning di Makassar itu hal biasa. Tetapi, kalau sarapan pagi, dengan nasi kuning, dan cakalang khas Ambon di Makassar itu baru luar biasa. Sebab, ada selera yang terpenuhi. Ada rindu yang lelehkan batin. Dan, ada silaturrahim yang tersimpul di dalamnya.
Tentunya, kedatangan mereka tidak sekadar sarapan pagi. Melainkan juga membawa identitas Maluku di meja makan. Obrolan intim bersama pemilik Nasi Kuning Ambon Bu Gemy pun terlihat akrab. Sesekali, mereka tertawa lepas dan penuh akrab. Di sini pula, sejumlah warga Bugis Makassar yang pernah menetap di Ambon juga terlihat antri, memesan nasi kuning.
“Di sini, selain menikmati nasi kuning, kami juga bersenda gurau. Kami berbicara dari hati ke hati, dengan hati-hati. Karena, bagi orang Maluku, meja makan adalah tempat sakral. Tempat meneduhkan hati dan mengajar kejujuran,” tutur Ama Kaplale—seorang warga Ambon yang kini menetap di Makassar, dua puluhan tahun silam.
ASN Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Makassar ini menambahkan, di tempat ini, ia mencatatkan rasa ke-Maluku-an di meja makan. Di sini pula, dia demikian menikmati dan mensyukuri nikmat ilahi.
Pernyataan senada dikemukakan pula warga Ambon lainnya yang kini bermukim di Makassar, Desi Silawane. ASN kesehatan ini mengaku, pertama kali ke nasi kuning Bu Gemy, lantaran melihat postingan di grup WA Kerukunan Warga Islam Maluku ((KWIM) Pusat Makassar.
Setelah merasakan nasi kuning di sini, dia ketagihan. “Pertama kali saya menikmati sajian sani kuning Bu Gemy, maka hampir setiap akhir pekan saya ke sini. Pokoknya, nasi kuning di sini, rasanya enak. Lain dari nasi kuning lainnya di Makassar ini, “ ujar Desi Silawane.
Gamar Sa’anun—pemilik Nasi Kuning Ambon Bu Gemy di sela sela melayani pelanggan mengakui, nasi rasa kuning buatannya berbeda dari nasi kuning sejenis yang ada di Makassar.
“Kami menjual rasa. Kami juga membuat makanan yang cocok di mulut, semua kalangan. Makanya, yang kami sajikan benar-benar lain, dari nasi kuning biasa. Semua orang mengakui, nasi kuning di sini, memang enak. Lain dari biasanya. Harga per porsi pun pas di kantong, Rp10.000” tuturnya.
Menyinggung keistimewaan nasi kuning khas Ambon di jajakan melalui mobil yang diparkir di bibir jalan, ternyata, terletak pada bumbu. Agar terasa lain dari nasi kuning biasa, dia menggunakan daun sere, lengkuas, daun pandan, daun jeruk, dan daun salam. Kemudian dimasak pakai santan, ditambah sedikit garam dan gula. Ini yang biking harum nasi kuning.
“Setelah itu, kami tambah sambal goreng, tempe, laksa, sarondeng, sayur, dan kacang-kacangan. Serta ikan cakalang. Selain itu, yang lebih dipentingkan adalah, menjaga kebersihan,” akunya.
Warga kompleks Aspol Tallo Lama, Blok D 14 bersuamikan anggota polisi ini membuat nasi kuning hanya pada hari hari tertentu. Utamanya hari Ahad. Tetapi, setelah begitu banyak pelanggan, baik yang lama, maupun pelanggan baru yang setiap hari datang untuk mencari nasi kuning, makanya, dalam waktu dekat ia merencanakan menyajikannya setiap hari.
Selain dipasarkan dari mulut ke mulut, Gamar Sa’anun juga memasarkan nasi Kuning Ambon lewat online. Misalnya, di FB, WA, dan lainnya.
Rencana ke depan? Bu Gemy akan terus membumikan nasi kuning khas Ambon di tanah Bugis-Makassar ini. Apalagi, masyarakat Maluku di Kota Daeng ini terbilang banyak. Baik yang menetap, maupun mahasiswa.
“Salah satu keuntungan kami, karena komunitas masyarakat Maluku di Makassar banyak. Biasanya, mereka juga membawa rekan-rekan mereka untuk mencoba nasi kuning. Setelah sekali datang, biasanya mereka datang lagi. Nah, dengan begitu, kami mensyukuri nikmat yang diberikan tuhan,” tutup pehobi nyanyi ini.
Sedangkan memasuki bulan Ramadhan kali ini, dia memilih menjual di rumah. Dan selama bulan suci ini pulan, ternyata juga menyiapkan menu khas Ambon lainnya. Misalnya, nasi pulut dan nasi pulut srikaya, harganya Rp10.000. Ada pula kue cara, perbuah Rp3000. Termasuk sayur acar bumbu kuning, Rp20.000, serta ikang cakalang bumbu bali, 4 potong, Rp30.000. (din pattisahusiwa)