Site icon Inspirasi Makassar

Mengapa Istri ke-4 Sultan Ternate Ditangkap Polisi?

Usai menghadiri resepsi pernikahan putera Drs, Adwi Awan Umar,M.Si–Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Kota Makassar dan Dr.Ir.Heliawaty,M.Si (Dosen Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin), Ilu yang menikahi Dara di Hotel Sheraton, Sabtu 2 April 2016 malam ini. Di Hotel mewah ini, saya pun mengucapkana selamat, sekaligus berharap, semoga keduanya menjadi pasangan yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Tiba di rumah, saya pun teringat kasus penangkapan Ratu Boki Nita Budhi Susanti yang tak lain adalah istri almarhum Sultan Ternate Mudaffar Syah, oleh Polda Maluku Utara, pekan ini. Dari berbagai sumber menyebutkan, saat menikah, Boki berusia 38 tahun. Sementara sang Sultan sekitar 80-an tahun. Adakah pernikahan ini benar-benar karena cinta? Ataukah karena harta atau tahta? Jika ya, tentunya perempuan adalah pencapaian yang bisa menjadi sumber masalah bagi seorang lelaki. Pasalnya, setelah meninggal, pada Kamis dini hari, 19 Pebruari 2015, keluarganya pun ribut.

Beberapa hari terakhir, publik Maluku Utara, dihangatkan tertangkapnya Ratu Boki. Istri ke-4 Sultan Ternate ke-48, Mudaffar Syah. Boki ditangkap polisi Polda Maluku Utara di kawasan Ciputat, Jakarta, pekan ini. Dibalik jeruji besi, perempuan 48 tahun ini harus mempertanggungjawabkan sangkaan melakukan penipuan, penggelapan, hingga memalsukan identitas.
Bekas anggota DPR-RI periode 2009-2014 dari Fraksi Partai Demokrat yang pernah mengaku dirinya keturunan Keraton Solo disangkakan memalsukan anak kembar orang lain bernama Gadjah Mada Satria Nagara dan Ali Muhammad Tajul Mulk yang lahir pada tahun 2012 seakan-akan adalah anak sah-nya bersama Sultan. Padahal dia tidak pernah hamil. Wiriawati, anak Sultan dari istri ketiga, Talha al-Mahri ini tidak meyakini Ali Muhammad Tajul Mulk Putra Mudaffar Syah dan Gadjah Mada Satria Nagara Putra Mudaffar Syah adalah anak kandung Boki dan ayahnya.
Wiriawati meyakini, Boki telah berbohong dengan mengaku hamil dari ayahnya. Padahal, dalam sebuah pertemuan, dirinya tidak pernah melihat tanda-tanda hamil pada tubuh Ratu Boki. Apalagi mengandung anak kembar. Tetapi Boki yang menikah dengan Sultan tahun 2000 silam, dengan santai mengatakan, dia hamil secara gaib, kemudian melahirkan diam-diam di Kendal, Jawa Tengah.
Wiriawati menambahkan, ayahnya tidak memiliki anak laki-laki untuk menjadi penerusnya. Dari sini, Boki memanfaatkan kesempatan merebut tahta itu. Dia mengaku hamil anak kembar laki-laki. Karena dalam tradisi, anak yang belum akil baligh, maka tahta boleh diwariskan ke ibunya. Makanya, Boki berpikir, bakal menduduki kursi kesultanan.
Boki pun membuat akte kelahiran buat si kembar. Dua bulan kemudian, Sultan memproklamirkan keduanya sebagai pengganti dirinya. Sultan Ternate ke-49., dengan gelar Kolano Ma Doru atau Sultan Muda Ternate. Hanya saja, saat dilakukan penyematan mahkota oleh tetua adat, keduanya meninggal dunia. Mungkinkah, jika itu konsekuensi menyalahi aturan.
Namun tahun 2015 lalu, Boki tetap mengklaim pengangkatan anak kembarnya telah memperoleh surat wasiat dari Sultan Mudaffar.Alasan lain, memang ada intrik dalam Kesultanan Ternate. Tapi Sultan Mudaffar dan perangkat adat sudah membuat keputusan mutlak sesuai aturan. Pengganti Sultan harus dari permaisuri sah. Yang lain kan sudah dicerai, jadi anak-anak mereka tidak bisa menjadi sultan.
Boki bahkan menuding, anak-anak sultan dari istri sebelumnya, pikiran mereka masih duniawi. Rekam jejak mereka tidak bagus perilakunya. Mereka selalu memalukan sultan. Dia malah menuding, anak-anak dari tiga istri tua sultan iri dan dengki atas keputusan itu. Bahkan, ada keinginan anak dari istri ke-3 Sultan,Firmansyah dipersiapkan menduduki takhta kesultanan ternate.
Secara diam-diam, anak-anak dari istri ketiga Sultan termasuk sejumlah warga adat melakukan penelusuran identitas sang Ratu. Mereka mengantongi bukti rekaman Sultan Mudaffar soal kebohongan dilakoni istri ke-4 tersebut. Mereka mengatakan, Boki telah menggali kuburnya sendiri.
Masyarakat adat kemudian mencabut gelar Permaisuri terhadap Boki pada tahun 2015, sekaligus dilaporkan ke pihak kepolisian. Salah satunya, usai melakukan tes DNA, ternyata anak kembar yang diakui sebagai anak sah Mudaffar dan Boki adalah palsu. Alias anak orang lain.
Disisi lain, khusus di Ternate tidak dikenal istilah putera mahkota, pengeran, atau gelar bangsawan lainnya. Takhta pergantian pemimpin mengalir. Dimana, setiap anak laki-laki keturunan Sultan wajib melewati prosesi pemilihan oleh Bobato 18. Yaitu, dewan adat berjumlah 18 orang. Layak atau tidaknya akan di uji dengan membaca Alquran tulisan tangan tanpa harakat atau Arab gundul.Termasuk dipentingkan, akhlak.
Tanda-tanda calon Sultan Ternate, sejatinya terlihat sejak dari lahir dan bisa terlihat saat pemasangan mahkota oleh tetua adat. Mahkota itu memiliki rambut. Setiap malam Nuzurul Qur-an rambut itu dipotong.. Dan, jika dia betul-betul kelak menjadi sultan, dia sudah bisa menyaksikan semua isi keraton baik nyata atau gaib. Disinilah puncak dari pemilihan penguasa Ternate. Sultan terpilih adalah orang merasakan aura tertentu dari mahkota. Jika tidak cocok, bisa saja ketika dipasangi mahkota terasa berat atau seperti memakai topi, atau bahkan pingsan. Termasuk mengikuti prosesi ritual magis yang melibatkan ruh para leluhur.
Hanya anak lelaki sah sultan bisa ikut dalam pemilihan. Bukan hanya terpaku pada anak tertua saja.. Misalnya, Mudaffar Syah bukan putra sulung, tapi dia terpilih menjadi raja setelah mengikuti prosesi adat. Lalu bagaimana kisah kelanjutan pengganti Sultan? Kita tunggu saja. SELAMAT BERMALAM MINGGU…

Exit mobile version