LAHAN pertanian saat ini semakin sempit akibat terkuras pembangunan, misalnya  perumahan dan perkantoran. Sekalipun demikian, petani tidak perlu resah. Sekalipun 70 % kandungan pasir miskin unsur hara dan butirannya tidak kompak, serta memiliki daya simpan air yang rendah, namun masih ada  pasir di pantai sebagai media tumbuh.

Karena sifat-sifat tersebut maka banyak sekali lahan berpasir yang tidak produktif karena sulit ditanami. Lahan berpasir memiliki kandungan hara hanya terbatas pada fosfor yang jumlahnya sangat sedikit (5,1-20,5 ppm). Sementara itu, bahan-bahan organik lain hanya 0,4% – 0,8%, natrium 0,05% – 0,08%, dan kalium 0,09% -0,2%. Temperatur permukaan lahan pasir juga sangat tinggi, rata-rata di atas 30 derajat celsius. Embusan angin kencang juga mendukung penguapan air di pantai.

Karakter-karakter lahan berpasir memang sangat tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan teknik pengolahan lahan berpasir sebelum digunakan sebagai media tanam. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengolah lahan berpasir tersebut sesuai dengan daerah dan kondisinya.

Tetapi, tidak banyak yang tahu, jika lahan berpasir dapat ditanami berbagai tanaman yang diinginkan, seperti holtikultura dan sayur-sayuran. Sebaiknya gunakan cara tumpang sari untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Misalnya bawang merah dan cabai. Atau buah naga yang saat ini populer dibudidayakan di lahan berpasir. Jika tanaman terserang hama, gunakan pestisida organik untuk meminimalkan zat kimia. Lahan berpasir merupakan lahan yang harus diolah sebelum digunakan maka sebaiknya benar-benar hindari pengguanaan bahan kimia agar lahan dapat terus digunakan dengan baik.

Hanya saja, Aris Muko, warga Dusun I Bugel, Panjatan, Pesisir Pantai Selatan, Kulon Progo
Yokyakarta awalnya mencoba-coba mengusahakan penanaman tanaman Rosella sebanyak 100 anakan di areal berpasir. Ternyata, tanaman hias itu tumbuh sumbur dan hasilnya  menggembirakan. Sejumlah rekannya kemudian mengikuti jejaknya mengusahakan Rosella.

Selain perawatannya cukup mudah, ketika masa berbunga, justru banyak warga datang membelinya. Harga jual yang ditawarkan pun cukup tinggi. Tiap kilogram kelopak bunga Rosella kering Rp100 ribu hingga Rp140 ribu, tergantung mutu dan kualitasnya. Keuntungan yang diraih Aris Muko, karena di sekitar pantai selatan Yokyakarta tanaman Rosella belum dikembangkan secara meluas.

Aris mengakui, tanah pasir di pantai memiliki kandungan bahan organik dan kesuburan yang rendah, sehingga ia memberi bahan organik, alas plastik atau mulsa bawah tanah sebagai lapisan kedap. Pemberian mulsa jerami di atas permukaan lahan juga perlu dilakukan, agar mengurangi evaporasi, serta menjaga kestabilan suhu, kelembaban tanah, serta mengurangi kehilangan air terlalu banyak.

Petani Rosella lainnya di Pantai Bugel, juga di Yokyakarta, Bejo  mengaku, tanaman Rosella mudah tumbuh di lahan pasir.   Dari sekitar 200-an batang Rosella yang ditanam, Bejo bisa memanen sekitar satu kilogram kelopak bunga basah per hari. Untuk dapat  menghasilkan satu kilogram kelopak bunga kering, dibutuhkan setidaknya 8-9 kilogram kelopak bunga basah.

Dari hasil budidaya dengan media pasir ini, demikian Bejo, dirinya dapat mencukupi kebutuhan
seluruh keluarga. Utamanya biaya pendidikan anak-anaknya. Ia berjanji tetap berusaha di lahan berpasir, karena lahan kebunnya sudah dijual beberapa tahun silam. Bahkan, dalam waktu dekat ia akan menanam sayuran.

Mengapa Bejo menanam di lahan berpasir? Karena ia mendapat masukan dari seorang keluarganya yang terinspirasi melalui bacaan di situs emanasanglobal.net. Di situs tersebut menceritrakan “para petani di pantai Tengah Au Lac, Provinsi Binh Thuan, Vietnam telah membuktikan bahwa, budidaya tanaman dengan menggunakan media pasir merupakan cara yang efektif”

Dengan teknik menanam yang sederhana, para petani di pantai Tengah Au Lac sukses membudidayakan berbagai macam sayuran dan buah-buahan di media pasir, termasuk bawang, lobak putih, kacang, pisang, kelapa, mangga, melon, tomat, serta sebagainya.

Di samping kualitasnya lebih baik, juga lebih tinggi dari tanaman yang menggunakan media tanah biasa. Sebut saja lobak putih. Jika dibandingkan dengan tanah biasa, lobak putih terlihat
lebih putih, lebih panjang, dan kelihatan lebih baik, sedangkan lobak yang ditanam menggunakan media tanah biasa terlihat pendek, tidak begitu putih, dan
sedikit coklat kehitaman.

Paulus Tribrata, pemilik kebun agrowisata “Kusumo Wanadri” di Pantai Glagah, Temon melihat, tingginya harga jual  Rosella memicu animo petani lahan pasir untuk mulai membudidayakannya. Ia mengusahakan kebun agrowisata seluas 3,5 hektarnya untuk penanaman Rosella. Kebun agrowisata itu bahkan dijadikan sebagai lokasi belajar para petani.

Paulus pun berharap agar pemerintah daerah dapat memberi perhatian lebih terhadap budidaya Rosella. Karena, tanaman ini merupakan komoditas pertanian alternatif yang amat baik untuk diusahakan secara serius.

Dalam dunia kesehatan dan pengobatan, tanaman Rosella, memiliki khasiat yang cukup baik, khususnya mengurangi kekentalan darah sehingga mampu mengobati penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, kolesterol, dan sakit jantung. Khasiat ini terutama karena kandungan kimia asam organik, polisakarida, flavonoid, dan aneka jenis vitamin dengan konsentrasi tinggi pada kelopak bunga Rosella. (din/miu)

bertanam di lahan berpasir
Bertanam di lahan berpasir

Cara Pertama

  • Lahan berpasir dibersihkan kemudian disirami dengan air panas untuk membunuh ulat yang biasanya ada di lahan berpasir.
  • Setelah itu dicangkul dan digemburkan
  • Lahan ditaburi dengan pupuk kandang dan dibiarkan sekitar satu bulan agar pupuk kandang dalam keadaan matang
  • Kemudian dicangkul lagi dan ditaburkan abu dapur untuk mengurangi keasaman lahan berpasir
  • Lahan siap untuk ditanami.
  • Selanjutnya, setelah penanaman dilakukan, berikan pupuk secukupnya
  • Selang 15 hari, lakukan pemupukan kembali
  • Lahan berpasir adalah lahan yang sulit menyimpan air sehingga sebaiknya dilakukan penyiraman setiap hari pagi dan sore.

Cara Kedua

  • Siapkan lahan berpasir dengan memberikan pupuk kandang/pupuk kompos yang telah matang. Pupuk  yang matang ditandai dengan berwarna hitam, tidak berbau dan beremah-remah.
  • Selanjutnya tambahkan dolomit dan tanah liat untuk mengurangi keasaman tanah.
  • Tanah siap ditanami tanaman holtikultura atau yang lainnya.
  • Pemupukan dilakukan dengan pupuk organik selama satu musim tanam untuk meningkatkan produktivitas tanah
  • Untuk mengurangi penguapan dapat diberikan mulsa atau jerami
  • Untuk mengurangi tiupan angin dapat dibuat penghalang untuk memagari area garapan
  • Jangan lupa untuk melakukan penyiraman tiap pagi dan sore hari.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here