Selayar, Inspirasimakassar.com:
Persoalan sarana dan prasarana, fasilitas, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan masih menjadi permasalahan yang mendasar di semua sekolah lanjutan atas di Kabupaten Kepulauan Selayar. Keluhan ini terungkap dalam temu konstituen antara sejumlah kepala sekolah SMA dan SMK dengan Wakil Ketua Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan, H Ince Langke IA, S.Pd, MM.Pub yang membidangi Pendidikan bertempat dihalaman SMAN 1 Selayar Jl Kemiri No 4 Benteng, Kamis (05/02) kemarin.
Dikatakan H Ince Langke IA, keberadaannya di Selayar selama sepekan kedepan akan melakukan kunjungan ke sejumlah titik untuk menyerap aspirasi masyarakat sebagai bahan bahasan dalam rapat-rapat dengan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan. Diantaranya SMAN 1 Selayar dalam Kota Benteng, Desa Bontomarannu di Kecamatan Bontomanai, SMKN 8 Selayar di Tongke-Tongke Desa Lowa Kecamatan Bontosikuyu didaratan Pulau Selayar dan dua wilayah kecamatan pulau yaitu Kecamatan Pasi’marannu dan Kecamatan Taka Bonerate.
Saran, masukan, harapan dan bahkan kritikan sekalipun sangat diperlukan dalam temu silaturrahim sebagai upaya dan langkah untuk menuju perubahan khususnya yang bersentuhan dengan kebijakan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan dibidang pendidikan. Semua bentuk permasalahan yang mendasar akan menemukan jawabannya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sulawesi Selatan dan Pemerintah Pusat. Karena itu, aspirasi yang masuk akan menjadi bahan pembicaraan dalam rapat-rapat kerja dengan Gubernur Sulawesi Selatan.” tutur Wakil Ketua Komisi E DPRD Sulsel ini.
Untuk sistem informasi pendidikan tambah Ince Langke, tahun 2020 ini ada 4 sekolah SMA dan SMK yang akan dijadikan Pilot Project. Masing-masing SMAN 1 Selayar di Jl Kemiri Kelurahan Benteng, SMAN 2 Selayar di Batangmata, SMKN 1 Selayar di Bonea Kelurahan Benteng Utara dan SMKN 5 Selayar di Bonehalang Kelurahan Benteng Selatan. Terkait kebutuhan komputer, DPRD Sulsel telah mengusulkan anggaran pengadaan ke Dinas Pendidikan sebesar Rp 14 miliar. Sehingga diharapkan nantinya, komputer itu bisa menyebar diseluruh sekolah SMA dan SMK di Sulsel.”
Juga sebagai saran dan masukan dari Kepala SMAN 6 Selayar di Pulau Bonerate mengenai pembangunan SMK dan SMA disetiap wilayah kecamatan akan menjadi bahan pembicaraan dengan Dinas Pendidikan Sulsel. Tak terkecuali permintaan tenaga guru dan tenaga pustaka, tenaga laboratorium dan operator di semua SMA dan SMK. Demikian pula permintaan SK penetapan jam mengajar bagi tenaga honorer yang dibiayai melalui dana BOS dan APBD Propinsi. Juga tentang kekurangan tenaga guru yang hampir terjadi disemua sekolah.” jelas Ince.
Dalam kesempatan itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Kabupaten Kepulauan Selayar, Usman, S.Pd, MM juga memaparkan bentuk keprihatinannya terhadap sejumlah sekolah yang mengalami kekurangan guru dan tenaga kependidikan didaerah ini. Salah satu contohnya kata dia adalah SMKN 8 Selayar di Tongke-Tongke. Dapat dibayangkan jika sekolah yang membina tiga keahlian cuma dibina dan diasuh oleh 2 guru PNS. Itupun sudah termasuk kepala sekolah. Belum lagi sarana dan prasarananya yang sangat jauh dari harapan.” paparnya.
Kepala SMAN 3 Selayar, Daeng Ngilau merasa sangat prihatin jika isu penghapusan tenaga guru honorer itu benar adanya. Sebab jika ini terjadi itu akan sangat berdampak pada kekurangan guru PNS akibat banyaknya guru PNS yang memasuki masa pensiun. Dan secara otomatis akan mempengaruhi kekurangan tenaga guru di semua sekolah. Karena itu disarankan agar guru honorer yang ada saat ini baik yang dibiayai dana BOS maupun APBD Sulsel supaya diakomodir dalam pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak Kerja (P3K).” katanya berharap.
Bahkan lebih miris lagi sebuah sekolah yang tidak memiliki pintu. Ada juga sekolah yang mejanya terbuat dari bambu. Baik meja siswa maupun meja guru. Malahan dengan sangat terpaksa meja tennis meja yang digunakan oleh siswa sebagai tempat belajar. Demikian pula untuk guru, mereka menggunakan balai-balai dari bambu sebagai meja diruang guru. Belum lagi lemari guru yang sama sekali tidak ada. Fenomena ini terjadi di SMKN 6 Selayar di Pulau Kalao Toa Kecamatan Pasi’lambena yang merupakan wilayah kecamatan terjauh dengan jarak tempuh dua hari dua malam dengan menggunakan kapal motor layar milik warga setempat dari Benteng ibukota kabupaten. (M. Daeng Siudjung Nyulle)