Mantan Wartawan Identitas Raih Doktor Pertanian
Dr. Ir. Heliawaty CHL. Adwiawan, M.Si , Raih Doktor Pertanian

“Kami manusia, seperti halnya laki-laki. Lepaskan belunggu kami! Izinkan kami berbuat dan tunjukkan, bahwa kami manusia. Manusia seperti laki-laki”. Sebait teriakan tokoh emansipasi, RA Kartini, tatkala melihat keterkungkungan perempuan di zamannya. Atas perjuangan perempuan kelahiran Jepara, 21 April 1879 itulah, dan jauh sebelumnya, Islam telah mengangkat status wanita ke dalam status yang layak sebagai manusia yang bermartabat sebagaimana pria. Baik kesamaan hak, maupun meraih karir. Dr. Ir. Heliawaty CHL. Adwiawan, M.Si, salah satunya.
Mantan wartawan koran kampus Unhas, Identitas yang kini dosen Fakultas Pertanian Unhas ini, 11 Maret 2015 lalu meraih gelar doktor bidang Ilmu Pertanian di almamaternya. Di hadapan tim penguji masing-masing Prof.Dr.Ir.Didi Rukmana, M.S, Dr.Ir. Rahmadanih, M.Si, Dr. Muh Hatta Jamil, S.P, M.Si, serta Muh. Arsyad, SP., MS, Ph.D, berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Modal Sosial, Perilaku Inovatif dan Perilaku Ekonomi Petani Dataran Tinggi dan Dataran Rendah di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan”.
Mengapa memilih modal sosial untuk disertasinya? Heliawaty mengurainya kepada Inspirasi, awal April 2015 di kediamannya, Jalan Hertasning VI Makassar. Menurutnya, modal sosial saat ini lagi fenomenal. Apalagi penelitiannya juga dilakukan di kabupaten yang kini mendapat perhatian bukan saja lokal Sulawesi Selatan, melainkan nasional, bahkan dunia yang kini dipimpin Prof. Dr. Ir. HM Nurdin Abdullah, M.Agr itu.
Baginya, modal sosial adalah kapasitas yang dimiliki suatu masyarakat untuk mencapai tujuan bersama, baik ekonomi, maupun non ekonomi. “Dalam penelitian ini saya berfokus pada tujuan ekonomi. Karena itu, implikasi kebijakan yang diperlukan, pertama adalah, pemerintah daerah perlu mengembangkan program pemberdayaan/penguatan modal sosial dalam mengelola usahatani di dataran tinggi dan dataran rendah. Kedua, pemerintah daerah perlu pula mengembangkan wahana-wahana belajar untuk meningkatkan perilaku inovatif dan perilaku ekonomi petani di dataran tinggi dan dataran rendah,” ujarnya.
Putri Dekan Fakultas Kedokteran UMI Makassar pertama, Dr.H.Chaeruddin Lakare, Sp.MK, Sp.PK, Sp.MKK, Sp.MKM ini mengakui, ada tiga hal yang terangkum dalam disertasinya, (1) Terdapat hubungan antara modal sosial dan penguasaan sumberdaya. Tentunya, dengan tingkat signifikansi bervariasi antara berbagai modal sosial dan jenis sumberdaya di dataran tinggi dan rendah. (2) Unsur modal sosial dalam bentuk jaringan sosial, mutual trust dan resiprositas memiliki hubungan nyata dengan perilaku inovatif dalam kreativitas dan pengambilan resiko petani di dataran tinggi dan rendah. (3). Terdapat hubungan antara modal sosial dan perilaku ekonomi dengan tingkat signifikansi yang bervariasi, antara berbagai unsur dalam modal sosial dengan berbagai unsur dalam perilaku ekonomi baik di dataran tinggi maupun rendah.
Dengan adanya modal sosial yang dimiliki petani, maka mereka dapat memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dikuasai dengan lebih baik, dan perilaku inovatif petani bisa dikembangkan. Demikian pula perilaku ekonomi juga ikut berkembang, sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah.
“Ini merupakan benang merah penelitian saya. Dan hasil penelitian ini mendukung, memperkaya dan melengkapi teori modal sosial James Coleman, teori perilaku inovatif Bryd & Bryman serta konsep perilaku ekonomi Granovetter,” tutur ibu dua orang anak ini.
Heliawaty yang memfavoritkan warna coklat, merupakan anak sulung dari sembilan bersaudara. Cita -cita awal istri Drs. Adwiawan Umar, M.Si (Sekretaris DPRD Kota Makassar) ini menjadi dokter, seperti ayahnya. Hanya saja cita-cita itu tidak kesampaian. Dua kali tes masuk ke Fakultas Kedokteran, namun gagal.
“Mungkin saja, kegagalan bertarung merebut kursi di fakultas favorit tersebut, bukan karena ketidakmampuan. Melainkan ini sudah menjadi jalan Tuhan, jadi disukuri saja,” urai Ketua Dharma Wanita Sekretariat DPRD Makassar ini.
Di kampus negeri terbesar di Indonesia timur itu, Heliawaty memanfaatkan kesempatan meraih banyak pengalaman baik intra maupun ekstra kampus. Berbagai organisasi kemahasiswaan dimasuki, utamanya himpunan jurusannya, Sosial Ekonomi Pertanian. Termasuk membaca puisi, dan membuat cerpen. Cerpennya pernah dimuat di beberapa majalah. Dan, salah satu wadah yang menjadi kenangan tak terlupakan saat menjadi wartawan surat kabar kampus. Identitas.
Sejumlah rekannya di Identitas diantarnya Dr. Iqbal Latief, Baso Ali, Zakaria, Dr.Ir. Imam Mujahidin, MTD., dan lainnya. Sedangkan seniornya adalah Drs.HM.Dahlan Abubakar. Dia juga mengingat masa-masa ketika mengikuti sejumlah pelatihan jurnalistik. “Pokoknya masa-masa menjadi wartawan Indentitas begitu berkesan,” tuturnya, seraya menambahkan, ketika mendapat tugas pertama mewawancarai Dr. H. Ajiep Padindang SE, MM. (kini anggota DPD-RI). Saat hasil wawancara yang sudah teredit dan termuat di Identitas, merupakan kepuasan tersendiri baginya. Tidak bisa dilupakan hingga kini.
Lalu, siapa tokoh panutan yang menjadi inspirasi bagi perempuan kelahiran Makassar, 19 Desember 1966 ini? Kedua orang tua, mertua, suami, kedua anaknya, serta promotor dan co promotornya. Prof.Ir.M. Saleh S. Ali, M.Sc, Ph.D, Prof.Dr. Ir.A. Rahman Mappangaja, M.S., dan Prof.Dr.Ir. Darmawan Salman, M.S. “Ketiganya adalah pembimbing saya. Beliau-beliau adalah guru besar yang hebat yang banyak menempa dalam proses penyelesaian jenjang doktoral saya,”.
Menjawab pertanyaan soal apresiasi wanita karir, alumni SD Nusantara, SMPN 6 dan SMAN 1 Makassar ini mengemukakan, wanita karir adalah peran dan aktivitas kaum perempuan di luar kegiatan rumahtangga. Keberhasilan sebuah peran, ditentukan beberapa faktor. Salah satunya, memprioritaskan hal-hal yang dianggap urgen eksistensinya. Ketika diperhadapkan bagaimana perempuan berperan sebagai seorang ibu, seorang istri dan seorang pekerja dalam sebuah unit kerja, maka disaat itu pula dia harus pandai memilah-milah untuk mengoptimalkan perannya sesuai skala prioritasnya. Dengan demikian, seorang wanita karir akan eksis dan mendukung karirnya.
Sedangkan soal kesejajaran laki-laki dan perempuan (gender), ibu dua orang anak itu mengaku, sejarah telah menginformasikan bahwa sebelum datangnya Islam, kondisi wanita secara umum adalah suram. Dengan datangnya Islam, posisi wanita secara radikal terdefinisi kembali, telah mengangkat status wanita ke dalam status yang layak sebagai manusia yang bermartabat sebagaimana pria. Sebagaimana Nabi bersabda: “Semua manusia adalah sejajar, sama sejajarnya seperti gigi sebuah sisir.Tidak ada yang lebih unggul dari seorang Arab atas non-Arab, seorang yang berkulit putih atas yang berkulit hitam atau laki-laki atas wanita. Sesungguhnya yang bertaqwalah yang disukai Allah.
Menantu dari alm. H. Umar Amry & Hj. Sitti Nuraeny ini menambahkan, di dalam Islam semua manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah sejajar. Termasuk dalam pekerjaan. Islam tidak membedakan antara pekerjaan atau amal shalih, asalkan dilandasi iman dan taqwa kepada Allah SWT. Bahkan Allah menyatakan, siapa yang bekerja, maka ia akan mendapatkan kehidupan yang baik dan berkualitas. Sebagaimana dalam firman-Nya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (Q.S. an-Nahl: 97).
Sementara itu, ayahnya yang termasuk kelompok spesialis mikrobiologi pertama di Indonesia ini, selalu mengajarinya untuk tegar menghadapi semua masalah. Termasuk, harus terus belajar hingga jenjang tertinggi bidang akademik. Begitu pula dengan ibunya (Hj. Djauhariah Abdul Rasyid) yang kini almarhumah. Sedangkan suaminya, senantiasa memberi dorongan dan semangat, termasuk anak-anak (Adelia Chairumi Adwiawan, SE dan Muh. Chairulamry Adwiawan) yang selalu memberi support untuk terus berkarir dan berkarya. (din)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here