Untitled-1 copy

Fenomena berbisnis dikalangan mahasiswa memang bukan hal baru. Mereka yang memiliki ide kreatif langsung membangun komitmen untuk memulainya. Karena dikemas secara profesional, maka hasil akhir yang diperoleh pun mendatangkan pundi-pundi  rupiah.

Diandra Sabrina misalnya. Bersama tiga orang rekannya masing-masing Nadia Novira, Putri Utami, serta Erni Rasulong, mereka mengolah kain sutra menjadi sejumlah produk kerajinan bernilai jual cukup tinggi, yakni sepatu bermerek Ewako Shoes. Pelanggan pun tersebar di sejumlah daerah di seluruh Indonesia.

Empat sekawan ini mendirikan usaha dibawah bendera Ewako Shoes, sekaligus menjadikannya sebagai brand sepatu. Shoes, ‘Ewako’.  Shoes adalah sepatu berbahan baku kain sutra asli Kabupaten Sengkang,  Sulawesi Selatan.  Melalui sepatu ini, Diandra dan kawan-kawan ingin memperkenalkan ‘batik’ khas Sulawesi Selatan, sekaligus berharap masyarakat tidak hanya mengenal batik dari Jawa saja.

Mereka ingin menunjukkan bahwa, motif-motif dari kain sutra Kabupaten Sengkang,di  Sulawesi Selatan tidak kalah dari batik Jawa. Konsep mereka adalah memadukan kain khas Sulawesi Selatan dengan desain sepatu modis. Dalam bahasa Bugis-Makassar Ewako berarti berani.

Dari segi kualitas, demikian Beby, sapaan Diandra Sabrina, keunggulan sepatu Ewako tidak kalah dari dari sepatu buatan pabrikan. Pembeli juga tidak perlu khawatir akan menemukan kembaran dari sepatu kreasi mereka.Pasalnya , Ewako Shoes ini diproduksi hanya satu desain untuk satu produk.

Mantan mahasiswa Kedokteran Unhas mengaku, sekalipun menggunakan kain sutra, namun desainnya sederhana agar menghilangkan kesan resmi dan mewah. Bahkan, bisa digunakan santai dan kasual, sehingga diterima semua kalangan, terutama remaja putri. Tahun 2013 diproduksi jenis  sepatu tanpa hak  yang nyaman dipakai sehari-hari.

 Ada pula model clogs, dan lovers.  Ada model  hak terbentang di sepanjang alas sepatu yang sederhana tetapi elegan. Belakangan, jenis sepatu sandal turut diproduksi. Jenis-jenis tersebut disenangi kalangan muda hingga orang dewasa.

Harga yang ditawarkan beragam. Mulai Rp225.000  hingga Rp245.000.  Harga ini belum termasuk ongkos kirim, karena sepatu Ewako hanya dapat dibeli melalui internet. Calon pembeli dapat melihat berbagai produk sepatu di situs Ewako. Selain melalui jejaring sosial, pemasaran jenis sepatu ini juga dilakukan lewat sejumlah pameran.

Tahun 2011, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulsel mengundang Ewako ikut dalam ajang pameran Femme. Katalog sepatu Ewako tersaji secara lengkap di Instagram yang memang didesain khusus untuk menampilkan foto-foto sang pemilik akun. Sejumlah artis, seperti Dea Ananda dan Risty Tagor, pun turut memajang foto mereka mengenakan sepatu Ewako di akun Instagram.

Selain pemasarannya di berbagai lokasi dan toko of line, juga menggunakan sosial media seperti facebook, twitter, instagram, dan Blackberry. Meski pemasaran melalui sosial media, namun kami mampu meraih omzet rata-rata Rp15 juta sebulan, belum termasuk penjualan melalui of line yang tentunya jauh lebih besar. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dan aksesorisnya, serta biaya pengrajin, serta marketing sekitar Rp10 juta sebulan.

 Para pelanggan pun beragam, bukan saja di Kota Makassar, melainkan di Jawa, Medan, Balikpapan, hingga Jayapura, dengan rata-rata pesanan setiap bulan 50 hingga 60 pasang, dengan ukuran mulai dari 36 hingga 40.

Agar tak terkesan monoton, penggunaan corak sutra dibuat bervariasi. Ada sepatu yang seluruh bahannya dari sutra, tetapi tak sedikit pula yang dipadukan dengan bahan lain, seperti kulit, beludru, dan jins. Khusus sepatu jenis wedges, motif sutra dipasang di bagian hak yang ketebalannya sekitar 7 sentimeter. Motif sutra yang digunakan kebanyakan berwarna cerah supaya tampak menarik. Model sepatu dipilih yang kasual dan santai agar dapat diterima semua kalangan, terutama remaja putri.

Selama tiga tahun berbisnis, Diandra Cs telah menghasilkan puluhan desain sepatu. Varian itu merupakan gabungan ide orisinal dengan inspirasi dari beragam model sepatu yang ada di internet. Demi menjaga eksklusivitas produk, sepatu Ewako hanya dibuat satu pasang untuk setiap ukuran mulai dari 36 sampai 40.

Soal modal awal, Beby menyebut Rp15 juta yang diperoleh dari memenangkan lomba desain sepatu berbahan baku sutra Sengkang, pada Pekan Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang digelar  Unhas

tahun 2012.

Namun disaat berkembangnya usaha sepatu Ewako, tuga rekan  Beby  memilih pindah ke Jakarta setelah lulus sarjana dari Jurusan Teknik Elektro. Nadia mengambil pascasarjana di School of Business and Management  SBM-ITB. Sedangkan Putri melanjutkan studi Teknik Elektro di UI. Sedangkan  Erny bekerja di salah satu perusahaan operator seluler.  Sekalipun demikian , bisnis mereka tetap jalan, karena dikelola Beby.

 Teknik pemasaran itu rupanya efektif menjaring pembeli. Pelanggan sepatu Ewako kini tak hanya terpusat di Pulau Jawa, tetapi tersebar dari Medan, Balikpapan, hingga Jayapura. Rata-rata 50 pasang hingga 60 pasang sepatu terjual dalam sebulan.

Soal rencana ke depan, Beby mengatakan akan terus melebarkan sayap ke berbagai kota. Dan tidak menutup kemungkinan, suatu saat mampu menembus pasar internasional. Hanya saja, terkendala minimnya tenaga perajin. Untuk menyiasatinya, saat ini pihaknya mencari pembuat sepatu yang andal  baik di Bandung maupun Jakarta.  (nabila-din)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here