Makassar menjadi satu – satunya kota di Indonesia yang memiliki regulasi pengaturan harga sampah dengan pemisahan empat jenis. Yakni, sampah plastik, kertas, logam, dan botol (kaca). Dari sinilah, bank sampah dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat, dengan berbagai program yang menyertainya. Seperti sampah tukar beras, sampah tukar voucher listrik, sampah tukar air galon di kepulauan, dan sampah tukar gas 3 kg. Jika dikelola maksimal, maka yakinlah, Makassar akan menjadi kota idaman. Kota bersih dan nyaman. Sekaligus terhindar dari bencana seperti yang pernah terjadi di Bandung dengan 143 jiwa melayang, 21 Februari 2005 silam.
Program kebersihan yang dicanangkan Walikota Makassar, Mohamad Ramdhan Pomanto mulai membuahkan hasil. Setidaknya empat program yang lahir dari walikota berlatar arsietk Universitas Hasanuddin (Unhas) ini yakni Makassar Tidak Rantasa (MTR) yang dicanangkan di CCC Tanjung Bunga, 15 Juni 2014, Sampah ditukar beras yang dicanangkan di pusat bank sampah Makassar, Jalan Toddopuli, 7 Juli 2015, dan gerakan Lihat Sampah Ambil (LISA) yang dimulai Juni 2014.
Ada pula kerja bakti rutin setiap Jumat para PNS se Makassar dimulai Mei 2014. Tempat sampah gendang dua dimulai November 2014. Bank sampah dan plastik sampah dimulai Maret 2016, hingga launching tiga program kebersihan, yakni launching kantong plastik berbayar, launching bank sampah digital, dan launching logo gerakan tiga jari.
Keberhasilan program-program inilah berimbah pada dipilihnya Makassar sebagai tuan rumah Hari Peduli Sampah Nasional. Tentunya, pilihan ini menjadi apresiasi bagi seluruh masyarakat. Prestasi inilah membuat Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo angkat bicara. Ia mengemukakan, Karena Makassar telah menjadi percontohan di Indonesia, maka tidak ada pilihan lain, seluruh kabupaten/kota di provinsi ini harus mendukung. Jika ini dilakukan dengan baik, tentunya pemerintah pusat member perhatian khusus kepada daerah ini.
Syahrul optimis, dirinya bersama seluruh kepala daerah di daerah ini , serta seluruh instansi terkait dan masyarakat menjadikan Sulsel sebagai pilar program pemerintah Indonesia. Untuk mendukung hal tersebut, 24 kabupaten/kota di Sulsel akan menerapkan program penanganan sampah, terkhusus program dari kementerian lingkungan hidup dan kehutanan, yaitu kantong plastik berbayar.
Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto sekalipun, peringatan dan kepercayaan itu tidak sekadar seremoni semata, namun momentum ini harus memiliki arti bagi di Kota Angin Mammiri ini menyikapi persoalan persampahan. Untuk menjawab itu, ia terus bernamuver, menjadikan kota yang dipimpinnya ini benar-benar menjadi lebih baik. Untuk itu, walikota berlatar arsitek ini tidak tinggal diam.
“Momentum ditunjuknya Makassar sebagai tuan rumah hari peduli sampah nasional tentu sebuah apresiasi buat kita di Makassar. Tapi saya tidak ingin ini hanya berbuah seremoni semata. Momentum ini harus memiliki arti bagi Makassar dalam menyikapi sampah-sampah yang kita hasilkan setiap harinya,” tuturnya.
Ia bahkan berjanji, tahun 2016 ini akan terus memperluas program bank sampah hingga 330 unit dari 250 jumlah bank sampah yang sudah tersedia di berbagai kelurahan dan kecamatan. Sebanyak 200 diantaranya telah mengantongi izin Usaha Mikro (UMK) yang dikeluarkan oleh kecamatan.
Mengapa bank sampah sebanyak itu? Karenan selama ini bank sampah di Makassar belum berkembang lantaran menjual barang ke pengepul dengan standar murah, ketimbang harga penukaran sampah.
Walikota pasca Ilham Arief Sirajuddin ini pun telah mewajibkan setiap kelurahan minimal terdapat tiga sampah unit. Dampaknya, sangat terasa ke masyarakat, jika program ini terus berjalan. Dapat dibayangkan, seorang sopir mobil bank sampah saja ada yang berpenghasilan jutaan rupiah setiap minggu. Penghasilan itu dilakukan, hanya karena dia menyempatkan diri memilah-milah sampah. Inilah, sekaligus merangsang keterlibatan seluruh masyarakat.
Disisi lain, Danny mengakui, persoalan sampah bukan hal mudah. Apalagi membangun kesadaran masyarakat. Namun langkah yang perlu dilakukan adalah, memberikan contoh. Makanya, sejak beberapa waktu belakangan, warga sudah bisa menukarkan sampah dengan barang berharga. Bisa berupa beras, atau barang berharga lainnya.
D bagian lain Danny mengemukakan, saat in pihaknya akan memberikan kantongan plastik secara cuma-cuma kepada masyarakat. Setidkanya ada empat jenis untuk dua kategori. Yakni untuk warga yang bermukim di lorong dan yang tinggal di area umum. Ke empat jenis kantong pelastik sampah sortir ini yakni sampah organik, plastik, kertas dan kaleng. Pihaknya telah menyiapkan 1,9 juta plastik.
Penanganan sampah menurut Danny, merupakan perubahan paradigma masyarakat agar dalam kesehariannya bisa menjadi budaya hidup bersih. “Jangan berpikir karena Piala Adipura sudah kita raih, maka pekerjaan kita selesai. Sama sekali bukan piala itu yang jadi esensi. Berapa pun banyaknya adipura yang kita koleksi, tidak akan punya arti jika masih banyak warga kita yang tidak peduli sampah. Budaya bersih harus tercipta di kota kita ini,” katanya, beberapa waktu lalu. (din-bs)