Kehadiran Lyliani Sunarso,S.Sos memimpin Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar memberi arti sendiri bagi warganya. Pasalnya, baik gagasan, ide-ide segar, serta hubungan kerahiman lurah perempuan ini menjadi panutan. Karena itu, berbagai program kelurahan yang ditawarkan mendapat tanggapan positif warganya. Misalnya, gerakan kebersihan dan bank sampah.
Diruang kerjanya, akhir Desember lalu, Lyliani Sunarso mengaku bersyukur diberi kepercayaan Walikota Makassar menjadi Lurah Ballaparang. Salah satu program, dari sekian program yang disenergikan dan mendapat apresiasi seluruh warga, adalah bank sampah. Apalagi, Pemerintah Kota melalui UPTD Daur Ulang Sampah, dengan pendampingan Yayasan Peduli Negeri siap mensukseskan program yang bersentuhan dengan gerakan kebersihan ini…..selanjutnya baca di majalah Inspirasi edisi Januari 2016….
Bank sampah di Ballaparang bukan saja sebagai tempat transaksi dengan beras atau uang tunai bagi warga di 9 RW yakni RW I (Pelita Bangsa), RW II (Dahlia II), RW III (Sipakatau), RW III (Pelita Harapan), RW IV (Sejahtera), RW VI (Amanah), RW VII (Kelapa Tiga) dan RW IX (Gotong Royong), melainkan kelurahan tetangga lainnya.
Lyliani menyebutkan, bank sampah di Ballaparang bukan saja sebagai percontohan di Kota
Makassar, melainkan sudah go Internasional. Pasalnya, antusiasme seluruh warga dihuni kelas menengah ke atas ini, peduli dengan kebersihan lingkungan yang telah membumi sejak lama. Makin ditingkatkan lagi, setelah kehadiran Walikota Makassar Moh Ramdhan Pomanto dan Wakil Walikota Syamsul Rizal MI yang juga peduli dengan gerakan Makassar’ta Tidak Rantasa (MTR).
Berdasarkan hasil presentasi tentang pengelolaan sampah, istri dari Junan Fathana,S.sos ini mengaku, setiap saat warga memilah-milah sampah yang bernilai ekonomis. Misalnya, botol, plastik, kertas, karton dan lainnya. Sampah ini kemudian ditimbang oleh UPTD Bank Sampah.
Keseluruhan dana yang dikeluarkan sedikitnya Rp7 juta hingga Rp8 juta setiap kali transaksi.
Bahkan, menurut mantan Kepala Seksi Pemerintahan dan Trantib Kelurahan Maccini ini, setelah didaur ulang, sampah-sampah tersebut menjadi kerajinan tangan yang unik. “Jika sudah diolah secara professional, bisa mendatangkan keuntungan besar,” urainya.
Alumni Universitas Pepabri itu mengemukakan, bank sampah diwilayah seluas 60,85 m2 ini telah go Internasional. Dimana, sejumlah mahasiswa dari berbagai negara seperti India, Jepang, Cina, serta Thailand telah magang untuk mempelajari mekanisme persampahan, mulai dari pengangkutan dari rumah, pengelolaan, sistim bank sampah, dibawa ke TPA Tamangapa Antang, hingga pelestarian lingkungan. Proses magang selama tiga bulan itu, terkait
informasi yang mereka peroleh melalui internet.
“Boleh dibayangkan, Bank Sampah di Kelurahan Ballaparang ini telah didatangi para tamu mancanegara untuk belajar pemanfaatan sampah. Mereka tidak segan-segan berbaur dengan warga, sekaligus turut serta memilah-milah sampah. Kegiatan dari tamu luar negeri ini merupakan kebanggaan seluruh warga di kelurahan ini,” tutur ibu empat orang anak masing-masing Andi Dicky Pradipta, Andi Aprialdy Dwi Putra, Andi Ghandy Mahesa Putera, dan Andi Juliady Fatahillah ini. Dia menambahkan, para mahasiswa banyak tertarik soal bank sampah, karena ada tiga unsur didalamnya yakni pemberdayaan ekonomi, sosial dan pemeliharaan lingkungan.
Menurut puteri kedua dari tiga bersaudara pasangan Sunarno dan Nuraeni (Alm) kelahiran Ujungpandang, 5 Agustus 1971 ini, setelah para mahasiswa luar negeri itu mempelajari pengelolaan lingkungan dan sampah, nantinya mereka bisa mengaplikasikan di lingkungan mereka di negara asal.
Di bagian lain Lyliani menyebutkan, dirinya bersama 10 stafya tidak henti-hentinya menyemangati warga untuk terus membersihkan lingkungan, sekaligus memanfaatkan bank sampah dengan baik. (din)