Siswa sedang membaca 15 menit sebelum pembelajaran, seringkali didampingi orang tua siswa bagi yang belum lancar membaca.
Siswa sedang membaca 15 menit sebelum pembelajaran, seringkali didampingi orang tua siswa bagi yang belum lancar membaca.

INSPIRASI-MAKASSAR.COM, SIDRAP SDN 1 Allakuang Sidrap merupakan sekolah terpencil terletak di desa Allakuang, kecamatan Maritengngae Sidrap yang rata-rata latar belakang siswanya berasal dari keluarga masyarakat bawah.  Namun cara kepala sekolah, Pak Basri,  tumbuhkan minat baca di sekolah tersebut menghasilkan dampak luar biasa. Aisyah, contohnya, siswa kelas enam di sekolah tersebut  telah membaca lebih dari 130 buku dalam kurun waktu 6 bulan.

Bukan hanya Aisyah, hampir semua siswa kelas tinggi membaca puluhan buku dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Seperti Wiwi  dan Ira. Siswa kelas tinggi ini rata-rata menghabiskan 3-4 buku perminggu.  “Padahal kalau kita datangi rumah  orang-orang tua mereka, kita seakan tak akan percaya. Rata-rata orang tua mereka cuma buruh ternak, buruh tani, tukang batu dan sebagainya yang tak punya banyak fasilitas mendukung anak menyukai buku,” ujar Gary, guru kelas V sekolah tersebut, Selasa (21/9/2016).

Buku di sekolah terpencil itupun sangat terbatas. Buku-buku tersebut, walaupun sebagian berbentuk cerita, namun banyak yang cetakannya tidak bagus dengan lay out seadanya. “Namun dengan segala keterbatasan juml ah buku , siswa tetap mau membaca. Bahkan buku-buku yang perwajahan dan lay outnya tidak menarik itu pun dilalap habis,” ujar Basri, kepala sekolah yang menceritakan bahwa akan segera ada bantuan buku dari Dinas Pendidikan.

 

Nah bagaimana strategi kepala sekolah agar siswa membaca banyak buku di samping banyak keterbatasan, adalah sebagai berikut:

Pertama, setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis,  siswa  kelas tiga, empat, lima, enam diajak membaca mandiri tanpa bersuara (senyap) selama 15 menit. Buku yang dipilih apa saja yang disukai siswa. Agar senang membaca, pada jam yang sama, siswa kelas satu dan dua diajak membaca terbimbing dengan menggunakan buku-buku hibah yang perwajahannya sangat menarik dari USAID PRIORITAS.

Kedua, setelah siswa selesai membaca selama 15 menit, siswa diminta merangkum selama lima menit dan rangkuman kecilnya diletakkan di kotak baca, masing masing berdasarkan namanya. Kedua, buku tersebut boleh dibawa pulang untuk diselesaikan membacanya di rumah. “Jadi biasa siswa selesaikan di rumah. Siswa  seringkali menghabiskan satu buku  selama satu hari, dan kami tidak pernah memaksa untuk itu,” ujar Gary.

Ketiga, tiap Sabtu  hampir satu jam waktu digunakan untuk membaca, merangkum,  dan lomba yang menceritakan isi buku. Lomba ini diadakan per kelas dan dilaksanakan di luar kelas. Masing-masing perwakilan kelas, yang terpilih berdasarkan kemampuan bercerita di hadapan teman-temannya dan dinilai oleh guru kelas, maju ke panggung sekolah untuk menceritakan kembali. Satu kelas bisa ada dua, sampai tiga wakil, dan yang dipilih yang paling baik dalam bercerita.

Setiap satu semester, selain lomba menceritakan isi buku,  juga dihitung jumlah buku yang dibaca selama satu semester berdasarkan buku kontrol membaca dan tabungan baca. Juaranya diberikan hadiah uang pembinaan  dan piala sekolah. Untuk kelas satu dan dua, lomba tiap minggunya berupa membaca buku dengan ketepatan intonasi dan ekspresi.

Lomba ini membuat siswa terpompa semangatnya untuk membaca banyak buku dan memperlancar membaca, walau hadiahnya cuma berupa sertifikat. “Salah satu perubahan nyata dari strategi ini adalah karakter siswa. Setelah banyak membaca dan sering tampil menceritakan isi buku, siswa lebih percaya diri dan lebih banyak ide dalam berbicara dan kreatif dalam pembelajaran,” ujar Basri. (*)

Aisyah sedang menceritakan rangkuman bacaannya saat lomba menceritakan bacaan di sekolah
Aisyah sedang menceritakan rangkuman bacaannya saat lomba menceritakan bacaan di sekolah

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here