Site icon Inspirasi Makassar

Lahan Pasir Miskin Unsur Hara, Tapi Efektif

Setia tahun lahan pertanian semakin sempit, akibat terkuras pembangunan. Sebut saja lahan untuk perkantoran atau perumahan. Sekalipun demikian, petani tidak perlu resah. Karena lahan berpasir biasanya banyak ditemui di sepanjang pesisir pantai dan sebagian gunung berapi. Lahan berpasir memiliki 70% kandungan pasir yang miskin unsur hara, butirannya tidak kompak dan memiliki daya simpan air yang rendah.hasil dari lahan berpasir

Karena sifat-sifat tersebut, maka banyak lahan berpasir yang tidak produktif karena sulit ditanami. Maknya, diperlukan teknik pengolahan sebelum digunakan sebagai media tanam. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengolah lahan berpasir tersebut sesuai daerah dan kondisinya.

Tidak banyak yang tahu, jika lahan berpasir dapat ditanami berbagai tanaman yang diinginkan, seperti holtikultura dan sayur-sayuran. Sebaiknya gunakan cara tumpang sari untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Misalnya bawang merah dan cabai. Atau buah naga yang saat ini populer dibudidayakan di lahan berpasir. Jika tanaman terserang hama, gunakan pestisida organik untuk meminimalkan zat kimia. Lahan berpasir harus diolah sebelum digunakan. Hindari penggunaan bahan kimia, agar terus digunakan dengan baik.

Hanya saja, Aris Muko, warga Dusun I Bugel, Panjatan, Pesisir Pantai Selatan, Kulon Progo
Yokyakarta awalnya mencoba-coba mengusahakan penanaman tanaman Rosella sebanyak 100 anakan di areal berpasir. Ternyata, tanaman hias itu tumbuh sumbur dan hasilnya  menggembirakan. Sejumlah rekannya kemudian mengikuti jejaknya mengusahakan Rosella.

Selain perawatannya cukup mudah, ketika masa berbunga, justru banyak warga datang membelinya. Harga jual yang ditawarkan pun cukup tinggi. Tiap kilogram kelopak bunga Rosella kering Rp100 ribu hingga Rp140 ribu, tergantung mutu dan kualitasnya. Keuntungan yang diraih Aris Muko, karena di sekitar pantai selatan Yokyakarta tanaman Rosella belum dikembangkan secara meluas.

 Aris mengakui, tanah pasir di pantai memiliki kandungan bahan organik dan kesuburan yang rendah, sehingga ia memberi bahan organik, alas plastik atau mulsa bawah tanah sebagai lapisan kedap. Pemberian mulsa jerami di atas permukaan lahan juga perlu dilakukan, agar mengurangi evaporasi, serta menjaga kestabilan suhu, kelembaban tanah, serta mengurangi kehilangan air  terlalu banyak.

Petani Rosella lainnya di Pantai Bugel, juga di Yokyakarta, Bejo  mengaku, tanaman Rosella mudah tumbuh di lahan pasir.   Dari sekitar 200-an batang Rosella yang ditanam, Bejo bisa memanen sekitar satu kilogram kelopak bunga basah per hari. Untuk dapat  menghasilkan satu kilogram kelopak bunga kering, dibutuhkan setidaknya 8-9 kilogram kelopak bunga basah.

Dari hasil budidaya dengan media pasir ini, dirinya dapat mencukupi kebutuhan
keluarga. Utamanya pendidikan anak-anaknya. Ia berjanji tetap berusaha di lahan berpasir, karena lahan kebunnya sudah dijual beberapa tahun silam. Bahkan, dalam waktu dekat ia akan menanam sayuran.

Mengapa Bejo menanam di lahan berpasir? Karena ia mendapat masukan dari seorang keluarganya yang terinspirasi melalui bacaan di situs emanasanglobal.net. Di situs tersebut menceritrakan “para petani di pantai Tengah Au Lac, Provinsi Binh Thuan, Vietnam telah membuktikan bahwa, budidaya tanaman dengan menggunakan media pasir merupakan cara yang efektif”

Dengan teknik menanam yang sederhana, para petani di pantai Tengah Au Lac sukses membudidayakan berbagai macam sayuran dan buah-buahan di media pasir, termasuk bawang, lobak putih, kacang, pisang, kelapa, mangga, melon, tomat, serta sebagainya.

 Di samping kualitasnya lebih baik, juga lebih tinggi dari tanaman yang menggunakan media tanah biasa. Sebut saja lobak putih. Jika dibandingkan dengan tanah biasa, lobak putih terlihat
lebih putih, lebih panjang, dan kelihatan lebih baik, sedangkan lobak yang ditanam menggunakan media tanah biasa terlihat pendek, tidak begitu putih, dan
sedikit coklat kehitaman. (din/miu)

Cara menggunakan lahan berpasir (I)

Cara Kedua

 

Exit mobile version