
Makassar, Inspirasimakassar.id:
Setidaknya ada dua hal menarik dari ujian promosi Doktor, HM.Ashar Tamanggong, Senin, 10 Februari 2025. Pertama, pimpinan sidang ketika itu, Prof.Dr.H.Mursalim Laekkeng,ASEAN,CPA mengemukakan, jauh sebelum menyandang predikat akademik tertinggi, di mana mana masyarakat telah memberi gelar Doktor kepada ATM—sapaan akrab Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar tersebut.
Kedua, Prof.Dr.H.Mursalim Laekkeng,ASEAN,CPA mengharapkan, saatnya para ulama di Makassar, utamanya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar, AG. Dr. KH. Baharuddin H. Abd. Safa, MA, yang hadir bersama para ulama lainnya pada promosi Doktor ATM di Pasca Sarjana UMI Makassar tersebut memberinya gelar Kiyai.
Mengapa Prof.Dr.H.Mursalim Laekkeng,ASEAN,CPA meminta para ulama, dan masyarakat Islam memberi gelaran kiyai kepada ATM? Tidak lain lantaran, pria Makassar kelahiran Takalar itu memiliki keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan kemajuan modern, memiliki pengetahuan mendalam tentang kitab suci agama Islam, juga dedikasi yang teguh untuk membimbing kaum muslimin.
Selain itu, dalam diri ATM juga melekat nilai nilai kesalehan, memiliki kemampuan terhubung dan menginspirasi masyarakat untuk menjalani kehidupan yang saleh, berdasarkan prinsip prinsip Islam. Dan, yang paling penting, ATM juga memiliki pengaruh mendalam terhadap pertumbuhan spiritual dan intelektual para pengikutnya.
Seperti diketahui, saat membedah disertasi berjudul ”Manajemen Pendidikan Karakter MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Kota Makassar” tersebut dikemas tiga media online masing masing Inspirasimakassar, Pedomanku.id, dan Pattisnews.com secara utuh. Selasa, 18 Februari hari ini memasuki edisi ke-8.
C. Pelaksanaan Pendidikan Karakter MAN 2 Dan SMA Islam Athirah di Kota Makassar
Pelaksanaan pendidikan karakter merupakan tahap di mana rencana pendidikan karakter yang sudah dirumuskan diaplikasikan di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari siswa. Pelaksanaan ini memerlukan keterlibatan semua pihak, dari guru, siswa, hingga orang tua, agar nilai-nilai karakter dapat ditanamkan dengan baik. Berikut adalah beberapa cara pelaksanaan pendidikan karakter yang efektif:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan karakter tidak hanya diterapkan dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler, atau sering juga disebut dengan ekskul di sekolah merupakan kegiatan tambahan di luar jam sekolah yang diharapkan dapat membantu membentuk karakter peserta didik sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
Banyak hal yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Mulai dari kegiatan pembentukan fisik dengan berolah raga, pembinaan kreatifitas berolah raga dengan kesenian dan keterampilan sampai dengan pembangunan dan pengembangan mentalitas peserta didik melalui kegiatan keagamaan atau kerohanian dan kegiatan lain sejenisnya.
a. Pendidikan Karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler di MAN 2 Model Makassar
Pendidikan karakter di sekolah bukan hanya diterapkan melalui mata pelajaran akademik, tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler di sekolah MAN 2 Model Makassar memberikan peluang bagi siswa untukmengembangkan berbagai keterampilan, nilai-nilai, dan sikap positif yang sangat berperan dalam pembentukan karakter mereka.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa tidak hanya belajar mengenai hal-hal yang tidak diajarkan dalam kurikulum formal, tetapi juga dihadapkan pada situasi yang menuntut mereka untuk menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepemimpinan, dan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan karakter siswa.
Seperti yang disampaikan Jamalullail Lc, guru Agama MAN 2 Makassar kepada peneliti bahwa: Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah MAN 2 Model kota Makassar juga memberikan kontribusi terhadapa karakter siswa karena mendapatkan pembelajaran tambahan”.
Kegiatan ekstrakurikuler kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka reguler untuk mendukung terwujudnya kurikulum dalam rangka memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menghayati apa yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Selain itu, melalui kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya mengembangkan diri siswa.
Kemudian hal ini juga ditambahkan oleh Kepala Sekolah MAN 2 Model Kota Makassar kepada peneliti bahwa: “MAN 2 kota Makassar ada 9 ekstrakurikuler diantaranya Ikramul, Ikatan remaja masjid, Osim, Paskibraka dan lain lain, anak anak kami diberikan pelatihan karakter. Harapan kami mereka ini lah yang akan memberikan contoh kepada siswa yang lain, saya sering sampaikan kepada anak anak bahwa anak ekskul semualah yang harus memberikan contoh bagi siswa lain”.
Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memberikan banyak manfaat tidak hanya terhadap siswa tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kapasitas dan implikasi kegiatan ekstrakurikuler dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini akan terwujud, ketika pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dengan baik terutama pengaturan siswa, peningkatan disiplin siswa dan semua petugas.
Biasanya mengawasi siswa di luar waktu kelas lebih sulit dari pada mengawasi mereka dalam kelas. Dengan cara ini, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler mencakup banyak pertemuan, yang membutuhkan peningkatan otoritas yang lebih tinggi. Pengembangan ekstrakurikuler untuk memberikan bimbingan dan arahan juga menjamin bahwa kegiatan ini tidak mengganggu atau merugikan kegiatan proses pembelajaran.
Pelaksanaan Pendidikan Karakter adalah dengan memasukkan delapan belas nilai karakter dalam semua materi pembelajaran, yaitu: nilai karakter religius, nilai karakter jujur, nilai karakter toleransi, nilai karakter disiplin, nilai karakter kerja keras, nilai karakter kreatif, nilai karakter mandiri, nilai karakter demokratis, nilai karakter rasa ingin tahu, nilai karakter semangat kebangsaan, nilai karakter cinta tanah air, nilai karakter menghargai prestasi, nilai karakter bersahabat/komunikatif, nilai karakter cinta damai, nilai karakter gemar membaca, nilai karakter peduli lingkungan, nilai karakter peduli sosial, dan nilai karakter tanggung jawab. Pelaksanaan Pendidikan Karakter telah dilaksanakan dengan baik, melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler.
Hasil wawancara wakil kepala sekolah MAN 2 Model kota Makassar kepada peneliti bahwa: Siswa yang menjadi ketua ketua eksul setelah nanti purna menjabat 1 tahun ketika sudah kelas 3 tidak menjabat ketua eksul itulah yang nanti kita rekrut tim menjadi pengawal karakter, kita ambil dari setiap perwakilan eksul tersebut, bagaimana mendisiplinkan anak anak dengan kegiatan ekskulnya tadarrus berjamaah di masjid.”
Oleh karena itu pelaksanaan program-program kegiatan ekstrakurikuler hendaknya dikendalikan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah diterapkan dan terkontribusi terhadap perwujudan visi sekolah. Dari setiap pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler hendaknya diusahakan suasana yang kondusif, tidak terlalu membebani siswa dan tidak merugikan aktivitas kurikuler sekolah.
Hal ini disampaikan Guru Agama MAN 2 Model Kota Makassar kepada peneliti bahwa: “Saya melihat anak anak kami yang akitf di ekskul itu hampir semua berprestasi, misalnya ada pengurus ekskul yang mewakili madrasah lomba kompetensi madrasah tingkat nasional, berbanding lurus dengan organisasi dengan prestasi anak kami”.
Kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dapat menjadi wadah untuk membentuk karakter siswa karena melibatkan aturan, tanggung jawab, dan disiplin. Ekstrakurikuler dapat membantu siswa mengembangkan karakter yang baik, seperti: kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, empati, simpati, kemajemukan global, gotong royong, kreatif, berpikir kritis, mandiri. Selain itu, ekstrakurikuler juga dapat membantu siswa mengembangkan bakat dan minat, serta melatih keterampilan sosial, kepemimpinan, dan keterampilan kognitif.
Ekstrakurikuler berfungsi sebagai penambahan pada kurikulum utama, dan sebagai tempat dinamis dan kaya untuk membentuk karakter. Melalui beragam kegiatan, seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial, siswa diberi peluang untuk mengembangkan keterampilan, nilai-nilai, dan sikap sebagai dasar pertumbuhan pribadi mereka.
Arti ekstrakurikuler sebagai kontributor pembentukan karakter siswa terfokus pada pengembangan keterampilan teknis atau bakat khusus yang mencakup aspek-aspek sosial dan moral. Aktivitas ekstrakurikuler sering melibatkan interaksi sosial yang positif. Hubungan sosial yang baik dapat memberikan dukungan emosional, mengurangi rasa kesepian, dan meningkatkan kesejahteraan psikologis pembentukan karakter berkaitan dengan pengajaran konsep benar dan salah, dan lebih mendalam.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah seluruh proses yang direncanakan dan diusahakan secara terorganisir mengenai kegiatan sekolah yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki peserta didik, baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.
Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks kegiatan ekstrakurikuler melibatkan berbagai tahap perkembangan kemampuan peserta didik. Mereka diharapkan memiliki kedewasaan dan keutuhan dalam lingkungan belajar mereka sebagai anak-anak. Peserta didik dapat mengembangkan bakat dan minat, menghargai sesama, bersikap kritis terhadap ketidaksetaraan, berani mencoba hal-hal positif yang menantang, peduli terhadap lingkungan, hingga terlibat dalam kegiatan-kegiatan intelektual dan ritual keagamaan.
Hal ini disampaikan oleh Hasan Basri, Wakil Kepala Sekolah menyampaikan kepada peneliti bahwa: “Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks kegiatan ekstrakurikuler Peserta didik dapat mengembangkan bakat dan minat, menghargai sesama, bersikap kritis terhadap ketidaksetaraan, berani mencoba hal-hal positif yang menantang, peduli terhadap lingkungan, hingga terlibat dalam kegiatan-kegiatan intelektual dan ritual keagamaan.”
Proses pembentukan karakter menciptakan kebiasaan terkait dengan kebaikan, memungkinkan peserta didik memahami perbedaan antara benar dan salah, serta mampu merasakan dan menerapkan nilai-nilai yang baik. Kegiatan di luar kelas memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bekerja sama dalam tim, mengelola konflik, dan membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain.
Keterlibatan di ekstrakurikuler juga berperan sebagai sarana bagi siswa untuk menemukan minat dan passion mereka, membangun rasa percaya diri, dan mengatasi tantangan. Hal ini memberikan dimensi baru pada pengalaman belajar, mengerti proses pembentukan karakter dengan nilai-nilai seperti ketekunan, kemandirian, dan tanggung jawab.
b. Pendidikan Karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler di SMA Islam Athirah Makassar
Kegiatan ekstrakurikuler kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka reguler untuk mendukung terwujudnya kurikulum dalam rangka memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menghayati apa yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Selain itu, melalui kegiatanekstrakurikuler dikembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya mengembangkan diri siswa.
Hal ini diungkapkan Kepala sekolah SMA Islam Athirah kepada peneliti bahwa: “Konsep diawal adalah visi, maka program kami ada di ciri islami, seperti, tartil, baca quran, terampil jadi dai dan daiyah, shalat tepat waktu, tentu ciri islami ini berbarengan dengan karakter, pengembangan pendidikan karakter, seperti memahami adab, gerakan penguatan rasional.
Adab ini pelatihan khusus karakter, kepemimpinan lahir lah dengan jiwa pimpin, memahami budyaa nasional, budaya massipa, mampu beradaptasi dengan masyarakat penguatan karakter anak anak di bawa sepekan ke desa, harus ada sosial, kemudian ada juga pesiar penelitian sosial religius mengunjungi tempat-tempat sejarah di Makassar dan disepekati dengan orang tua, dan ini janji kami kepada orang tua jika 3 tahun di Athirah maka anaknya akan diberikan ilmu seperti ini.”
Pernyataan ini mencerminkan pendekatan holistik yang diterapkan oleh Sekolah Athirah dalam pendidikan karakter bagi siswa-siswinya. Konsep pendidikan di sekolah ini dimulai dengan visi yang jelas, yang menggabungkan nilai-nilai islami dengan pengembangan karakter secara menyeluruh. Programprogram yang diterapkan bertujuan untuk tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak mulia, keterampilan kepemimpinan, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan masyarakat.
1) Ciri Islami dalam Program Pendidikan
Pada awal program, Sekolah Athirah menekankan pada pengajaran ciri islami yang mendalam, seperti tartil (membaca Al-Quran dengan tartil atau bacaan yang benar), baca Qur’an, dan memberikan pelatihan untuk menjadi dai dan daiyah (penceramah pria dan wanita). Hal ini menunjukkan komitmen sekolah untuk menanamkan dasar-dasar agama yang kuat pada siswa, sehingga mereka tidak hanya memahami ajaran agama, tetapi juga bisa menyampaikan dan mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2) Integrasi Pendidikan Karakter dan Adab
Pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Athirah dilakukan dengan pendekatan yang lebih komprehensif, yaitu melalui pemahaman adab atau etika. Adab di sini tidak hanya merujuk pada sikap sopan santun, tetapi juga kepada cara berinteraksi dengan sesama, menghormati orang tua, guru, serta menghargai budaya dan tradisi.
Program ini juga mencakup pelatihan karakter melalui gerakan penguatan rasional adab, yang mengajarkan siswa untuk memiliki sikap yang baik berdasarkan logika dan pemahaman yang benar. Hal ini tidak hanya berfokus pada pengembangan moral, tetapi juga pada kemampuan untuk berfikir rasional dan mengambil keputusan yang bijak.
3) Kepemimpinan dan Pengembangan Jiwa Pemimpin
Pendidikan karakter di Sekolah Athirah juga mengedepankan pengembangan kepemimpinan. Siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan mereka sejak dini, baik dalam konteks sosial di sekolah maupun dalam komunitas yang lebih luas. Pengajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, tanggung jawab, serta kemampuan untuk memimpin dan mengambil keputusan yang baik, baik dalam konteks pribadi maupun dalam kelompok.
4) Pengenalan Budaya Nasional dan Budaya Masyarakat
Sekolah ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan moral, tetapi juga menanamkan pentingnya memahami budaya nasional serta beradaptasi dengan budaya masyarakat. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi individu yang baik secara religius dan moral, tetapi juga siap untuk berkontribusi dalam masyarakat luas, menghargai keragaman budaya, serta mampu bekerja sama dengan orang dari latar belakang yang berbeda.
5) Program Sosial dan Kegiatan di Desa
Sebagai bagian dari program penguatan karakter, Sekolah Athirah juga memiliki kegiatan luar kelas yang unik, seperti membawa siswa untuk tinggal selama sepekan di desa. Tujuan dari program ini adalah untuk menanamkan rasa social dan mengembangkan empati kepada sesama, sekaligus memberikan siswa pengalaman langsung tentang kehidupan masyarakat desa. Kegiatan ini juga memperkuat pemahaman siswa tentang pentingnya gotong royong, kebersamaan, dan bekerja untuk kebaikan bersama.
6) Pesiar Penelitian Sosial-Religius
Program lain yang juga dilaksanakan adalah pesiar penelitian sosial-religius, yaitu kunjungan ke tempat-tempat sejarah di Makassar. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada sejarah Islam, budaya lokal, serta penguatan pemahaman agama secara praktis. Kunjungan semacam ini juga membantu siswa untuk mengapresiasi sejarah dan budaya mereka, sekaligus memberikan wawasan yang lebih luas mengenai pentingnya penguatan karakter melalui pengalaman langsung.
7) Komitmen terhadap Orang Tua dan Janji Pendidikan
Sekolah Athirah juga berkomitmen untuk melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter anak-anak mereka. Hal ini terlihat dari adanya kesepakatan yang dibuat dengan orang tua siswa. Sekolah berjanji bahwa setelah tiga tahun belajar di Athirah, anak-anak mereka akan memperoleh ilmu yang tidak hanya terbatas pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kepribadian yang mulia. Ini adalah bagian dari tanggung jawab sekolah untuk memastikan bahwa pendidikan karakter yang diberikan dapat memberikan dampak yang nyata pada kehidupan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Hal yang senada disampaikan salah seorang Informan Yusran kepada peneliti bahwa: “Kegiatan ekstrakulikuler juga membentuk terhadap pendidikan karakter peserta didik dan tidak menganggu pembelajaran yang ada di dalam kelas”.
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah memegang peran penting dalam mendukung pendidikan karakter peserta didik, tanpa mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas. Meskipun kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran reguler, aktivitas ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan karakter siswa, baik dalam hal keterampilan sosial, kedisiplinan, kepemimpinan, hingga pengembangan bakat dan minat siswa.
Seperti yang diungkapkan Sage Al Banna kepada peneliti bahwa: “Kegiatan ekstrakulikuler justru memberikan dampak positif terhadap perkembangan peserta didik dengan banyaknya kegiatan di sekolah ini sehingga anak-anak juga terbiasa dengan kedisiplinan serta juga terlatih dalam kepemimpinan serta bertanggung jawab”.
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah memiliki dampak yang sangat positif terhadap perkembangan peserta didik, baik secara akademik maupun karakter. Banyaknya pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia di sekolah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang tidak hanya bermanfaat di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan mereka di masa depan.
Kegiatan ini membantu siswa untuk terbiasa dengan kedisiplinan, terlatih dalam kepemimpinan, serta mengembangkan rasa tanggung jawab. Banyak kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan kerja kelompok dan memerlukan adanya pemimpin dalam kelompok tersebut. Baik dalam kegiatan olahraga, seni, organisasi, atau kegiatan sosial, siswa diberi kesempatan untuk memimpin atau bekerja sama dengan teman-teman mereka dalam menyelesaikan tugas bersama. Pengalaman ini mengajarkan siswa mengenai pentingnya komunikasi, pengambilan keputusan, dan pembagian peran dalam tim.
Melalui keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa dapat mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang berguna di masa depan, baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan profesional mereka nanti.
2. Kebiasaan Harian di Sekolah
Pendidikan karakter dapat diterapkan dalam rutinitas sehari-hari di sekolah, termasuk dalam hal disiplin, kebersihan, dan tata krama. Kebiasaan harian di sekolah yang baik bisa membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif, meningkatkan disiplin, dan mendorong perkembangan karakter.
Hal ini disampaikan Guru Agama MAN 2 Model Kota Makassar kepada peneliti bahwa: “Pendidikan karakter adalah proses untuk menanamkan nilai-nlai moral Agama dan etika kepada anak-anak, harapan kami ketika anak-anak siswa MAN 2 kota Makassar ketika selesai atau lulusan kiranya menjadi lebih baik berakhlak mulia tidak hanya ilmu yang bertambah wawasan yang luas saya kira ini modal untuk anak kita kedepannya tidak hanya cerdas IQ tetap juga memiliki akhlak yang baik”.
Kemudian ditambahkan Kepala Sekolah MAN 2 Model Kota Makassar kepada peneliti bahwa: Seperti dengan sekolah lain kegiatan senin ada upacara disitulah kami menyampaikan pentingnya pendidikan karakter, senin dan jumat ada kegiatan pembiasan tadarrus.
Sebelum memulai proses belajar waktunya jam 06.30 sampai jam 06.50 , 10 menit sebelum 7 kami pimpinan, Kepala Madrasah wakil kepala madrasah , bidang kesiswaan, humas memberikan arahan kepada anak. Kami bergilir setiap hari melakukan hal itu demi menyampaikan bagaimana menjaga akhlak yang baik” Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal. Karakter msendiri identik dengan moral, akhlak, dan etika.
Karakter manusia selalu berhubungan dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya. Karakter diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Norma-norma tersebut meliputi norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Seperti disampaikan guru Agama SMA Islam Athirah kepada peneliti bahwa: “Mengajarkan pentingnya disiplin dan menghargai waktu dengan dating sebelum bel berbunyi. Hal ini juga mencegah terganggunya proses belajar”. Pernyataan senada diungkapkan kepala sekolah SMA Islam Athirah pada saat wawancara ditengah kesibukannya kepada peneliti bahwa “menyapa dapat memberikan susana yang ramah, silaturahmi terjalan baik saling menghargai anatara guru dan murid, atau murid sesama murid di sekolah”.
Pendidikan adalah upaya menumbuh kembangkaan sumber daya manusia melalui proses dalam lingkungan masyarakat, dimulai dari pendidikan keluarga dan sekolah. Berdasarkan hal ini, bisa kita lihat bagaimana respon seorang siswa terhadap pelajaran di kelas maupun lingkungan sekolahnya yang sangat dipengaruhi oleh persepsinya terhadap guru pengajar dan teman teman sekelasnya. Pendidikan baik formal maupun informal. Hal ini ditambahkan Kepala
Sekolah MAN 2 Makassar kepada peneliti bahwa: “Kalau disekolah kebiasaannya seperti apel pagi senin, kemudian menyampaikan informasi terkait dengan tata tertib dan menjadi karakter siswa yang lebih baik.
”Pendidikan karakter dapat membantu siswa membentuk sikap dan perilaku yang positif, seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat, dan keadilan. Pendidikan karakter juga dapat membantu siswa mengembangkan perilaku positif seperti kerjasama, empati, dan menghargai perbedaan.
3. Penerapan Reward dan Punishment
Sistem penghargaan dan sanksi bisa digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter. Namun, penting untuk memastikan bahwa reward dan punishment di dasarkan pada aspek moral dan etis, bukan hanya sekadar kepatuhan. awakkal Kahar, S.Pd., M.Pd. (48 Tahun), Kepala Sekolah SMA Islam AthirahMakassar, Wawancara, 10 Agustus 2024 Hj. Darmawati, S. Ag., M. Pd (52 Tahun), Kepala Sekolah MAN 2 Model Makassar, Wawancara, 12 Juli 2024.
Seperti yang diungkapkan Bapak Hasan Basri kepada peneliti bahwa:“Memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan sikap positif, seperti membantu teman, menjaga kebersihan, atau berlaku jujur”.
Sistem penghargaan merupakan salah satu cara untuk mendukung pendidikan karakter di sekolah. Penghargaan yang diberikan kepada siswa yang menunjukkan perilaku baik dapat memotivasi mereka untuk terus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang diharapkan. Pendidikan karakter di sekolah berperan penting dalam membentuk moralitas dan etika siswa. Di usia sekolah, anak-anak berada pada fase perkembangan yang kritis di mana mereka mulai belajar memahami perbedaan antara yang benar dan salah.
Pendidikan karakter membantu membimbing siswa dalam memahami pentingnya nilai-nilai moral seperti kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, dan kerja sama. Hal ini disampaikan salah seorang informan bapak Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd., kepada peneliti bahwa: “Kami memberikan pernghargaan kepada siswa yang memiliki etika yang baik dan juga terpenuhnya harapan kami sebagaimana siswa ini mendapatkan nilai karakter yang berakhlak mulia”. Sekolah adalah tempat di mana siswa menghabiskan sebagian besar waktu mereka, dan dalam lingkungan ini, guru dapat memberikan arahan moral yang tepat. Misalnya, melalui diskusi kelas, kegiatan kelompok, atau tugas-tugas yang memerlukan tanggung jawab, siswa dapat belajar mengenai pentingnya etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
Pembentukan moral yang kuat sejak dini akan membantu siswa menjadi individu yang mampu mengambil keputusan yang benar dan berperilaku etis dalam berbagai situasi di masa depan. Ungkapan yang disampaikan Jamal Laili kepada peneliti bahwa: “Memberikan sanksi yang sifatnya mendidik, misalnya, siswa yang terlambat bisa diminta membantu kebersihan sekolah, sehingga mereka belajar tentang tanggung jawab”Siswa yang memiliki karakter yang kuat cenderung lebih mampu menghadapi kesulitan dan tantangan dengan cara yang konstruktif. Mereka lebih resilien, mampu mengatasi kegagalan, serta mampu belajar dari kesalahan mereka.
Dengan demikian, pendidikan karakter tidak hanya membantu siswa di lingkungan sekolah, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang penting untuk kesuksesan jangka panjang.
Seperti yang disampaikan salah seorang informan kepada peneliti bahwa: Pengembangan pendidikan karakter ini tidak bisa saya mengatakan sudah selesai, tapi terus berlanjut tapi dengan cara yang kita tempuh itu cukup memberi warna secara signifikan karena tentu kami komplain dengan tata tertib kami, pelanggaran ringan, sedang dan berat, tidak hanya pelanggaran tapi ada penghargaan diberikan point, diberikan aspirasi, harus diukur supaya adil, baik dari sopan, rapi dan rajin.
Sistem penghargaan dan konsekuensi dapat diterapkan untuk memperkuat nilai-nilai karakter di sekolah. Siswa yang menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab, dan integritas dapat diberikan penghargaan, sementara mereka yang Jamalullail Lc (40 Tahun), Guru Agama MAN 2 Model, Wawancara, Makassar 10 Juli 2024.Tawakkal Kahar (48 Tahun), Kepala Sekolah SMA Islam Athirah Makassar, Wawancara, 10 Agustus 2024 melanggar aturan dapat diberikan konsekuensi yang mendidik. Sistem ini membantu siswa memahami bahwa tindakan mereka memiliki dampak dan bahwa karakter yang baik dihargai dalam masyarakat.
D. Evaluasi Pendidikan Karakter MAN 2 Dan SMA Islam Athirah
Pendidikan karakter dalam pelaksanaannya bertujuan untuk membentuk penyempurnaan diri seseorang secara terus menerus dengan cara melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik. Dalam pelaksanaan pendidikan, seorang guru harus mampu menjadi manager untuk pendidikan yang dijalankan.
Kemampuan seorang guru dalam memanajemen keseluruhan pembelajaran dapat membantu pencapaian tujuan intruksional umum maupun khusus. Evaluasi pendidikan termasuk dalam kegiatan manajemen yang bertujuan untuk menentukan sejauh mana ketercapain dan kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan yang telah diterapkan.
Seperti yang diungkapkan informan kepada peneliti bahwa “Solusi yang kami lakukan bagaimana mengaktifkan semua guru, bagaimana di sekolah ini tidak lagi hanya fokus pada tupoksi ngajarnya, seperi guru agama hanya fokus pada pelajaran agama atau guru umum hanyak fokus pada mata pelajaran umum akan tetapi saya sampaikan kita semua disini adalah guru madrasah semua kami libatkan dalam pembinaan karaker.”
Dalam implementasinya, selain berbasis kelas, penguatan pendidikan karakter bisa dilaksanakan dengan berbasis sekolah, berbasis keluarga (rumah tangga) dan berbasis masyarakat.
Pada penguatan pendidikan berbasis sekolah, sekolah tidak hanya diartikan sebagai tempat belajar, namun sekaligus dijadikan juga tempat memperoleh peningkatan karakter bagi peserta didik yang merupakan bagian terpenting dari pendidikan karakter itu sendiri, dengan kata lain sekolah bukanlah sekedar tempat “transfer knowledges” namun juga lembaga yang berperan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai yang baik (valueoriented enterprise).
Di samping itu sekolah bertanggung jawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian. berbeda dengan membawa budaya yang berbeda, kedua tantangannya adalah terkait dengan medsos perilaku perilaku yang tidak baik itu terkontaminasi akibat ber interaksi dengan medsos, jumlah siswa sebenarnya diawal saja kalau pola sudah terbentuk mulai berbaur di awal awal itu masih beradabtasi dan itu bagian dari tantangan tapi ketika sudah terlanjut akan terbiasa dengan aturan yang ada”. Memberikan nilai positif bagi peserta didik maka pelaksanaan penguatan pendidikan karakter perlu disupport oleh keteladanan, pengajaran dan penguatan.
Dari sisi keteladanan, dimana guru, orang tua atau anggota masyarakat dapat menjadi panutan / model positif bagi peserta didik, sedangkan dari sisi pengajaran, guru dan keluarga mengajarkan karakter nilai-nilai yang baik serta menggabungkan pengetahuan akademik dengan nilai-nilai kearifan lokal, dan yang lebih penting juga dari sisi penguatan dimana sekolah dan keluarga harus dapat meningkatkan atau memperkuat karakter dan nilai – nilai yang baik dengan kegiatan pendukung di luar sekolah, di luar rumah, maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini diungkapkan salah seorang informan kepada peneliri bahwa: “Perilaku siswa dalam pembelajaran saya kira teratur mereka tahu terkait dengan karakter yang harus mereka lakukan meskipun kita tidak bisa pungkiri juga bahwa ada satu atau dua orang yang masih memiliki karakter yang belum 70 Hasan Basri, (42 Tahun), Wakil Kepala Sekolah MAN 2 Model, Wawancara, Makassar 12 Juli 2024.baik dan butuh bimbingan.
”Evaluasi merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan program yang digunakan untuk menetukan hasil serta tindak lanjut suatu program. Bentuk evaluasi yang dilakukan MAN 2 Model dan SMA Islam Athirah Makassar yakni:
a.Penilaian Kelas . Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh para guru adalah evaluasi kelas terhadap peserta didik. Hal tesebut disampaian bapak Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd.,sebagai berikut. “Kami melakukan pencatatan dengan memberikan penilaian terhadap sikap dan membuat indikator penapaian nilai budaya dan karakternya.
”Penilaian dalam kelas pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur dan melihat perkembangan karakter, sikap, dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Penilaian ini dilakukan dengan cara mengamati langsung (observasi) untuk mengumpulkan data. Observasi dapat dilakukan secara individual atau dengan melibatkan anggota komunitas sekolah, seperti guru dan siswa.
Seperti yang diungkapkan Ibu Hj Darmawati kepada peneliti bahwa: “Guru-guru di sekolah sebaiknya memang memiliki catatan dalam penilaian sikap peserta didik hal ini menjadi bahan evaluasi dalam melihat perkembangan pendidikan karakter” 71 Hasan Basri, (42 Tahun), Wakil Kepala Sekolah MAN 2 Model, Wawancara, Makassar 12 Juli 2024. Makassar, Wawancara, 10 Agustus 2024.
Penilaian dalam kelas pendidikan karakter bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana siswa memahami, menginternalisasi, dan menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Proses penilaian ini biasanya mencakup beberapa aspek penting, seperti sikap, perilaku, dan penerapan nilai-nilai tertentu. Dari hasil observasi di kelas, guru-guru selalu memperhatikan sikap siswa dan menilainya sesuai dengan form penilaian yang ada dalam RPP.
Selain dari guru, hasil evaluasi juga didapatkan dari buku pelanggaran tatib. Pada bagian ini, fungsi buku pelanggaran tatib kurang konsisten digunakan karena tindak lanjut dari pelanggaran siswa banyak yang langsung ditangani baik itu oleh guru maupun BK.
b. Rapat evaluasi internal
Rapat evaluasi dilakukan setiap akhir semester guna mengukur ketercapaian rencana serta pelaksanaan selama satu semester sekaligus merancang program semester selanjutnya. Pentingnya rapat evaluasi ini disampaikan Bapak Kepala sekolah sebagai berikut. “Evaluasi kita lakukan akhir semester. Ini penting karena merupakan bagian tugas saya sebagai administrator. semua guru dan tenaga kependidikan wajib ikut serta”.
Ungkapan yang sependapat dengan wakil kepala sekolah SMA Islam Athirah kepada peneliti bahwa “Untuk evaluasinya kita lakukan rapat akhir semester. Banyak yang dibahas. Dari ketercapaian program, saran-saran juga disampaikan” 74Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd.(48 Tahun), Kepala Sekolah SMA Islam Athirah Makassar, Wawancara, 10 Agustus 2024 75 Yusran (37 Tahun), Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan dan Keagamaan SMA Islam Athirah , Wawancara, Makassar 12 Agustus 2024. Bapak Sage Al Banna juga menambahkan mengenai rapat evaluasi internal sebagai berikut. “Rapat evaluasi akhir semester juga membahas hasil rapor siswa. Biasanya ada workshop juga.
Untuk pembuatan perangkat semester selanjutnya”Selain dilakukan rapat evaluasi internal yang membahas ketercapaian proses, rapat evaluasi juga dilakukan terkait pengelolaan pendidikan karakter di sekolah. agenda rapat ini khusus dilakukan karena format penilaian pengelolaan pendidikan karakter harus melibatkan semua warga sekolah.
Evaluasi program pendidikan karakter itu kita laksanakan sesuai arahan pusat. Maksudnya ada kita mengikuti borang yang ada. Hampir mirip seperti EDS, tapi lebih mengarah kepada aspek-aspek karakter. Pernyataan tesebut sesuai dengan hasil evaluasi program yang telah dilaporkan pihak sekolah dan disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang. Pada laporan tersebut, dijabarkan kekurangan, kelebihan, kesempatan, serta tantangan yang dihadapi sekolah selama melaksanakan pendidikan karakter.
c.Penggunaan Instrumen atau aplikasi.Kegiatan pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu kerjasama antara guru, kepala sekolah, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam institusi pendidikan.
Seperti ungkapan yang disampaikan kepada peneliti bahwa: “Evaluasi tentukan kami lakukan diakhir, hasil evaluasinya kemarin Alhamdulillah menunjukkan bahwa MAN 2 Model kota Makassar dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya pelanggaran disekolah sudah 76 Sage Al Banna (50 Tahun) Guru Agama SMA Islam Athirah, Wawancara, Makassar 8 Agustus, 2024. berkurang kami bersykur di MAN 2 Makassar tidak pernah ada tawuran.
Aplikasi sipakarmodu sistem pembinaan karakter MAN 2 Kota Makassar kami berangkat dari ayat Alqu’ran barang siapa melakukan kebaikan Allah akan membalas kebaikan kebaikan yang dilakukan anak anak kami termasuk karakter yang baik dan kami berikan point serta diberikan reward siapa yang paling banyak pointnya”Data dari informasi tersebut dipakai untuk mengidentifikasi pencapaian tujuan penyimpangan, Serta kelemahan yang didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan sekolah tersebut.
Sistem evaluasi pendidikan karakter mencakup penilaian program, penilaian proses, dan penilaian hasil pendidikan karakter. Hal ini disampaikan salah seorang informan kepada peneliti bahwa:“MAN 2 ini ada namanya disiplin positif, jadi ada point-point yang kemudian point-point itu ketika dilaksanakan akan membentuk karekter tujuan kita ini kan agar siswa tidak merasa terbebani dalam melaksanakan kegiatan atau sikap karakter yang baik secara sadar Evaluasi hasil pendidikan karakter tidak dilaksanakan seperti penilaian hasil belajar lainnya, tetapi pada notes.
Dalam hal ini, guru bukan hanya dituntut untuk mengetahui karakter dan kompetensi peserta didik setelah proses pembelajaran pembentukan karakter dan kompetensi, tetapi harus pula mengetahui bagaimana perubahan dan kemajuan perilaku peserta didik. Seperti yang disampaikan kepada peneliti bahwa: “Aplikasi sipakarmadu inilah yang dijadikan sebagai alat evaluasi terhadap karakter siswa sistem aplikasi pembinaan karakter siswa ada semua nama nama siswa diaplikasi lengkap dengan poinnya jadi ketika anak anak tidak Hj. Darmawati, S. Ag., M. Pd (52 Tahun), Kepala Sekolah MAN 2 Model Makassar, Wawancara, 12 Juli 2024.
Hasan Basri, (42 Tahun), Wakil Kepala Sekolah MAN 2 Model, Wawancara, Makassar 12 Juli 2024. berprilaku positif, maka dia akan di foto bahwa melanggar prilaku yang positif setelah itu maka diberikan poin, sama halnya prestasi dia akan mendapatkan poin reward atas prestasinya namun prestasi disini ada 2 yaitu prestasi akademik dan non akademik, misalkan non akademik melihat sampah kemudian diambil dan dibuang sampahnya, itu bisa di foto dan dimasukkan di aplikasi sipakarmadu kemudian diberikan apresiasi karena itu bentuk karakter yang tidak banyak dimiliki orang lain, misalkan ada peserta didik menemukan barang dan membawa keruang kesiswaan dan menyatakan ini barang ditemukan dan memberikan apresiasi karena itu bentuk pendidikan karakter”.
Evaluasi pendidikan karakter adalah proses penilaian terhadap efektivitas program pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah, dengan tujuan memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan berhasil ditanamkan dan dipraktikkan oleh siswa. Evaluasi ini penting untuk mengidentifikasi kemajuan, tantangan, serta perbaikan yang perlu dilakukan.
Kemudian disampaikan kepada peneliti bahwa: “Kami ada namanya BDCA ini dilaksanakan awal bulan untuk memonitor perkembangan siswa, di ukur bagaimana perkembangan karakter, semua bentuk pengawalan, untuk karakter muncul diwali kelas ada ukuran sekian persen pelanggaran yang tidak terjadi.”
Evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan dengan mengadakan penilaian melalui format penilaian atau catatan lembar evaluasi (buku jurnal), pengamatan perilaku dan sikap peserta didik dan juga penskoran terdapat dalam buku tata tertib siswa. Sistemnya modus (mana yang sering muncul), kalau yang sering muncul baik maka ya baik, kalau tidak ada catatan pelanggaran jadi ya sangat baik dan jika tidak ada pelanggaran maka perilaku siswa dinyatakan dalam kategori cukup. Kalau ada pelanggaran yang sangat berat maka terpaksa siswa harus dikembalikan kepada orang tua. Seperti yang disampaikan kepada peneliti bahwa:
“Kami ingin orang tua yang memasukkan anaknya disekolah ini tidak ingin hanya melihat siapa pemilik sekolah, fasilitas, tapi kami menjual programnya kami menjanjikan mutu kalau diberikan jaminan mutu dan kami survei dulu orang tua, ternyata hasil dari survei orang tua yang memasukkan anaknya sekolah di Athirah ada 3 pesan, 1. anaknya harus paham Agama dan karakternya bagus, 2. prestasi bagus, 3. Sarana prasarana.
Pendidikan karakter di sekolah memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moral yang kuat, kecerdasan emosional, dan tanggung jawab sosial. Di tengah krisis moral yang dihadapi masyarakat modern, pendidikan karakter menjadi benteng pertahanan yang efektif untuk mencegah perilaku negatif dan membangun generasi yang berintegritas dan beretika. Seperti yang disampaikan kepada peneliti bahwa:
“Karakter ini memang menjadi bahan netral untuk penanganan di sekolah karena karakter ini dalam budaya Islam merupakan adab jadi memang perjuangannya harus kencang terkadang melampaui batas siswa dalam melakukan tindakan yang tidak baik jadi apalagi zaman sekarang ini adab ini adalah karakter dari individu, kemudian dilihat ketika melakukan tindakan akan berdampak pada lingkungannya.”
Dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum, memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler, serta memberikan teladan yang baik melalui guru, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan karakter siswa. Pendidikan karakter tidak hanya membekali siswa dengan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk sukses di masa depan, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. Seperti yang disampaikan kepada peneliti bahwa:
“Konsep diawal adalah visi, maka program kami ada di ciri islami, seperti, tartil, baca quran, terampil jadi dai dan daiyah, shalat tepat waktu, tentu ciri islami ini berbarengan dengan karakter dan pengembangan pendidikan karakter, seperti memahami adab, gerakan penguatan rasional adab ini pelatihan khusus karakter, kepemimpinan lahir lah dengan jiwa pemimpin, memahami budaya nasional, budaya massipa, mampu beradaptasi dengan masyarakat penguatan karakter anak – anak di bawa sepekan ke desa, harus ada sosial, kemudian ada juga pesiar penelitian sosial religius mengunjungi tempat-tempat sejarah di Makassar dan disepekati dengan orang tua, dan ini janji kami kepada orang tua jika 3 tahun di Athirah maka anaknya akan diberikan ilmu seperti ini”.
Pada hakikatnya, pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter selain untuk membentuk pembelajar sepanjang hayat, yang sejatinya akan mampu mengembangkan semua potensi peserta didik secara seimbang (spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan jasmani) dan juga secara optimal. Hal ini menjawab pendapat yang selama ini mengemuka bahwa pendidikan hanya memberi penekanan dan berorientasi pada “aspek akademik” saja dan tidak mengembangkan aspek sosial, emosi, kreativitas, dan bahkan motorik.
Peserta didik hanya dipersiapkan untuk dapat nilai bagus, namun mereka tidak dilatih untuk bisa hidup. Sejatinya, hal ini dapat terwujud apabila penguatan pendidikan karakter ini terprogram dan terencana secara baik, misalnya penguatan pendidikan karakter berbasis kelas, seharusnya sudah dapat di implementasikan oleh setiap guru pada saat pembelajaran berlangsung. Pembiasaan dan penumbuhan nilai yang baik akan dapat diserap oleh peserta didik dalam pembelajaran tersebut. (din pattisahusiwa/tim media baznas kota makassar/bersambung)