
Makassar, Inspirasimakassar.id:
Sistem pendidikan nasional Indonesia sangat menekankan pada pembentukan karakter, di samping prestasi akademik. Dalam kerangka ini, sekolah Islam (Madrasah Aliyah Negeri ) MAN2 Kota Makassar dan SMA Islam Athirah juga di Kota Makassar mengintegrasikan nilai-nilai Islam tradisional ke dalam konteks pendidikan modern untuk menumbuhkan individu yang berwawasan luas dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Tulisan bersambung ke-3 disertasi yang mengantar HM.Ashar Tamanggong meraih Doktor di Pasca Sarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Senin 10 Februari lalu ini mengupas rumusan masslah yang dihadapi di kedua sekolah itu.
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana Manajemen Pendidikan Karakter di MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar Pokok masalah tersebut dijabarkan dalam 3 sub masalah penelitian. Yaitu, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pendidikan Karakter di MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar.
HM.Ashar Tamanggong mengemukakan, manfaat penelitian, pertama, secara teoretis berguna untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan Manajemen Pendidikan, serta menjadi penambah referensi keilmuan bagi Konsentrasi Manajemen Pendidikan UMI, Khususnya dalam ranah teori-teori manajemen pendidikan karakter dan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian-penelitian sesudah maupun sebelumnya sehingga nantinya akan ditemukan format baru yang lebih efektif dalam peningkatan pendidikan karakter. Serta diharapkan bisa memberikan informasi dan kajian praktis tentang manajemen pendidikan karakter dalammeningkatkan mutu lulusan.
Kedua, berharap dapat menambah wawasan mengenai peningkatan pendidikan karakter dan meningkatkan pengetahuan peneliti tentang manajemen pendidikan karakter. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan gambaran manajemen pendidikan karakter
Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan penelurusan peneliti pada kepustakaan dan media elektronik, penelitian dengan judul Manajemen Pendidikan Karakter di MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar telah dilakukan dengan objek yang berbeda. Dia mencontohkan, focus penelitiannya yang mana penelitian pertama Aris Mundandar membahas tentang Manajemen Pendidikan Karakter Dalam Mewujudkan Mutu Lulusan menemukan dan mendeskripsikan secara komprehensif dan utuh mengenai manajemen pendidikan karakter.
Kemudian penelitian kedua yang dilakukan Dewi Fitriasih, Syamsul Huda Rohmadi tentang penelitian pendidikan karakter melalui manajemen pendidikan Islam: menyiapkan pemimpin masa depan adalah untuk mengetahui penerapan manajemen pendidikan Islam dalam membentuk karakter siswa yang berorientasi pada kepemimpinan dan untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang ditekankan dalam pendidikan Islam untuk mempersiapkan pemimpin masa depan. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Hasil dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran berbasis keteladanan dan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada kepemimpinan memberikan pengalaman praktis bagi siswa untuk mengasah kemampuan memimpin. Partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat juga menjadi kunci penting, dengan menekankan konsistensi antara pendidikan karakter di sekolah dan di rumah. Kemudian peneliti ketiga yang dilakukan Yaya Suryana, Fadhila Maulida Ismi membahas tentang Manajemen kurikulum dalam meningkatkan mutu lulusan SDIT Alamy Sumbang” Mutu lulusan tidak akan memuaskan jika unsur dari komponen pendidikan dikelola tanpa ada perencanaan yang matang, untuk mencapai mutu lulusan yang baik diperhatikan adanya sebuah manajemen yang baik terutama dalam bidang kurikulum yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Tinjaun Teori yang dilakukannya yaitu, Manajemen Pendidikan. Kata “manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata manus dan agere di gabungkan menjadi managere yang artinya menangani. Kata managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja, yaitu to manage, sedangkan dalam bentuk kata benda yaitu managemen. Selanjutnya kata managemen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam bentuk kata benda yaitu pengelolaan.
Kata pengelolaan mengandung makna yang sangat umum, sehingga dapat digunakan dalam segala aspek aktifitas dan kehidupan manusia.
Manajemen berasal dari to manage yang berarti mengatur, mengelola atau mengurusi. Manajemen adalah proses usaha pelaksanaan aktifitas yang diselesaikan secara efektif dengan melalui pendayagunaan orang lain (sumber-sumber manusia, finansial, dan fisik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, penggerakan dan pengendalian) untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu menghasilkan produk atau jasa/layanan yang diinginkan oleh sekelompok masyarakat.
Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Menurut Malayu S.P Hasibuan, Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber -sumber lainya secara efektif dan efisisen untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi, sehingga manusia harus mampu mengelola amanat tersebut dengan sebaik baiknya.
Menurut James AF.Stoner manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Harold Kontzdan Cyril O’Donnel memberikan batasan bahwa manajemen merupakan kegiatan untuk mendapatkan tujuan yang telah disetujui bersama oleh organisasi atau lembaga dengan cara melaksanakan tahapan rencana, melakukan pengelompokan, menempatkan serta menggerakkan dan dapat mengendalikan orang lain.
Pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah kalimat pengaturan. QS As-Sajadah/32:5, yang terjemahannya, “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala urusan) itu naik kepada-Nya. pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dari ayat Al-Quran di atas, dapat kita temukan lafadz بردا- يدبر- بر د yang berarti mengatur urusan. Ibnu Katsir menafsirkan bahwasanya Allah Swt. Ialah yang mengatur alam atau bertindak sebagai manajer jika di ilustrasikan, maka dari itu segala sesuatu yang sedang berjalan ialah tanda adanya keagungan dan besarnya kuasa Allah Swt. untuk alam ini, tetapi tugas manusia di bumi sebagai khalifah dimaksudkan untuk mengelola yang sudah Allah Swt. ciptakan dengan menggunakan pikirannya.9 Maka dari itu, manajemen dapat berarti rangkaian proses sosial yang bersinggungan dengan semua urusan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan mengaitkan atau berhubungan dengan manusia lain dengan cara memanfaatkan sumber daya yang dimiliki saat ini sehingga akan tercapai tujuan bersama.
Nanang Fattah mengatakan, manajemen kerap disebut bagaikan ilmu, kiat, serta profesi. Dikatakan bagaikan ilmu oleh Luth Gulick dalam Nanang Fattah manajemen dikatakan bagaikan ilmu sebab manajemen ditatap bagaikan sesuatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berupaya menguasai alasan dan orangorang bekerja sama. Dikatakan kiat oleh Follet, manajemen menggapai target melalui cara-cara mengendalikan orang lain melaksanakan dalam tugas.
Ditatap bagaikan profesi sebab manajemen dilandasi oleh kemampuan spesial buat menggapai sesuatu prestasi manajer dan para orang yang handal dituntut adanya etika dalam profesi. Ali Imron membagikan kesimpulan, yaitu manajemen merupakan sesuatu proses penyusunan dengan mengaitkan unit yang memiliki potensi, baik yang bertabiat manusia ataupun yang bertabiat non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efisien dan secara efektif.
George R. Terry menyatakan arti yang mendalam dari manajemen yaitu difokuskan terhadap aspek manajemen. Manajemen dianggap sebagai proses yang memiliki ciri khusus yang mana dilakukan seperti direncanakan, dikelompokkan, digerakkan hingga dilakukan pemantauan sehingga pencapaian tujuan akan dapat dengan mudah didapatkan dengan cara memanfaatkan sumber daya dari manusia dan aspek lainnya.
Manajemen juga sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari dalam kurun waktu yang lama dan memiliki serangkaian teori yang perlu diuji dan dikembangkan dalam praktek manajerial pada lingkup organisasi.
Menurut Sondang P. Siagian dalam Arikunto, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Sebagai ilmu pengetahuan, manajemen juga bersifat universal, dan mempergunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis mencakup kaidahkaidah, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan manajemen dapat diterapkan dalam setiap organisasi baik pemerintah, pendidikan, perusahaan keagamaan, sosial dan sebagainya. Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi, jika seorang manajer mempunyai pengetahuan tentang manajemen dan mengetahui bagaimana menerapkannya, maka dia akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajerial secara efektif dan efisien.
a. Manajemen merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan melalui sebuah proses. b. Manajemen merupakan sistem kerja sama dengan pembagian peran yang jelas. c. Manajemen melibatkan secara optimal konstribusi orang-orang, dana, fisik, dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien.
Kesimpulan Ali Imron bahwa manajemen adalah suatu proses penataan dengan melibatkan sumber sumber potensial, baik yang bersifat manusia maupun non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Beberapa unsur yang terdapat dalam pengetian manajemen adalah:
1) Adanya suatu proses, yang menunjukkan bahwa ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilakukan jika seseorang melakukan kegiatan manajemen.
2) Adaanya penataan, yang berarti bahwa makna manajemen yang sesungguhnya adalah penataan, pengaturan dan pengelolaan.
3) Terdapatnya sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan, baik sumber potensial yang bersifat manusiawi maupun yang bersifat non manusiawi. Tetapi, titik tekan pelibatan tersebut lebih banyak kepada sumber-sumber potensial yang bersifat manusiawi. Sebab, tertatanya sumber-sumber potensial yang bersifat manusiawi, akan dengan sendirinya menjadikan tertatanya sumber potensial yang bersifat non manusiawi.
4) Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena pelibatan sumber potensial yang bersifat manusiawi dan non manusiawi tersebut bukan merupakan tujuan, melainkan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan atau misi tertentu. Pencapaian tujuan tersebut diupayakan agar secara efektif dan
efisien.
Harold Koontz dan Cyryl O. Donel mendefinisikan manajemen sebagai usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian, manajemen mengadakan koordinasi atas segala aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian. Dengan demikian, manjemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik yang memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau Ali Imron, Manajemen Pendidikan: Subtansi Inti dan Ekstensi, dalam Burhanuddin, et.
Manajemen adalah suatu proses kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan kepada sekelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasi. Manajemen menitik beratkan terciptanya kerja sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan kepada sekelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasi. Jadi, manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertakan semua potensi yang ada, baik personal maupun material secara efektif dan efisien.
Dengan perkembangan kebutuhan manusia, pemahaman manajemen juga mengalami perkembangan secara luas. Manajemen diartikan sebagai mengelola orang-orang, mengambil keputusan, dan mengorganisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan. Secara umum manajemen diartikan sebagai proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.
Menurut Toni Bush dalam Makbuloh, manajemen adalah proses koordinasi yang terus menerus dilakukan oleh suatu anggota organisasi untuk menggunakan seluruh sumber daya dalam upaya berbagai tugas organisasi yang dilakukan dengan efisien. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, inti manajemen adalah koordinasi sumber daya, baik sumber daya manusia, alam, maupun sosial.
Dalam pendidikan, semua sumber daya diorganisasi untuk meningkatkan performa lembaga pendidikan, sehingga mampu bersaing dan dipercaya terus menerus.
Paparan teori terkait dengan arti atau makna manajemen yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya kegiatan yang special dimana kegiatan tersebut ialah bagian dari proses manajemen serta kegiatan itu dilaksanakan untuk mendapat tujuan yang disepakati bersama dan pelaksanaannya tersebut dibantu oleh faktor lainnya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa adanya manusia merupakan faktor yang terpenting di dalam manajemen.
Hal ini disebabkan oleh manusia yang melaksanakan proses dimana proses tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Apabila tidak ada manusia di dalam proses tersebut,akan terjadi kegagalan.
Menurut pandangan Islam, umatnya dianjurkan untuk melakukan segala sesuatu dengan teratur, rapi, benar, dan tertib. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, pekerjaan mengelola sesuatu secara teratur itu merupakan bagian dari ilmu manajemen.
Hal ini didasarkan pada pola manusia yang merupakan makhluk kerja sehingga manusia yang menjalankan pekerjaan menjadi andalan untuk melaksanakan manajemen. Dasar dari manajemen ialah proses yang digunakan dalam melaksanakan atau menjalankan sumber daya dengan tepat guna mencapai tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan pemahaman dari sekolah supaya tercapainya pendidikan yang bermutu dan tercapai goal.
Hal ini dapat dilakukan ketika menerapkan pengelolaan sekolah secara profesional untuk menggapai tujuan pendidikan.
Berikut ini ialah hal yang perlu diketahui terkait manajemen. a) Melakukan pembagian kerja dengan orang lain akan dapat meringankan pekerjaan tersebut. Hal ini perlu dilakukan sebab organisasi akan berhasil dengan menerapkan manajemen yang baik, salah satunya dengan melakukan pembagian tugas supaya pekerjaan dapat selesai dan mengkoordinasikan segala tugas secara tepat.
b) Peningkatan daya guna di dalam organisasi akan mampu menaikkan tingkat potensi. c) Melakukan pengurangan pemborosan yang dilakukan manajemen. d) Melakukan penerapan 6M (Men, Money, Methods, Materials, Machines, and Market) untuk melaksanakan kegiatan manajemen. e) Adanya kenaikkan level dari berkembang ke maju di dalam manajemen. f) Adanya tujuan yang teratur dapat dicapai. g) Menjadikan manajemen sebagai dasar untuk mencapai tujuan dan melakukantindakan. h) Menjadi kebutuhan untuk komunitas yang pastinya membutuhkan manajemen
Dari beberapa pengertian manajemen di atas, manajemen adalah suatu bentuk kerjasama yang melibatkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Jika diperinci, terdapat tiga hal yang merupakan unsur penting dari manajemen yaitu: (1) usaha kerjasama, (2) melibatkan dua orang atau lebih, dan (3) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga unsur tersebut menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam suatu organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu.
Menurut Suharismi Arikunto dan Lia Yuliana dalam penelitian Nur Zasin, yaitu manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam oganisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Manajemen pendidikan adalah proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif.
Sedangkan menurut Usman Husaini manajemen pendidikan adalah seni atau ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.24 Peranan guru sebagai pendidik professional sungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengelola, mengatur serta mendayagunakan segala sumber daya pendidikan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Adapun ruang lingkup manajemen pendidikan meliputi: a. Manajemen Kurikulum. Manajemen kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan dalam melaksanakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen kurikulum, yang terpenting adalah kegiatan yang didalamnya memiliki kaitan yang erat dengan tugas guru dan kegiatan yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran dan pengajaran.
b. Manajemen Per sonalia
Manajemen personalia adalah serangkaian proses kegaitan kerja sama yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bidang personalia dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga semua personil sekolah memberikan usaha yang terbaik dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Personalia sekolah meliputi guru, dan pegawai lainnya. Personalia sekolah dapat dibedakan atas tenaga kependidikan dan non kependidikan a) tenaga kependidikan terdiri dari tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan pengajar; b) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar dan pelatih; dan c) pengelola satuan pendidikan terdiri atas Kepala Sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pemimpin satuan pendidikan luar sekolah.
c. Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik merupakan sebuah upaya dalam menata peserta didik mulai dari pertama masuk sekolah sampai dengan lulus sekolah, dengan cara memberikan layanan sebaik mungkin pada peserta didik. Tujuan manajemen peserta didik untuk mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik dengan maksud menunjang proses pembelajaran sehingga dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Fungsi manajemen peserta didik sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta dapat melakukan secara optimal, baik dari segi individualitas, sosial, aspirasi, kebutuhan atau potensinya.
d. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan yang mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, proses kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, penghapusan dan penataan. Proses ini penting dilakukan agar pengadaan sarana dan prasarana tepat sasaran dan efektif dalam penggunaannya.
e. Manajemen Keuangan/Pembiayaan
Manajemen keuangan/pembiayaan adalah serangkaian kegiatan yang merencanakan, melaksanakan dan mengavaluasi serta bidang yang mempertanggungjawabkan segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Pengelolaan keuangan yang baik di sebuah lembaga akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan tersedianya biaya, pencapaian tujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif, efisien dan relevan akan memberikan kebutuhan yang dibutuhkan lembaga tersebut.
Adapun sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah/madrasah, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: 1) Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; 2) Orang tua atau peserta didik; dan 3) Masyarakat baik mengikat maupun tidak.
f. Manajemen Administrasi
Administrasi dalam di dalam ilmu manajemen mempunyai peran penting sebagai salah satu kegiatan manajemen yang dapat melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan manajemen yang mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan memiliki persiapan dalam menghadapinya. Wujud dari hubungan administrasi dengan manajemen pendidikan dapat dilihat dari aktivitas kepala sekolah sebagai seseorang yang membuat keputusan dan penanggung jawab penuh atas kebijakan yang dibuatnya.
g. Manajemen Humas
Humas merupakan fungsi manajemen yang memiliki peran dalam menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan keamanan dan prosedur organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat. Kegiatan kehumasan di sekolah tidak hanya memberikan informasi terkait kegiatan di sekolah, selain itu ada beberapa tugas humas di antaranya: 1) Melaporkan tentang pendapat yang berkembang di dalam ruang lingkup masyarakat tentang masalah pendidikan 2) Membantu Kepala Sekolah dengan usaha yang dimiliki untuk memperoleh bantuan dan kerja sama 3) Menyusun rencana terkait cara-cara memperoleh bantuan dari luar atau dalam sekolah dan 4) Membantu pemimpin karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak yang memerlukannya.
h. Manajemen Layanan Khusus
Layanan khusus adalah suatu usaha yang dilakukan tidak secara langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar di kelas, melainkan sebuah kegiatan yang diberikan pihak sekolah kepada para siswanya agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses belajar.
Jenis layanan khusus di lembaga pendidikan terdiri atas: 1) Perpustakaan sekolah, perpustakaan pada sebuah sekolah dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus dan tujuan pendiidkan pada umumnya; 2) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), UKS merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan peserta didik yang optimal; 3) Kafetaria/Warung/Kantin, tujuan pengadaan kantin sekolah adalah menyediakan tempat belanja makan yang terjamin kebersihannya dan makan yang bergizi; 4) Tempat Ibadah/Masjid; Serta, 5) Unit Keamanan Sekolah.
2. Fungsi Manajemen Pendidikan
Ada beberapa pendapat yang membagi proses kegiatan dalam manajemen di antaranya George R. Terry yang menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan- tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) atau dikenal dengan POAC yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya lainnya.
Menurut G.R Terry Fungsi Manajemen adalah proses atau pendekatan oprasional mempersamakan manajemen dengan apa yang dibuat seseorang manajer untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang manajer. Sebaliknya, apa yang dibuat oleh sang manajer adalah berbeda;adalah suatu aktivitas yang dibentuk oleh beberapa fungsi pokok, yang lantas membentuk suatu proses yang unik proses manajemen.
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan organisasi serta menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Dengan proses atau pendekatan oprasional mempersamakan manajemen dengan apa yang dilakukan seorang manajer untuk memenuhi persyaratan.
Fungsi manajemen banyak sekali para ahli mendefinisikan fungsi manajemen yang berbeda warnanya. Sampai detik ini, namun penulis mengacu pada G.R Terry saja bukan berarti penulis menafikan pendapat tokoh yang lain, Adapun proses manajemen merupakan aktivitas yang dibentuk oleh beberapa fungsi pokok. Menurut G.R Terry ada tiga fungsi manajemen yaitu perencanaan (Planning), pelaksanaan (Actuiting) dan evaluasi.
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, dan fungsi-fungsi lainnya tidak dapat berjalan. Harrold Koontz dan O’Donnel (dikutip Sukarna) dalam bukunya “Principle of Management” mengemukakan “Perencanaan adalah fungsi dari pada manajer dalam pemilihan-pemilihan alternatif, tujuan-tujuan, kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan program- program”.
Menurut Malayu S.P Hasibuan, “Perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih sasaran, kebijakan, prosedur, dan program yang diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan datang”.32 Menurut T. Hani Handoko, Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa fungsi-fungsi manajemen lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontinyu.
Baharuddin mengatakan bahwa perencanaan merupakan aktivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran (objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas- tugasnya.
Sejalan dengan Baharudin, Arikunto menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya tujuantujuan dengan sarana yang optimal.35 Lebih rinci, Sondang P. Siagian menyatakan bahwa dalam perencanaan kegiatan dirumuskan dan ditetapkan seluruh aktivitas lembaga yang menyangkut apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, kapan akan dikerjakan, siapa yang mengerjakan dan bagaimana hal tersebut dikerjakan.
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan dapat meliputi penentuan tujuan, penegakkan strategi, dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan.
Menurut Jejen dalam perencanan harus memenuhi delapan aspek yaitu, program kerja, tujuan dan manfaat program, biaya program, waktu penanggung jawab pelaksana, mitra dan sasaran. Maka dari itu, perencanaan dalam manajemen merupakan suatu kegiatanyang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan dengan cara-cara yang telah ditetapkan, meliputi menentukan subyek yang akan terlibat, cara atau metode yang akan digunakan, dan waktu pelaksanaannya. Adanya perencanaan merupakan hal yang harus ada dalam setiap kegiatan, tidak hanya dalam susunan manajemen.
“ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini memberi pesan kepada orang-orang yang beriman untuk memikirkan masa depan. Dalam dunia manajemen, pemikiran masa depan yang dituangkan dalam konsep yang jelas, sistematis disebut dengan istilah perencanaan atau planning.39.Perencanaan mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan dan lain-lain.
Keefektifan perencanaan sekolah harus menghasilkan program yang luwes serta berpusat pada peserta didik, yang mencakup program pembelajaran, pengajaran, pengembangan kurikuler, kegiatan peserta didik, keuangan sekolah, elaborasi kurikulum menjadi bahan pengajaran, gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.
Fungsi manajemen tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya unsur penggerakan atau pengarahan, sebagai tindak lanjut dari proses perencanaan, pengorganisasian, dan sampai ke proses penggerakan G.R Terry (dikutip Malayu S.P. Hasibuan) dalam bukunya “Principle of Management” mengatakan “Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts.” Artinya penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
Fungsi penggerakan selalu berkaitan erat dengan perencanaan. Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor, kekuatankekuatan, sumber daya-sumber daya dan hubungan- hubungan yang diperlukan untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan. Fungsi pengarahan meliputi penerapan unsur-unsur tersebut menjadi pengaruh.43 Jadi dapat disimpulkan penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Motiving secara implcit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, intruksi, nasehat, dan koreksi jika diperlukan.
Fungsi pelaksanaan menurut Koontz dan O‟Donnel adalah hubungan erat antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan dari adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dimengerti dan pembagian kerja yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang nyata. Dalam hal ini yang termasuk di antaranya: motivasi, kepemimpinan dan komunikasi.44 Manajemen mempunyai fungsi pelaksanaan karena dengan adanya pelaksanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, maka memungkinkan organisasi berjalan dan perencanaan dilaksanakan.
Seperti yang dijelaskan dalam Alquran pada surah Al-Imran 3/:104, yang terjemahannya, “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Dengan demikian, pelaksanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah, guru, penting dalam manajemen. Kepala sekolah/ madrasah, guru, sebagai manajer yang mampu menggerakkan bawahannya dalam pelaksanaan yang sudah pasti mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti memberi motivasi, usaha untuk membangkitkan semangat kerja bawahannya. Dalam fungsi pelaksanaan, kepala sekolah/madrasah lebih menekankan pada upaya memotivasi dan mengarahkan para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dengan baik.
Evaluasi. Pengevaluasian adalah proses pengawasan dan pengendalian perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seseorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu tujuan yang ingin dicapai harus dilakukan pengawasan atau pengendalian, karena walaupun perencanaan, pengorganisasian, penggerakannya baik, tetapi apabila pelaksana kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.
Menurut T. Hani Handoko Pengawasan (Controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengawasan atau controlling bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas/pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan, dan apabila pelaksanaannya menyimpang dari rencana, maka perlu diadakan koreksi seperlunya.
Pengawasan adalah suatu cara lembaga mewujudkan kinerja dan mutu yang efektif dan efisien dan lebih jauh mendukung terwujudnya visi/misi lembaga atau organisasi. Pengendalian sebagai salah satu unsur manajemen pendidikan untuk melihat apakah segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana dan juga sebagai hal terpenting untuk menentukan rencana kerja yang akan datang.
Dalam penelitian manajemen pendidikan dalam mewujudkan mutu lulusan dimulai dari perencanaan, pengorganisasian sampai pada penggerakan, berarti mengawasi aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana-rencana. Kegiatan pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu kerjasama antara guru, kepala sekolah, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam institusi pendidikan. Data dari informasi tersebut dipakai untuk mengidentifikasi pencapaian tujuan, penyimpangan. Serta kelemahan yang didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan sekolah tersebut.
Salah satu bentuk pengawasan yang digunakan di sekolah adalah supervisi. Secara umum supervisi pendidikan merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, agar guru mampu membantu para siswa dalam belajar untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan situasi dan proses belajar mengajar agar berada dalam rangka tujuan pendidikan nasional dengan membantu guru-guru untuk lebih memahami mutu, pertumbuhan, dan peranan sekolah mencapai tujuan dimaksud.
3. Manajemen Pendidikan Karakter
Dalam pengertian dari manajemen pendidikan, telah dibahas dalam sub bab sebelumnya yang membahas terkait pembahasan masing-masing kata, sehingga berbeda dengan pembahasan ini. Arti dari manajemen pendidikan berdasarkan maksud ahli dan praktisi dan merupakan penyampaian ide yang terkait dengan arti manajemen pendidikan itu sendiri. Pendidikan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dari kata “didik” yang memberikan awalan “pe” serta diakhiri oleh “an”.
Artinya ialah “perbuatan” sehingga mengandung makna hal atau cara dan yang lainnya. Di dalam bahasa Inggirs, pendidikan berasal dari kata “education” Bahasa latinnya ialah “educare”. Artinya ialah adanya masukan, sehingga arti nya ialah masuknya ilmu yang diberikan kepada orang lain.
Manajemen pendidikan karakter dikelola dengan baik mengikuti fungsi manajemen sebagai dasar pengelolaan pendidikan karakter. Seorang guru membutuhkan kemampuan manajerial yang baik sehingga mampu mengakomodir seluruh kegiatan pendidikan karakter di sekolah, pendidikan karakter sejalan dengan proses pembelajaran, mengikuti berbagai kurikulum pendidikan yang ada di sekolah. Pendidikan karakter menyatu dengan kegiatan proses pembelajaran, manajemen pendidikan karakter tersusun dengan baik bersama dengan kurikulum pendidikan, RPP, silabus, serta dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah.
Proses pembentukan karakter peserta didik yang dibuktikan dengan pemahaman terhadap budi pekerti, nilai-nilai kehidupan, terbentuknya watak dan akhlak mulia, dipandang tidak cukup hanya melalui proses pembelajaran budaya dan karakter saja, tetapi harus dilakukan secara holistik atau didukung oleh berbagai komponen yang mempengaruhinya termasuk sistem manajemen pendidikan karakter yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Untuk itu dalam upaya pencapaian prestasi belajar pelajar yang tinggi, dibutuhkan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran, merubah dan menanamkan perilaku dan akhlaq yang mulia pada diri pelajar sehingga akan menimbulkan kualitas proses pembelajaran yang tinggi, tanpa adanya manajemen pendidikan karakter dalam sekolah dan di kelola dengan baik maka upaya mengurangi dan menghilangkan perilaku-perilaku buruk yang ada selama ini mustahil dapat dilakukan, bahkan dapat dikatakan akan semakin buruk, hal ini dapat merusak dan menghancurkan norma-norma yang berlaku di Negara Indonesia, serta mampu merusak jati diri pelajar.
Dalam perbincangan tentang ruang lingkup manajemen pendidikan, maka terdapat 4 aspek yang harus dijabarkan, yaitu dari sudut wilayah kerja, objek garapan, fungsi atau urutan kegiatan, dan pelaksana.Dari tinjauan wilayah kerja. Yang dimaksud disini adalah tentang sistem pendidikan di Indonesia. Dimana kebijakan pendidikan dilakukan oleh pemerintah pusat, dengan Menteri Pendidikan menentukan dan mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sebagai pembantu pelaksana kebijakan pendidikan, terdapat beberapa pejabat yang tersebar dibeberapa wilayah, baik provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, serta unit kerja yang membantu dalam penentuan kebijakan tersebut.
Maka manajemen pendidikan dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian,yaitu: Manajemen pendidikan seluruh negara Indonesia, yaitu manajemen pendidikan untuk urusan nasional yang meliputi pelaksanaan pendidikan di sekolah, pendidikan luar sekolah, pendidikan pemuda, penyelenggaraan latihan, penelitian, dan pengembangan masalah-masalah pendidikan, serta kebudayaan dan kesenian
Manajemen pendidikan satu provinsi, yaitu manajemen pendidikan yang meliputi wilayah kerja satu propinsi yang pelaksanaannya dibantu lebih lanjut oleh petugas manajemen pendidikan di kabupaten dan kecamatan.
Manajemen pendidikan satu unit kerja. Pengertian dalam manajemen unit ini lebih dititik beratkan pada satu unit kerja yang langsung menangani pekerjaan mendidik, seperti sekolah, pusat latihan, pusat pendidikan dan lain-lain. Manajemen kelas, sebagai suatu kesatuan kegiatan terkecil dalam usaha pendidikan yang justru merupakan “core” dari seluruh jenis manajemen pendidikan.
Manajemen pendidikan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan pendidikan. Dalam hal ini terdapat sekurang-kurangnya ada 8 (delapan) objek garapan, antara lain:
1) manajemen peserta didik, 2) manajemen guru dan karyawan, 3) manajemen kurikulum, 4) manajemen sarana atau material, 5) manajemen tatalaksana pendidikan, 6) manajemen pembiayaan, 7) manajemen lembaga pendidikan, 8) manajemen hubungan masyarakat.
Menurut fungsi atau urutan kegiatan ini terdapat istilah “rangkaian kegiatan” yang dilakukan pertama sampai terakhir, yang sering disebut sebagai fungsi manajemen. Adapun fungsi manajemen ini adalah: (1) merencanakan, (2) mengorganisasikan, (3) menggerakkan, dan (4) mengawasi atau mengevaluasi.
Hal ini menjadikan tiga hal terlibat seperti ilmu, kegiatan yang memasukkan orang untuk mencapai tujuan. Arti kata pendidikan dalam Bahasa Yunani ialah paedagogos dengan arti bergaul dengan kids. Pedagogos ini berasal dari kegiatan sesorang yang melakukan antarjemput anak anak ketika zaman Yunani. Arti kata paedagogos bersumber dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Kata yang dulunya dianggap tidak pantas, sekarang menjadi kata kata yang digunakan untuk penyebutan kata yang baik.
Paedagog (pendidik atau ahli didik) ialah orang yang bertugas untuk memberikan pendidikan kepada anak. Berbeda dengan kegiatan yang bersinggungan dengan membimbing paedagogis dapat dikatakan sebagai pengembangan.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa pencapaian pendidikan nasional masih jauh dari harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar.
Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building).
Perlu adanya upaya–upaya konkrit yang harus segera dilakukan melalui pendidikan agar anak bangsa ini semakin kokoh kepribadian dan karakternya. Paling tidak, upaya ini hendaknya dimulai dari diri orang tua, pendidik, masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Selanjutnya, diikuti niat ikhlas dan tekad yang kuat untuk mengubah pola asuh dan perilaku diri sebab inilah modal dalam membentuk perilaku anak bangsa. Mencermati hal demikian, kiranya perlu adanya sebuah manajemen yang baik dan sekaligus sinergis antara berbagai komponen pendidikan yang terlibat baik yang bersifat formal, nonformal, maupun informal, baik di keluarga, sekolah, lingkungan, maupun masyarakat yang lebih luas.
Pendidikan karakter mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang mempunyai kedudukan sebagai mahluk individu dan sekaligus juga mahluk sosial tidak begitu saja terlepas dari lingkungannya.
Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai tujuan. Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha selesai dilaksanakan. Sebagai sesuatu yang akan dicapai, tujuan mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian yang telah baik sebagaimana yang diharapkan setelah anak didik mengalami pendidikan.
Sebagaimana dalam pasal 3 UU sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut: 1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2) Mengoreksi peserta didik yang tidak berkesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab karakter bersama.
Manajemen pendidikan karakter dikelola dengan baik mengikuti fungsi manajemen sebagai dasar pengelolaan pendidikan karakter. Seorang guru membutuhkan kemampuan manajerial yang baik sehingga mampu mengakomodir seluruh kegiatan pendidikan karakter di sekolah, pendidikan karakter sejalan dengan proses pembelajaran, mengikuti berbagai kurikulum pendidikan yang ada di sekolah. Pendidikan karakter menyatu dengan kegiatan proses pembelajaran, manajemen pendidikan karakter tersusun dengan baik bersama dengan kurikulum pendidikan, RPP, silabus, serta dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah.
Proses pembentukan karakter peserta didik yang dibuktikan dengan pemahaman terhadap budi pekerti, nilai-nilai kehidupan, terbentuknya watak dan akhlak mulia, dipandang tidak cukup hanya melalui proses pembelajaran budaya dan karakter saja, tetapi harus dilakukan secara holistik atau didukung oleh berbagai komponen yang mempengaruhinya termasuk sistem manajemen pendidikan karakter yang dilakukan oleh pihak sekolah. Untuk itu dalam upaya pencapaian prestasi belajar pelajar yang tinggi, dibutuhkan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran, merubah dan menanamkan perilaku dan akhlaq yang mulia pada diri pelajar sehingga akan menimbulkan kualitas proses pembelajaran yang tinggi, tanpa adanya manajemen pendidikan karakter dalam sekolah dan dikelola dengan baik maka upaya mengurangi dan menghilangkan perilaku-perilaku buruk yang ada selama ini mustahil dapat dilakukan, bahkan dapat dikatakan akan semakin buruk, hal ini dapat merusak dan menghancurkan norma-norma yang berlaku di Negara Indonesia, serta mampu merusak jati diri pelajar.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari definisi tersebut antara pendidikan dan pembelajaran sangat berkaitan. Artinya kualitas pendidikan antara lain sangat ditentukan oleh kualitas dari tenaga pendidik.
Peningkatan kualitas pembelajaran ini akan sangat bergantung pada pengelolaan atau manajemen dan pembelajaran yang diterapkan tenaga pendidik di kelas Manajemen mutu pendidikan memiliki dua dimensi yaitu (1) manajemen mutu terpadu (total quality management) dimana pengendalian mutu merupakan tanggung jawab bersama dari top management, middle management dan lower management; dan (2) quality control circle, dimana pengendalian mutu dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu. Manajemen mutu pendidikan ini merupakan proses merekayasa pendidikan secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan tanpa akhir.
Untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan yang berkualitas tentu diperlukan manajemen yang baik. Seperti diketahui manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan organisasi dengan cara bekerja dalam suatu tim. Tentu saja manajemen tersebut perlu dilaksanakan dan diperlukan pengembangan. Pengembangan manajemen adalah program yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas para manajer pada posisi sekarang, dan mempersiapkan mereka untuk tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang.
Kualitas pembelajaran siswa menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kualitas pembelajaran yang baik dapat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Sekolah satuan pendidikan kerjasama (SPK) memiliki fasilitas dan system pembelajaran yang lebih unggul dibanding sekolah pada umumnya. Dilihat dari unsur kurikulum, latar belakang siswa, biaya pendidikan, guru dan tenaga kependidikan serta manajemen sekolah, SPK. Kurikulum SPK menggabungkan kurikulum luar negeri dan kurikulum nasional. Siswanya rata-rata berasal dari kalangan menengah atas. Biaya pendidikan SPK mencapai ratusan juta per tahun untuk jenjang TK hingga sekolah menengah atas. Guru-gurunya sebagian berkebangsaan asing dan sebagian lainnya warga negara Indonesia yang fasih berbahasa Inggris.
Sekolah satuan pendidikan kerjasama (SPK) merupakan bentukan pendidikan yang berkualitas untuk membentuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi baik, sehingga sumber daya yang terbentuk nantinya mampu bersaing di era globalisasi seperti sekarang ini. Melalui pendidikan diharapkan dapat menciptakan manusia yang berkualitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah satuan pendidikan kerjasama merupakan gambaran tentang kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh satuan pendidikan, serta menjadi dasar dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa.
Dalam Perpres 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik. Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, Manajemen pendidikan karakter dikelola dengan baik mengikuti fungsi manajemen sebagai dasar pengelolaan pendidikan karakter.
Seorang guru membutuhkan kemampuan manajerial yang baik sehingga mampu mengakomodir seluruh kegiatan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter sejalan dengan proses pembelajaran, mengikuti berbagai kurikulum pendidikan yang ada di sekolah, pendidikan karakter menyatu dengan kegiatan proses pembelajaran, manajemen pendidikan karakter tersusun dengan baik bersama dengan kurikulum pendidikan, RPP, silabus, serta dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah.
Undang-Undang Sistem Pindidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 berisi yang intinya berisi tentang pendidikan ialah cara yang diupayakan guna tercapainya lingkungan belajar untuk anak didik dengan cara yang aktif untuk pengembangan potensi serta mampu memperkuat semangatnya dalam ilmu agama, mengendalikan diri, memiliki pribadi yang baik, cerdas, punya rasa sosial yang tinggi serta memiliki keterampilan untuk mengembangkan bakat.
Manajemen pendidikan karakter yang efektif jika terintegrasi dalam manajemen sekolah, khususnya manajemen berbasis sekolah. Dengan kata lain, pendidikan karakter disekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah66 Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah.
Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan (planning), dilaksanakan (actuating), dan dikendalikan (evaluation) dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain seperti nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan atau komponen terkait lainnya. Dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam aplikasi pendidikan karakter di sekolah. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan.
Selain itu ada pula yang mengartikan manajemen sebagai proses yang terus menerus yang dilakukan oleh organsasi pendidikan melalui fungsionalisasi unsur-unsur manajemen tersebut, yang di dalamnya terdapat upaya saling memengaruhi, saling mengarahkan, dan saling mengawasi sehingga seluruh aktivitas dan kinerja organisasi pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan. Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara bersamasama untuk pencapaian tujuan pendidikan tersebut diperlukan fungsi-fungsi manajemen pendidikan yang meliputi tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan proses pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, dapat dipahami unsur-unsur yang terdapat dalam manajemen pendidikan, antara lain: (1) Manajemen pendidikan merupakan suatu proses; (2) Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sekolah yang memiliki nilai karakter baik dalam manajemen berbasis sekolah sangat mungkin menghasilkan lulusan yang berkarakter.
Secara umum para ahli memiliki kesamaan dalam membagi fungsi manajemen menjadi empat, sehingga fungsi manejer minimal meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Adapun fungsi-fungsi manajemen tersebut akan dijelaskan antara lain adalah sebagai berikut: 1) Planning. Perencanaan adalahpenentuan serangkaian tindakan mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Stoner, Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran; 2) Organizing. Organizing (organisasi) kerja sama antara dua orang atau lebih dengan cara terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Mengorganisasikan adalah suatu proses menghubungkan orangorang yang terlibat dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam organisasi; 3) Actuating. Actuating adalah kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar para pekerja melakukan tugas dan kewajibannya; dan 4) Controling. Controlling atau pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, koreksi terhadap segala hal yang telah dilakukan oleh bawahan sehingga dapat diarahkan ke jalan yang benarsesuai dengan tujuan. Mulai dari penentuan kebutuhan hingga pengurusan dan pencatatan serta penghapusan, maka yang perlu diperhatikan kepala sekolah dalam tahapan pengawasan adalah: a) Penentuan kebutuhan harus mengacu pada perencanaan yang dibuat dengan memperhatikan skala prioritas; b) pengadaan harus memenuhi standar kualitas dan kekinian; c) Tahapan pemakaian harus ditangani oleh personil yang cakap dan memahami teknologi; d) Pengurusan dan pencatatan dilakukan secara berkesinambungan dan dapat memberi informasi mengenai keadaan sarana prasarana secara jelas.
a. Pendidikan Karakter di Keluarga. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam sosialisasi pendidikan karakter bagi anak-anak. Orang tua merupakan pendidik karakter pertama dan utama bagi anak-anak yang mempunyai pengaruh sangat besar dan bertahan lama karena hubungan orangtua dan anak berlangsung sepanjang hayat, tidak dapat diputus oleh siapapun dan atau dengan sebab apapun. Menyikapi hal ini, Munir mengemukakan bahwa sebagai modal pendidikan karakter bekal minimal harus disiapkan oleh orang tua.
Merespon hal tersebut, maka terlihat jika orangtua atau keluarga menempati posisi yang penting dalam pembentukan karakter anak. Keluarga mempunyai peran vital dalam pembangunan sebuah bangsa, anak yang berasal dari keluarga yang baik akan terbentuk menjadi manusia yang baik. Anak inilah yang akan menjadi penerus pembangunan bangsa nantinya. Peran keluarga harus dioptimalkan dalam pembentukan karakter seorang anak. Oleh sebab itu, menurut Syarbini, keluarga harus mampu memerankan 10 fungsinya. Adapun fungsi-fungsi tersebut neliputi fungsi reproduksi, edukasi, proteksi, afeksi, sosialisasi, religi, ekonomi, biologi, transformasi dan fungsi rekreasi.
Pada level fungsi edukasi menempatkan keluarga sebagai lembaga pendidikan informal, keluarga menjadi awal penanaman pengetahuan, sikap dan Sukatin,“Manajemen Sarana dan Prasarana untuk meningkatkan Mutu pendidikan.” PRODU:Prokurasi Edukasi J. Manajemen Pendidikan Islam. Vol.1 No. 2, pISSN: 2721-3439, 2020. keterampilan anak. Keluarga mempunyai peran penting terhadap perkembangan pengetahuan anak. Sementara itu, pada level fungsi proteksi, keluarga mempunyai kekuatan untuk memberikan rasa aman dan melindungi anggotanya dari berbagai macam gangguan lahir dan bathin. Sedangkan pada fungsi afeksi, keluarga akan memberikan rasa kasih sayang, kebersamaan dan ikatan batin kepada seluruh anggotanya.
Tampaknya tidak dapat disangkal lagi bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam sosialisasi pendidikan karakter bagi anak-anak. Namun, juga adanya fakta bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa sekolah dapat membuat perbedaan dalam pengembangan karakter anak-anak. Anggapan umum menyatakan bahwa keluarga merupakan pendidik karakter yang pertama dan utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru dalam pendidikan karakter yang mempunyai pengaruh sangat besar dan bertahan lama karena hubungan orang tua dan anak berlangsung sepanjang hayat, tidak dapat diputus oleh siapa pun atau dengan sebab apapun. Hubungan orang tua dan anak juga mengandung hubungan khusus yang signifikan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Lickona bahwa remaja yang mengikuti hati nurani mereka, ketika dihadapkan pada sebuah dilemamoral, ternyata memiliki orang tua yang mengajar norma- norma hukum moral secara serius.
Sehubungan dengan keadaan di atas, Munir mengemukakan bahwa sebagai modal pendidikan karakter bekal minimal harus disiapkan oleh orang tua. Dengan demikian, akan terlihat betapa pentingnya peran orang tua/keluarga dalam membentuk karakter anak.
Adapun keberfungsian keluarga pada level fungsi sosialiasi mempunyai peran untuk melatih anak bersosialisasi atau bergaul dengan orang lain. Dan yang lebih penting fungsi keluarga adalah fungsi religi. Keluarga mempunyai tanggung jawab mengenalkan konsep ketuhanan dan pelaksanaan ibadah keagamaan kepada anggota keluarga. Oleh sebab itu, keluarga wajib menanamkan semangat ketuhananyang benar kepada anak-anak. Sementara itu, fungsi lain yang sangat menunjang di antara fungsi-fungsi lain adalah fungsi ekonomi, fungsi biologi dan fungsi rekreasi merupakan fungsi keluarga dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidup manusia, baik kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Sedangkan fungsi transformasi adalah fungsi keluarga dalam mentransfer nilai-nilai keluarga kepada anak cucunya. Melihat kompleksitas fungsi keluarga sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka seluruh fungsi keluarga secara bersinergi membantu penanaman nilai pendidikan karakter bagi anak-anak.
Pendidikan karakter di lingkungan keluarga juga mencakup aspek-aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Merespon kompleknya peran dan fungsi keluarga, Syarbini mengatakan jika nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan dalam pendidikan karakter di keluarga meliputi keimanan dan ketaqwaan, kejujuran, disiplin, percaya diri, tanggung jawab, rasa keadilan, sopan santun, pemaaf, sabar, dan peduli. Nilai-nilai karakter ini dikembangkan dari ajaran agama, filsafat bangsa, serta nilai kearifan lokal suatu masyarakat.
b. Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan karakter di sekolah merupakan elemen yang sangat penting untuk diterapkan di lingkungan sekolah di mana pendidikan ini memiliki fungsi sebagai pembentuk karakter dan juga moral siswa dalam interaksinya di tengahtengah masyarakat. Di sekolah sangat mementingkan unsur pendidikan karakter dalam setiap kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah terutama dengan basis ajaran-ajaran agama Islam untuk membentuk akhlak yang lebih baik, santun, dan menanamkan pada karakter peserta didik mengenai nilai-nilai budi agama Islam.
Pendidikan karakter bisa dilakukan mulai dari hal yang paling kecil misalnya membiasakan anak untuk mencium tangan guru dan orang tua ketika tiba di sekolah, mengucapkan salam ketika guru masuk ke kelas, dan lainnya.
Theodore Roosevelt memiliki pandangan menarik mengenai pendidikan karakter, ia mengatakan “Mendidik pikiran seseorang tanpa mendidik moralnya sama saja dengan mendidik ancaman terhadap lingkungan masyarakat”. Artinya orang yang cerdas dan memiliki daya intelegensi yang tinggi apabila memiliki moral yang rendah maka ia justru bisa menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakatnya. Karena tanpa moral yang benar, seseorang bisa melakukan hal yang berbahaya dan membuat rugi banyak orang dengan ilmu dan keahlian yang dimilikinya. Maka dari itu sangat penting bagi lingkungan sekolah untuk menekankan pendidikan karakter pada peserta didik sejak usia atau tingkat pendidikan yang awal.
Secara umum fungsi dari pendidikan karakter di sekolah dasar adalah untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang sehingga menjadi orang yang memiliki nilai moral tinggi, berakhlak mulia, memiliki toleransi, tangguh, dan juga berperilaku baik.
Pendidikan karakter di sekolah harus terstandarisasi bahwa Sekolah Dasar adalah usia saat anak mulai dibangun dan dibentuk karakternya supaya fundamen dalam diri anak tersebut benar-benar kuat, pada usia SMP dan SMA lebih condong kepada pertengahan antara pendidikan Akademik dan pendidikan Karakter, tingkatan akhir pada pembelajaran di Perguruan Tinggi lebih diajarkan mengenai pendidikan akademik dan mengaplikasikan pendidikan karakter, karena pada usia mahasiswa sudah mengerti hakikat yang benar dan salah. Standarisasi ini berfungsi untuk paling tidak menyeragamkan output dari yang dihasilkan. Memadukan antara pendidikan karakter dan pendidikan akademik sangat diperlukan dalam pembelajaran yang berkelanjutan. Keduanya dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran supaya diperoleh kesempurnaan pada hasil pembelajarannya.
Pendidikan karakter pemberian teladan merupakan metode yang bias digunakan. Pendidik harus berperan sebagai model atau pemberi teladan yang baik bagi peserta didik dan harus bisa menjadi contoh atau panutan. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah dari sosok guru yang memancarkan karakter luhur itulah besar kemungkinan internalisasi pendidikan karakter akan efektif.
Struktur kurikulum di sekolah pada umumnya ada dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan karakter dan akhlak mulia, yaitu pendidikan agama dan budi pekerti serta Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan pada taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan.
Menurut Lickona pendidikan karakter di sekolah dapat berjalan secara efektif jika diterapkan prinsip-prinsip berikut: 1) Nilai-nilai etika inti hendaknya dikembangkan, sementara nilai-nilai kinerja pendukungnya dijadikan sebagai dasar atau fondasi. 2) Karakter hendaknya didefinisikan secara komprehensif, disengaja, dan proaktif. 3) Pendekatan yang digunakan hendaknya komprehensif, disengaja dan proaktif. 4) Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian. 5) Berikan peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral. 6) Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu mereka untuk berhasil. 7) Usahakan mendorong motivasi diri peserta didik. 8) Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral. 9) Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral. 10) Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra. 11) Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.
Pendidikan merupakan upaya sungguh-sungguh dalam mengembangkan kepribadian positif serta didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta praktik emulasi. Tujuan pendidikan karakter di sekolah untuk menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas, mengoreksi peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah, dan membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga serta masyarakat dalam memerankan tanggungjawab karakter bersama.
Manajemen pendidikan karakter yang efektif jika terintegrasi dalam manajemen sekolah, khususnya manajemen berbasis sekolah. Dengan kata lain, pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Secara umum para ahli memiliki kesamaan dalam membagi fungsi manajemen menjadi empat, sehingga fungsi manejer minimal meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan).
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan benar atau salah, akantetapi bagai- mana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menetapkan kebajikan dalam kehidupan seharihari.
Karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti to mark ‘menandai’ danmemfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter merupakan suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponenkomponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa sangat banyak sekali fungsi-fungsi manajemen yang dipaparkan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah berupa Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasi), Controling (pengawasan) dan Actuating (pelaksanaan). Semua fungsi tersebut merupakan hal sangat berkaitan dan penting dalam manajemen. (din pattisahusiwa /tim media baznas kota makadssar)