Siang itu, udara cerah menyambut kedatangan kami di gerbang SMAN 3 Makassar. Siang itu pula, Kepala Sekolah SMA unggulan beralamat di Jalan Baji Areng itu, Drs.Abd. Halim Jaya,SH,M.Pd menyambut dengan senang hati. Kepala Sekolah yang selain memiliki segudang ide kreatif memajukan anak-anak didiknya.sekolahnya, juga punya pandangan jauh bagaimana membangun sekolahnya dengan lulusan-lulusan berkualitas dan dan diterima perguruan tinggi ternama.
“Alhamdulillah, di usia setengah abad ini, menjadi momentum kebangkitan sekolah unggulan. Sekolah ini pula menjadi kebanggaan, bukan saja bagi masyarakat Kota Makassar, melainkan telah membumi di seluruh Sulawesi Selatan. Apalagi, dukungan para alumni, yang sangat peduli terhadap sekolah ini luar biasa,” tutur Abdul Halim, mengawali pembicaraannya.
Sejak berdirinya sekolah yang akrab disapa Smaga ini, telah mencetak banyak alumni yang tersebar diberbagai bidang, diseluruh nusantara. Diantaranya HM.Jusuf Kalla (Wapres), Syarif Hasan (mantan Menkop UKM), Jend.Pol.(purn) Chaeruddin Ismail (mantan Kapolri era Presiden Gus Dur)), Marsekal Madya (purn) M.Basri Sidehabi (anggota DPR-RI/kini Dubes RI di Qatar),Dr.dr.Sofyan Hasdam (mantan Walikota Bontang 2 periode), Burhanuddin Baharuddin (Bupati Takalar), Dr.Anhar Gonggong (Sejarawan), Prof.Dr.Ir.Natsir Nessa (kelautan/perikanan Unhas), Prof.Dr.Ir.Haruna Mappa (Teknik/Geologi Unhas), dan lainnya.
Sesuai dengan visinya, demikian Halim, sapaan Abd.Halim Jaya, Smaga berharap menghasilkan lulusan yang memiliki iman dan taqwa. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mempunyai pola pikir inovatif dan kreatif. “Hal itu bisa tercapai hanya dengan kerja keras para guru, staf dan para siswa,” jelasnya.
Salah satu prestasi tahun 2015, diukir Alfian Ramadhan (kelas 3 IPA-1) mewakili Sulawesi Selatan pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Bandung, bidang astronomi. “Persaingan antar peserta sangat ketat, tapi saya bangga dapat mengharumkan sekolah ini,” tutur Alfian.
Prestasi lainnya diperoleh Fadhil Qasthari Asyraf. Siswa kelas II IPA I ini, usai mengikuti Jenesys 14 di Tokyo dan Nagasaki, Jepang. Bungsu dari 2 bersaudara, pasangan Drs.Sulihin Mustafa dan Dra.Agustiaty Kurusi yang lahir 15 Juni 1999 ini berada di Negara Matahari Terbit itu, selama dua pekan.
Soal keterwakilan dirinya di ajang Internasional itu, Fadhil yang bercita-cita menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, mengakui, bersama 100 peserta di seluruh Indonesia, mereka tukar menukar informasi tentang pendidikan dan kebudayaan antarkedua negara.
Menurut Halim, saat ini, di Smaga memiliki organisasi siswa yang aktif seperti OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), Paskibra03, Jenius03 (Jendela Informasi Smaga), Ambalan03 (Organisasi Pramuka), Cheersleader03 (Support Team Basket), Softball, Taekwondo, Ikatan Remaja Mushollah (Ikramal), Futsal, Seni Tari, Teater Tiga, Omusga (organisasi musik dan seni Smaga) dll.
Beruntung, demikian Halim, sekolah ini memiliki dukungan alumninya yang sangat peduli terhadap adik-adiknya. Bukan sekadar reuni, tapi mereka menggelar program aksi yang berkaitan dengan kebutuhan sekolah.
“Kami ingin menyatukan semua potensi para alumni yang kini tersebar di nusantara, dengan berbagai profesi, agar dapat memberikan sumbangsih nyata sehingga SMA 3 kedepan menjadi kebanggan bersama,” tuturnya.
Menyinggung,keunggulan sekolah yang dipimpinnya, Halim yang mengawali pengabdiannya sebagai guru olahraga di Jeneponto tahun 1987 ini mengaku, tergantung dari seni kepemimpinan dan tenaga pengajar. Misalnya, dalam memutuskan apapun, selalu mengedepankan kepemimpinan kologial. Artinya, segala sesuatu selalu diputuskan secara bersama para wakil kepala sekolah.
Lelaki Bugis kelahiran Bone, 31 Desember 1959 ini menambahkan, siswanya membentuk sedikitnya 29 Rom-bel (rombongan belajar). Para siswa ini, tentunya benar-benar diperhatikan dan diberi bimbingan oleh 62 tenaga pengajar.
Bahkan, memperkuat komitmen memajukan sekolah ini, maka tahun 2016 ini Halim bersama jajarannya menggagas pembentukan pembinaan siswa unggulan terdeteksi dini. Sasaran program ini, siswa kelas X dan XI. Tujuannya, agar mereka mempersiapkan diri sejak dini menghadapi ujian negara, dan seleksi masuk perguruan tinggi.
Dari program mulia ini, pihak sekolah akan menghadirkan para pakar pendidikan, baik bergelar professor, maupun doktor, perwira polisi, pengusaha sukses, dan berbagai elemen tokoh local dan nasional tampil membawakan testimony keberhasilan mereka. Tentunya, agar para siswa juga bisa menggali potensi diri untuk dijadikan inspirator agar kelak, setidaknya anak-anak didik Smaga, seperti keberhasilan para tokoh tersebut.
Menurutnya, setiap pemimpin memiliki seni kepemimpinan sendiri. Halim tidak hanya memantau seluruh kegiatan sekolah di kursi ruangan kepala sekolah, melainkan dia juga menyediakan kursi di perpustakaan, di laboratorium, di ruangan guru, di OSIS, hingga di sejumlah ruangan lainnya.
“Tentunya, ini dilakukan agar saya dapat berbaur dengan seluruh elemen di sekolah ini. Disinilah seni saya memimpin,” tutup pria yang mengedepankan kiat sukses kepemimpinan “Melompat dulu baru berpikir” ini. (din)