Tanah Toa. Satu, dari sembilan belas desa di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Disini, komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka hingga saat ini.
Interaksi sosial bagi komunitas lokal Kajang ada sejak mereka mengasingkan diri dari komunitas luar. Keteguhan mereka tetap mempertahankan tradisi dan falsafah hidup, merupakan warisan dari nenek moyang tetap terpelihara baik. Akibatnya, mereka selalu distigma negatif oleh kalangan masyarakat modern, sebagai komunitas yang tertinggal.
Rumah tempat tinggalnya seragam bahannya. Seragam besarnya, serta sedapat mungkin seragam arah bangunannya. Maksud keseragaman itu adalah menghindari saling iri di kelompok mereka, yang dapat menyebabkan pada hasrat mendapatkan hasil lebih banyak melalui cara merusak hutan.
Masyarkat Kajang menggunakan pakaian serba berwarna hitam. Warna hitam untuk baju dan sarungnya yaitu wujud kesamaan dalam segala hal. Termasuk dalam kesederhanaan.
Masyarakat disini menggunakan bahasa Makassar berdialek Konjo sebagai bahasa sehari-hari. Masyarakat Ammatoa mempraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Bila diterjemahkan, bermakna “mencari sumber kebenaran.
Seiring dengan perjalanan waktu, sikap hidup yang selama ini dijunjung tinggi komunitas adat Tana Toa tak luput dari gempuran modernisasi. Sejumlah toleransi dan kompromi terhadap masyarakat luar yang modern telah dilakukan. Interaksi antar komunitas adat dan non adat tak bisa terelakkan.
Dalam kacamata modernisasi, prinsip hidup masyarakat Kajang untuk tetap komitmen dalam hidup kamase-mase (keserderhanaan) dianggap tidak sejalan dengan pola hidup modernisasi. Hidup kamase-mase bermula dari seorang pemimpin yang lebih dikenal dengan sebutan Ammatoa. Ketika sudah dinobatkan sebagai pemimpin adat, sekaligus pemimpin spiritual Tana Toa Kajang, maka harus menjadi panutan masyarakat, hidup apa adanya, dan tanpa harus mengejar materi.

Kamase-mase, merupakan salah-satu prinsip hidup yang terkandung dalam pasang ri Kajang, sebuah pesan yang sifatnya transcendental. Menurut keyakinan masyarakat Tana Toa Kajang datang dari To Rie’ A’ra’na (penguasa alam semesta). Pasang ri Kajang tersebutlah yang menjadi pedoman dan prilaku hidup masyarakat Kajang dan juga didalamya mengajarkan, masyarakat harus lebih bersahaja dari pemimpinnya.
Misalnya, terjadi gagal panen atau musim paceklik, maka orang yang pertama merasakan lapar adalah Ammatoa. Sebaliknya, jika panen berhasil, maka para wargalah yang harus lebih dahulu dipersilahkan menikmatinya, Ammatoa belakangan. Sikap kepemimpinan yang dicontohkan komunitas di daerah terpencil, tentunya berbanding terbalik dengan sikap pemimpin masyarakat umumnya.

Mencermati hidup kamase-mase untuk mengekang hawa nafsu, jujur, renda hati, tak mau merugikan orang lain dan menjaga keseimbangan alam patut diduga, bahwa pengingkaran terhadap nilai-nilai tersebutlah yang menjadi penyebab utama terjadinya tindak korupsi……Anda dapat melanjutkan bacaan di majalah Inspirasi edisi April 2016

BAGIKAN
Berita sebelumyaKado Spesial di Hari Kartini, Rachmatika Perdalam Ilmu Politik di Amerika
Berita berikutnyaBisnis Busana Menyusui, Sebulan Omzet Rp50 Juta
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here