Site icon Inspirasi Makassar

Kafe Honimua Siri Sori Islam, Sehari Rp1 Juta-Rp3 Juta

Camat Saparua Timur-Halid Pattisahusiwa,S.Sos (tengah kopiah)

Saparua Timur, Inspirasimakassar.com:

Bisnis cafe kekinian tumbuh subur dalam beberapa tahun terakhir. Ada yang memulainya dengan konsep sederhana, namun tak sedikit yang melabeli bisnis mereka secara moderen. Makanya, cafe saat ini sedang menjamur.

Cafe kian diminati. Tidak hanya kalangan kelas atas semata, melainkan telah membumi. Karena mengikuti tren, makanya, cafe kekinian makin mudah dijumpai, sekaligus memenuhi lifestyle anak muda. Salah satunya, Cafe Honimua di Negeri (Desa) Siri Sori Islam, Kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah. Sehari, cafe yang berada di  gerbang utama masuk negeri asal Said Perintah–tokoh sentral perang Pattimura 1817 itu menghasilkan Rp1jutaan-Rp3 jutaan.  

Sang ouwner, Hj.Mila Karmila Pelupessy mengaku, cafe yang diberinama oleh mantan anggota DPRD Provinsi Maluku, Saleh Wattiheluw ini tak jauh dari gerbang masuk Negeri Siri Sori Islam. Di cafe ini, tidak sekadar menjadikannya sebagai warung kopi biasa, melainkan tempat menikmati pesona alam negeri para wali itu.

Hj.Mila Karmila Pelupessy  tahu persis, apa yang tengah menjadi topik hangat di kalangan anak muda. Dia mengetahui tentang minat konsumen, era, dan gaya anak anak muda masa kini. Termasuk mempelajari tren, kemudian diaplikasikan untuk mengembangkan ‘gurita’ bisnisnya yang dibangun bersama sang suami.

Raja Negeri Siri Sorti Islam bersama ibu Nyora

Pilihan lokasi Cafe Honimua pun tepat. Di pesisir  pantai Manuhua. Nah, jika pengunjung masuk dan duduk di kursi, salah satu di antara delapan karyawannya langsung  menyambut dengan senyuman. Mereka mengibaratkan, tamu adalah raja. Menjelang beberapa menit, langsung disodorkan daftar menu yang tertera dalam sehelai kertas, bersama harganya.

Salah satu kegiatan di Negeri Siri Sori Islam dengan latar belakang masjid Baiturrahman

Pengunjung tinggal memilih menu sesuai selera dan isi dompet. Apalagi, seluruh menu yang disajikan hasil olahan sendiri. Kecuali kentang goreng, dibeli kiloan dari Saparua. Menu menu yang disajikan di cafe ini misalnya, nasi goreng, kasbi goreng kripsy, martabak telur, Sotang—alias sosis kentang, mie ayam, ayam goreng, ayam lalapan, batagor, sarmento, bakso, kentang goreng, pisang nugget. Ada pula roti jhon, dan macam macam roti bakar strawberry, nenas, coklat, green tea, dan keju.

Sedangkan minuman yang ditawarkan adalah, sarabha telur, good day dingin, good day panas, ovaltine dingin, ovaltine panas,  coklat panas, teh gula es, es kelapa muda, es kelapa muda gula merah,  nutrisi dingin, juga alvokad, dan jus mangga.

Saat matahari masuk ke perut bumi

Nah, selagi mengisi perut, pengunjung sekaligus dapat menikmati keindahan  matahari masuk ke perut bumi–penanda  pergantian dari siang ke malam hari. Pemandangan yang ikonik. Yakni, pemandangan senja dari siluet-siluet yang tercipta dari perahu-perahu nelayan di tengah lautan dan perbukitan Negeri Boy yang membentang. Pengunjung pun paling beruntung dapat menikmati keindahannya.

Perahu nelayan

Apalagi di pantai Manuhua ini, air lautnya sebening kristal, dengan pasir putih yang indah. Pantai dengan gradasi air laut berwarna biru, menjadikan sebagai tempat wisata, sekaligus menghilangkan penat karena kesibukan pekerjaan.

Selain keindahan sunsetnya yang memanjakan mata, di sekitaran Cafe Honimoa ini terlihat pepohonan mungil di tepian pantai, serta rindangnya pepohonan lainnya. Ada pula,  kelapa menjulang tinggi, dan pohon mangga besar, membuat pengunjung terpesona.

sambil menunggu menu, para ibupun bersenda gurau

Tak heran, sekalipun baru seumur jagung (berdiri sebulan lalu), namun selain anak anak muda, pengunjung lainnya juga dari berbagai level baik tingkat desa, maupun kecamatan pun tidak luput meluangkan waktu luangnya di cafe ini. Sebut saja, Camat Saparua Timur, Halid Pattisahusiwa,S.Sos dan staf.  Raja Negeri Siri Sori Islam, Drs.H.Deddy Pattisahusiwa pun tak luput mampir ke sini. Pengunjung lainnya malah dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Maluku Tengah, termasuk karyawan Bank Maluku.

Karyawan Bank Pembangunan Maluku

Soal pendirian cafe, Hj.Mila—sapaan akrab anak ke-empat dari lima bersaudara, pasangan  H. La Ambo dan Hj Oca Binti Lamani (almr) mengatakan, dirinya terinspirasi setelah melihat banyaknya anak muda baik di Negeri Siri Sori Islam, maupun negeri negeri tetangga yang butuh tempat nongkrong, sekaligus makan-minum yang nyaman, dilengkapi live musik, wife free, dan musallah.

Karyawan

Menyinggung kiat sukses membangun Cafe Honimua, Hj Mila mengaku, selain lokasi yang luas 40 m x 15 m dan cita rasa menu yang disajikan, juga salah satu kekuatan  objektif adalah, karyawan yang profesional.

“Bagi kami, yang  sangat menentukan  dalam mensukseskan bisnis cafe adalah, kekuatan  manajemen  dan profesionalisme. Tetapi, tenaga  yang professional  tidak hanya  didasarkan  pada  keahlian  dan keterampilannya  saja, melainkan komitmen  moral,  disiplin,  loyalitas,  kerja  sama, integritas pribadi, tanggung jawab, hingga kejujuran,” urainya, seraya menambahkan, dalam persaingan bisnis, pelayanan  terhadap  konsumen sangat penting. Sebab, hanya pebisnis yang  mampu  memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen yang  akan  sukses. Termasuk mempertahankan mutu, permintaan  konsumen,  dan harga yang tepat.

Ouwner Hj.Mila dan suami Ibrahim Pelupessy

Lalu menyangkut nama Honimua, istri dari Ibrahim Pelupessy—pensiunan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia  (LIPI) Ambon—sebuah  lembaga pemerintah non kementrian  yang berkiprah dalam bidang riset terkait penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan ini mengakui, Honimua sangat bersinggungan dengan sejarah Negeri Siri Sori Islam.

Menyinggung bisnis serupa di Negeri Siri Sori Islam, Mila memahaminya. Dalam benaknya, dia mengetahui betul, jika bisnis modern saat ini diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam  konteks  bisnis yang kompetitif, setiap pebisnis selalu berusaha untuk unggul berdasarkan kekuatan objektifnya. 

“Saya sudah tidak kaget dengan bisnis bisnis seperti ini. Sebab, sedari belia, orang tua kami telah mengajari tentang bisnis. Utamanya, membangun dan memanej bisnis dengan baik dan benar. Apalagi kami tahu persis, bisnis merupakan bagian dari kegiatan ekonomi, dan mempunyai peran sangat vital dalam memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya saja, tukar menukar, jual beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, serta interaksi dengan manusia lainnya,” tutup Hj.Milla, Rabu, 17 Maret, malam. (din pattisahusiwa–dapat dibaca juga di majalah Inspirasi edisi Maret 2021)

Exit mobile version