
Kacang tanah adalah komoditas pangan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Ada banyak makanan olahan dari tanaman bernama latin Arachis hypogaea L ini. Selain buat bahan sayuran, juga diolah menjadi camilan, maupun produk selai untuk teman menyantap roti. Lantaran banyak manfaatnya, permintaan kacang tanah tinggi di pasaran. Apalagi budidayanya juga mudah.
Di Indonesia, kacang tanah termasuk tanaman yang paling banyak dikembangkan setelah komoditas lain, seperti padi, jagung, dan kacang kedelai. Masifnya penanaman kacang tanah ini tak lepas dari tingginya permintaan akan komoditas ini di pasaran.
Salah satu petani kacang tanah di Bojonegoro, Jawa Timur, adalah Imam Wahyu. Sejak tahun 1990, Imam menanam kacang tanah diatas lahan 3000 meter persegi, setelah panen tanaman palawija lain. Misalnya, jagung, gaplek, dan kacang hijau.
Bibit kacang tanah awalnya diperoleh dari tengkulak di Tuban. Sekarang semua bibit didapatkan sendiri dari sisa panen. Kacang tanah yang dikembangkannya jenis brul dengan masa panen tiga bulan. Sementara varietas kacang tanah jenis lain, seperti cina dan holle bisa memakan waktu delapan bulan. Harga kacang jenis brul juga lebih stabil di pasaran.
Umumnya, setiap 1 hektare (ha) bisa menghasilkan 2 ton kacang tanah. Karena lahannya hanya 3.000 m², sekali panen dia hanya menghasilkan 5-6 kwintal. Omzet yang diperoleh Rp 10 juta sekali panen. Menurutnya, komoditas ini menguntungkan karena semua hasil panen tidak ada yang dibuang. Selain bijinya, ampasnya juga laku dibuat minyak dan fermentasi oncom.
Bahkan setelah panen pun, daunnya juga tidak dibuang karena bisa menjadi sayuran, bahan pakan ternak, dan pupuk hijau. Harga kacang tanah sendiri berkisar antara Rp 5.000–Rp 9.000 per kg.
Petani lainnya, Rahmat Widodo asal Madiun. Rahmat sudah menjadi petani kacang tanah sejak tahun 2005 diatas lahan seluas 1 hektar. Dia mengakui komoditas ini memiliki prospek bisnis yang bagus, sehingga hasil tanamnnya selalu menguntungkan. Selain kacang tanah, lahan itu juga dipakai buat menanam komoditas lain seperti padi dan kacang kedelai. Biasannya budidaya kacang dilakukan setelah panen padi.
Dari lahan seluas 1 ha itu, Rahmat bisa menghasilkan 1 ton–1,5 ton kacang sekali panen, dengan omzet Rp 50 juta. Dalam setahun bisa empat kali panen.
Produksi tanaman kacang tanah dipengaruhi faktor musim. Di musim penghujan, jangan berharap bisa mendapat hasil panen banyak. Kecenderungannya, kata Imam, hasil panen di musim hujan menurun.
Curah hujan tinggi membuat akar tanaman terlalu lembab, bunga sulit diserbuki, dan rentan ditumbuhi jamur. Mengatasai itu bisa dengan membuat bedengan agar lahan tak digenangi air.
Namun jika sedang musim panas dan sinar matahari banyak, maka hasil panen bisa maksimal. Kendati demikian, tanaman tetap harus dirawat. Untuk mendapat hasil maksimal, Imam harus menggemburkan tanah hingga menjadi butiran halus dengan cara dibajak.
Setelah itu menambahkan kapur sebanyak 1 ton dan didiamkan selama dua hari. Baru kemudian diberi pupuk kandang atau pupuk kompos. Diperlukan 20 kilogram (kg) bibit untuk lahan seluas 3.000 m². Bibit bisa didapatkan dari biji kacang yang dibiarkan sampai tua.
Bibit yang baik memiliki ciri warna kehitaman dan tidak memiliki cangkang. Sebelum ditanam, bibit dijemur selama empat hari. Setelah ditanam, siram setiap pagi dan sore. Tanaman ini mulai berkecambah setelah tujuh hari sejak ditanam. Menurut Imam, tanah tidak boleh lembab dan tidak boleh terlalu kering. Saat musim kemarau tetap harus disiram dua kali sehari. Tapi bila musim hujan upayakan tanah tidak becek.
Jika tidak diperhatikan, hama seperti ulat penggulung daun, ulat grayak, dan ulat jengkal mudah menggerogoti daun. Batang juga menjadi layu dan mudah terkena bercak daun. Bila sudah terserang hama, tanaman harus dicabut untuk menjaga kualitas tanaman lain. (kontan-ol)