Oleh : Renni Yuliati,SST,M.Kes

Kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara internasional, atau global. Hal ini bermula sejak adanya International Conference on Population and Developmen (ICPD) di Kairo Mesir, pada tahun 1994.

Saat itu, paradigma pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan berorientasi pada pengendalian populasi dan penurunan fertilitas, kemudian berubah menjadi pendekatan yang lebih luas, dan berfokus pada kesehatan reproduksi, serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi.

Seperti di negara-negara berkembang pada umumnya, sebagian besar kematian anak di Indonesia terjadi pada masa baru lahir (neonatal), yaitu di bulan pertama kehidupan. Menurut data Kemenkes (2015) Angka Kematian Bayi (AKB) atau selama masa neonatal pada tahun 2015 target capaiannya  yaitu 19 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15 per 1000 kelahiran hidup menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup (usia 2-11 bulan) dan angka kematian balita (usia 1-5 tahun) sebanyak 10 per 1000 kelahiran hidup.

Upaya peningkatan status kesehatan ibu, dan anak, di Indonesia juga merupakan salah satu program prioritas. Hal ini dikarenakan, masalah kesehatan ibu dan anak, masih menjadi salah satu permasalahan utama di bidang kesehatan.

 Penyebab kematian anak ini umumnya disebabkan oleh infeksi dan penyakit anak-anak lainnya seperti diare.  Hanya saja, seiring dengan meningkatnya pendidikan ibu, kebersihan rumah tangga dan lingkungan, pendapatan, serta akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, maka  angka kematian pada anak menjadi menurun. Namun demikian, kematian bayi baru lahir masih menjadi hambatan utama dalam menurunkan kematian anak lebih lanjut.

Permasalahan inilah menjadi perhatian serius, sekaligus dijadikan bahan kajian Puskesmas Sudiang. Puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar ini kemudian melakukan pengembangan, sekaligus implementasi atas gagasan gagasan baru, atau apa yang disebut inovasi. Tentunya, hasil akhir dari Inovasi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, demi kehidupan yang lebih baik.

Rancang bangun Inovasi ini selain didasari oleh amanat Undang Undang no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Permenkes 21 tahun 2021 tentang pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, juga pelayananan kesehatan seksual.

 Landasan lainnya adalah, Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal bidang Kesehatan, serta Peraturan Daerah Kota Makassar nomor 7 tahun 2009 tentang pelayanan kesehatan di Kota Makassar.

Setidaknya, ada permasalahan Makro yang dihadapi. Yaitu, masih tingginya angka kematian di Kota Makassar. Pada tahun 2022 misalnya,  terdapat 22 angka kematian ibu. Delapan di antaranya  karena kasus Pre Eklampsia (Dinkes Kota Makassar tahun 2022). Khusus di Puskesmas Sudiang sendiri terdapat 1 angka kematian ibu.  Pre Eklampsia ini biasanya dimulai setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang tekanan darahnya telah normal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal, bagi ibu maupun bayi.

Sementara permasalahan Mikro yang dihadapi adalah, rendahnya jumlah kunjungan ibu hamil ke Puskesmas Sudiang, yakni hanya  berkisar 30%. Rendahnya distribusi buku KIA, rendahnya pencapaian triple eliminsi pada ibu hamil, dan rendahnya kehadiran ibu dalam kelas BUMIL.

Di sisi lain, masih terdapat angka kematian ibu, kematian bayi, tingginya angka kehamilan yang tidak di rencanakan dan unmeetneed, sehingga berdampak terhadap kesehatan ibu. Ada juga ibu hamil yang bekerja tidak bisa datang ke Puskesmas disaat jam kerja, sehingga mereka lebih memilih ke dokter praktek, spesialis, dan klinik klinik.

Metode Pembaharuan

Kondisi sebelum adanya Inovasi

Sebelum adanya inovasi GEMPITA SERA kunjungan ibu hamil ke Puskesmas Sudiang hanya 30%, distribusi buku KIA 30% dan pencapaain cakupan deteksi Tiple Eliminasi pada ibu hamil dari penyakit HIV, Sypilis dan Hepatitis B juga tidak mencapai target.

Ibu hamil tidak mau ke Puskesmas, dikarenakan malas antri, tidak tahu prosedur pemeriksaan di Puskesmas. Mereka merasa berbelit belit, dan ibu yang bekerja tidak mau ke Puskesmas lantaran pelayanan Puskesmas disaat jam kerja mereka.

 Kelas ibu hamil yang diadakan Puskesmas hanya dihadiri oleh 4-5 ibu hamil saja. Dan, yang lebih menyedihkan lagi, terjadi 1 angka kematian ibu hamil pada tanggal 9 Mei tahun 2022 di Kelurahan Sudiang. Hal itu terjadi akibat Pre Eklamsia, ibu tidak pernah memeriksakan diri ketenaga kesehatan, dan tidak pernah terlapor kalau lagi hamil.

Kondisi setelah adanya Inovasi

Setelah adanya inovasi GEMPITA SERA, tim Satgas yang berjumlah 40 orang dengan asumsi 1-2 orang per RW, jumlah kunjungan ibu hamil ke Puskesmas Sudiang meningkat dari 30% menjadi 80%. Diikuti dengan distribusi buku KIA dan capaian triple eliminasi. Serta, terjadinya peningkatan animo ibu hamil ikut kelas ibu hamil. Bahkan, pernah sampai  189 peserta pada saat seminar kelas bumil yang dilakukan, bekerja sama denga RS Malebu, Asrama Haji,  dan dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan.

Hal ini terjadi berkat giatnya Tim GEMPITA SERA melacak, mencari, dan mendampingi dan melaporkan keberadaan ibu hamil sampai ke seluruh pelosok wilayah kerja Sudiang. Bahkan bila ada ibu hamil yang belum pernah ke Puskesmas, Tim GEMPITA SERA akan mendatangi rumahnya, sekaligus membawakan buku KIA, serta membantu ibu tersebut untuk mendapatkan pelayanan dari Bidan di Puskesmas Sudiang, mulai dari pendaftaran di loket.

Hal lainnya adalah, membuat janji kunjungan dengan bidan melalui grup WA Gempita SERA dan melaporkan bila ada bumil resti, serta mengantar ke RS bila ada ibu yang melahirkan dan tidak mengetahui prosedur masuk ke RS. Termasuk TIM Gempita SERA memfasilitasi ibu yang tidak punya kartu BPJS, dan kategori tidak mampu diuruskan Surat keterangan Tidak Mampu (SKTM) ke kelurahan, sehingga bisa dilayani di RSUD Kota Makassar

Pelacakan skrining ibu hamil Resti meningkat dari 30% menjadi 80%  hal ini nanti di harap kan akan berdampak terhadap penurunan angka kematian ibu dengan target 0 di wilayah kerja Puskesmas Sudiang.

KEUNGGULAN KEBAHARUAN

Untuk mengatasinya, maka dibentuklah Tim GEMPITA SERA. Awalnya 1 di setiap kelurahan. Untuk tahun 2021 dikembangkan di tiap RW, sehingga pada tahun 2022 jumlah tim gempita sera sebannyak 40 orang yang bertugas mendampingi, melaporkan, dan mengantar para ibu hamil, calon pengantin dan pelayan ibu dan balita

Pada saat pandemic covid 19, dimana ibu hamil tidak keluar rumah kecuali yang emergency tim satgas Gempita Sera yang mendampingi ibu hamil, membawakan tablet tambah darah kerumah ibu hamil di  saat PPKM. Sedangkan Satgas gempita Sera mempunyai peran yang sangat penting, sebagai penghubung antara Puskesmas dengan masyarakat.

Disaat bencana  seperti banjir di Puri Pattene Tim Satgas langsung turun membantu, sehingga kehadirannya sangat dirasa manfaatnya oleh masyarakat,Puskesmas, dan kelurahan.

CARA KERJA INOVASI

Tim GEMPITA SERA berjumlah 40 orang dengan sebaran 1 untuk RW yang sasaran dan wilayah nya kurang dan 2 untuk RW yang sasaran dan wilayah nya luas.Wilayah kerja Puskesmas Sudiang terdiri dari 35 RW dan 3 kelurahan .

Gempita SERA terdiri dari para ibu handal yang sangat peduli terhadap Kesehatan. Tugas mereka adalah melacak, melaporkan, mendampingi setiap ibu mulai dari hamil, melahirkan, nifas sampai dengan bayi baru lahir, imunisasi dan memastikan ibu sudah ber KB, serta membantu setiap permasalahan kesehatan  yang dialami.

Setiap bulan melaporkan ke Puskesmas berapa jumlah ibu hamil baru, ibu bersalin, bayi baru lahir, termasuk yang resiko tinggi. Pada ibu dan bayi seperti premature, stunting, kehamilan remaja, serta hal hal yang berkaitan menimbulkan masalah kesehatan yang berpotensi menjadi angka kematian ibu dan bayi. Setiap Satgas gempita sera punya buku pelaporan yang akan di laporkan ke puskesmas setiap bulannya.

TUJUAN INOVASI

1.Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB)

2.Melacak keberadaan ibu hamil,mendeteksi secara dini adanya resiko resiko pada kehamilan

3.Mendampingi di saat masa pandemic, agar terhindar dari penularan dan memperatikan prokes selama masa pandemic.

4.Menurunkan angka kejadian Stunting dengan persiapan kehamilan sehat

5.Meningkatkan pencapaian SPM

MANFAAT INOVASI

1. Kesehatan Ibu hamil, nifas, bayi dan balita terpantau

2. ibu hamil, bayi dan anak mendapat pendampingan dalam  pemerikaan secara terpadu

3. Mendapat ruang konseling setiap saat untuk mencapai kesehatan dan kesejateraan secara fisik dan psikis

4. Pendampingan di saat masa pandemic, agar terhindar dari penularan dan memperatikan prokes selama masa pandemic.

5. Ibu hamil Mendapatkan kemudahan untuk mengakses pelayanan puskesmas karna di fasilitasi oleh GEMPITA SERA

6. Puskesmas mendapatkan laporan keberadaan ibu hamil sehingga meningkatkan capaian program

SUSTAINABLE INOVASI GEMPITA SERA

HASIL INOVASI

1.Kunjungan ibu hamil ke puskesmas sudiang meningkat dari 30% menjadi 80%

2. Meningkatnya Cakupan K1 dan K4 menjadi 95%

3. Meningkatnya cakupan Triple Eliminasi pada ibu hamil (HIV,HBSag dan Sifilis)

4. Meningkatnya Kunjungan Neonatus menjadi 80%. (Penulis adalah Bidan Ahli Muda Puskesmas Sudiang, sekaligus Inovator Gempita Sera)

BAGIKAN
Berita sebelumyaDihadiri Wawali, Pejabat Bappeda Paparkan Materi Makassar Menuju Kota Layak Anak 2023
Berita berikutnyaPuskesmas Kaluku Bodoa, Inovasi Sistem Pelayanan Puskesmas Berbasis Elektronik
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here