Srikandi Maluku yang satu ini tahu, peran gender dalam kaitannya dengan posisi kepemimpinan. Dia membuka pemahaman dan sikap tentang pengakuan dan keberadaan kaum hawa sebagai individu, adalah sama dengan laki-laki. Dia juga satu, dari sekian manusia yang gigih memperjuangkan kesamaan kedudukan, dan menolak diskriminasi terhadap perempuan. Termasuk, membangun komitmen, mengedepankan itikad yang baik, serta berjuang demi memajukan, mengangkat harkat dan martabat generasi muda, utamanya di Maluku. Dia adalah, Dr.Farida Mony,Dra,MM.
Kondisi masyarakat saat ini telah berkembang ke arah perubahan mendunia. Perubahan ini memungkinkan, terjadinya pergeseran pandangan, mengenai nilai-nilai sosial budaya yang selama ini telah mapan. Salah satunya adalah, penilaian mengenai pembagian kerja, tidak lagi atas dasar jenis kelamin, melainkan lebih pada peran gender. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan karena jenis kelamin yang biologis sifatnya, namun lebih pada keyakinan, kesepahaman, tekad, dan nilai-nilai kejuangan.
Pemberlakuan hak dan kesempatan menerima tanggungjawab yang lebih besar bagi perempuan terdidik, berpengalaman, terampil, dan berprestasi memposisikan kaum hawa sejajar lelaki. Dengan kata lain, perempuan yang memiliki tingkat pendidikan, kemampuan, dan keterampilan, saatnya menempati posisi strategis, hingga pucuk pimpinan.
Dikonfirmasi Inspirasi, belum lama ini, Farida Mony mengemukakan, kepercayaan yang diberikan kepada kaum perempuan memegang pucuk kepemimpinan, bukan saja sesuai perkembangan zaman saat ini, melainkan telah diletakkan tokoh emansipasi, Rajen Ajeng Kartini. Bahkan, jauh sebelumnya, Islam telah memberi ruang kepada kaum hawa.
Ketika diberi amanah memimpin Universitas Darussalam (Unidar) Ambon, Farida seakan tidak percaya. Tetapi, setelah meyakini diri, maka sulung dari enam bersaudara, pasangan H.Muhammad Mony (Alm) dan Hj Halija Sialana ini membulatkan tekad menerima amanah ditengah-tengah meruncingkah kemelut di kampus Unidar. Saat itu kampus ini, terjadi dualism kepemimpinan. Imbasnya, PD Dikti menonaktifkan sementara kampus yang dipimpinnya. Tetapi itu cerita masa lalu. Karena lewat prosesi penegakan hukum, Unidar sah dibawah kendalinya.
Menyoal kehadirannya sebagai perempuan pertama di Maluku yang memimpin perguruan tinggi, mantan siswa SMA Negeri 1 Ambon ini mengatakan, kalau sebagai rektor dialah yang pertama, tetapi setahunya, sebelumnya sudah ada perempuan yang menjadi Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (Stakpn) Ambon. Namanya, Ny. Ch Kakialy.
Salah satu kelebihan yang dipunyai Farida, adalah kerendahan hati. Karenanya, ia selalu meminta rekan-rekannya yang masih berseberangan untuk bersatu padu memajukan kampus Unidar. Karena ia meyakini, dengan kebersamaan, semua persoalan, apapun itu, dapat diselesaikan dengan baik.
Kehadiran tokoh perempuan Maluku kelahiran, 27 April 1962 ini membuat wibawa Unidar jauh lebih baik. Pasalnya, saat mendapat amanah tersebut, ia tidak henti-hentinya memberikan bimbingan dan dorongan yang sangat berarti bagi perkembangan intelektualitas.
Apalagi, ia meyakini benar, kepercayaan yang diamanahkan kepadanya memimpin Unidar bukan sebagai persaingan, melainkan lebih pada keinginan membangun sinergitas, agar mahasiswa, mendapatkan kepastian demi meraih cita-cita suci mereka. Sarjana berkualitas.
Menyinggung cita-cita sejak kecil, Farida yang menyelesaikan sekolah dasar di kampung halamannya, Morella, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, SMP Persit Kartika Candra Kirana Ambon ini mengaku, sejak kecil kepingin menjadi dokter. Bahkan, saat masih belia, dirinya suka menulis namanya dengan berbagai gelar kesarjanaan, baik di depan maupun di belakang namanya. Hanya saja, selalu disembunyikan.
Tentunya, apa yang dicita-citakan sarjana program studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Unpatti Ambon ini tidak meleset. Buktinya, sederet prestasi yang kini dan pernah digenggam diantaranya Ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Maluku 2005 hingga saat ini, Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku, Sekretaris Umum Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Maluku. Sejak masih mahasiswa, telah terlatih dalam berbagai organisasi intra, maupun ekstra kampus.
Karena kepiawaiannya, membuat kebanyakan mahasiswa Unidar mengaguminya. Ramlah Hattala misalnya. Mahasiswa FKIP ini melihat, Farida adalah sosok inspirator bagi kebanyakan mahasiswa. Kehadirannya di Darussalam, sekaligus menggetarkan dan membumi.
“Bagi saya, Farida Mony adalah sosok penyemangat dan pembaharu. Dia selalu berada ditengah-tengah kaum muda, utamanya perempuan untuk terus menerobos dengan karya-karya dua kali lebih baik dari sebelumnya. Beliau selalu menyemangati seluruh komponen civitas akademika di kampus Darussalam. Dia bahkan, sesekali tampil seperti lelaki untuk terus berjuang,” ujar Ramlah Hattala.
Menurutnya, kehadiran Presidium Forhati Maluku dan Ketua Kohati Cabang Ambon 1986-1988 itu memimpin kampus Darussalam adalah rahmat. Mengapa? Ya, karena sosoknya yang rendah hati, tapi memiliki semangat juang demi kemajuan, dengan segala konsekwensi. Kehadirannya dalam memproses kemajuan Unidar terasa amat penting dan sangat dibutuhkan. Hal ini dilakukan, tidak lain, agar mahasiswa tidak tergilas zaman, melainkan terus berpacu merebut masa depan yang lebih baik dari masa lalu. (din pattisahusiwa)