Gambar atas.Dr.Mas’ud Muhammadiya. Gambar bawah Dr.Muh.Yahya Mustafa..
Harian Pedoman Rakyat tidak pernah mati. Buktinya, sekalipun tinggal nama, namun, Rabu, 1 Maret 2017, besok, mantan wartawannya tetap memperingatinya, dengan suasana kekeluargaan. Hubungan kekerabatan, perteman, dan persaudaraan tetap terjaga. Entah sampai kapan.
Saat tidak cetak, lebih sepuluh tahun lalu, mantan wartawan dna karyawan merambah di berbagai bidang. Ada ke parlemen, KPU, Panwaslu, pengusaha, PNS, hingga ustazd. Ada pula memimpin media mingguan dan bulanan. Ada yang meninggal, dan lainnya.
Diantara banyaknya mantan awak Pedoman, yang meraih prestasi di pendidikan adalah Bung Mas’ud Muhammadiyah dan Bung Muhammad Yahya Mustafa. Keduanya, bukan saja sama-sama Doktor, tetapi juga sama-sama dekan di kampusnya masing-masing. Semoga ke depan, keduanya juga sama-sama menjadi rektor.Amin.
Sewaktu mempertahankan disertasi berjudul “Analisis Semiotika Bahasa Jurnalistik dalam Surat Kabar Indonesia (Studi Kasus Kampanye Pemilukada Sulawesi Selatan Periode 2013-2018), seorang penguji menanyakan makna warna UNGU di baju kaus yang dipakai Bung Mas’ud Muhammadiyah seperti yang termuat di Majalah Inspirasi edisi Oktober 2015, dengan spontan beliau menjawab—itu kerjaan wartawan saja. Saya yang duduk di belakang, pun tersipu. Entahlah apa yang ada di balik pertanyaan Profesor kepada Bung Mas’ud Muhammadiyah.
Yang jelas, menyandang gelar akademisi tertinggi, doktoral tidak semudah membalik telapak tangan. Perjuangan menggengamnya membutuhkan pemikiran, tenaga, dan tentunya dukungan banyak komponen, termasuk keluarga dan lingkungan tempat kerja.
Lelaki Bugis, kelahiran Bojo, Kabupaten Barru, 10 Oktober 1963 ini mengakui, tujuan penelitian yang mengantarnya menggenggam Doktor, diantaranya mengklasifikasi penerapan semiotika dalam teks berita, iklan, serta menganalisis penerapan kampanye Pemilukada Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, periode 2013-2018 dalam gambar surat kabar di Indonesia.
Menurut Lektor/IIIB yang hobi musik dan renang ini, Penerapan semiotika dalam gambar dan berita ketujuh surat kabar tersebut, rata-rata memiliki fungsi yang mampu mengomunikasikan berita guna mendukung topik berita, disamping mendukung perwajahan surat kabar, karena menarik dilihat. Gambar kampanye merefleksikan fungsi normative.
Dengan demikian, Mas’ud menilai, praktik demokrasi, menciptakan fungsi gambar kampanye yang bersifat formalistik. Tentunya, dengan penekanan Pilgub Sulsel menjadi tujuan, bukan substansi pengejawantahan demokratisasi. Sehingga, hanya menampakkan fokus gambar dengan masalah yang buruk. Bukan kampanye kebijakan yang ditonjolkan. Tetapi, gambar menyerang kelemahan kandidat lawan dalam isu, atau gambar dan menyoroti kekuatan lawan dengan pesan negative.
Di bagian lain, warga Jalan Sukamulia No 42 Makassar ini mengemukakan, sebagai dekan di Fakultas Sastra, Universtas Bosowa-dulu Universitas 45, bersama rekan-rekannya menempatkan visi dan misi, menciptakan profesional bahasa dan sastra berjiwa enterpreneurship, menguasai teknologi informasi, sekaligus bakal menjadi incaran dunia kerja.
Ayah tiga orang anak masing-masing Nia Astarina Mas’ud,SH, Ian Astarina Mas’ud,S.Ked, dan Fajrul Islam Mas’ud ini, mengemukakan, alumni Sastra Unibos memiliki keunggulan diberbagai lapangan kerja. Pasalnya, bidang keilmuan yang mereka miliki lebih sempurna dan aplikaf. Prospek kerja pun menanmereka. Selain mengabdi dibidang jurnalistikk, Departemen Luar Negeri, Bank, Perusahaan Swasta, PNS, penerjemah, penulis, Ahli Bahasa, Guide, dosen, guru, hingga terjun ke bisnis. Hal ini sesuai misi founder Bosowa Group, H.M. Aksa Mahmud, yang memerlukan ribuan tenaga kerja tiap tahun untuk mengisi kebutuhan Bosowa Group.
Begitu pula Bung Muhammad Yahya Mustafa. Dekan di Universitas Sawerigading ini super sibuk. Saat memperingati dies natalis ke-56 Fisip Unhas, Minggu, 5 Februari 2017 ditandai dengan berbagai agenda kegiatan. Diantaranya, penyerahan piagam penghargaan kepada dosen dan alumni terbaik. Jenis penghargaan bernama, Life Time Achievement Award.
Penyerahan piagam dilakukan Ketua IKA Fisip Unhas, Dr.H.Andi Fashar M. Padjalangi. M.Si, di luar ruang gedung Pettarani Makassar. Para penerima masing-masing dua orang untuk semua prodi yakni Administrasi (Dr H.Muhlis Madani, M.Si), Komunikasi (Prof Dr. Anwar Arifin) dan masih banyak lagi lainnya.
Khusus untuk alumni ilmu politik yang tergabung pada Ikatan Alumni Politik (IKAPOL) Fisip Unhas, yakni, Dekan Fisip Universitas Sawerigading (Unsa) Makassar, Dr. Muhammad Yahya Mustafa, M.Si dan Ketua Bawaslu RI, Prof Dr Muhammad, S.IP, M.Si.
Muhammad Yahya adalah alumni ilmu politik Fisip Unhas 1989, mahasiswa angkatan 1984. Karirnya bermula selaku wartawan politik Harian Pedoman Rakyat Makassar 1991-2006. Sejak 2007 jadi Dosen Tetap Yayasan Fisip Unsat Makassar.
Pria kelahiran Kahu Bone Selatan, 5 Oktober 1965 ini, tamat SMA 277 Sinjai 1984, menyelesaikan S2 ilmu komunikasi PPs-Unhas 2004. Doktor sosiologi politik PPs-UNM 2016. Sejak mahasiswa sudah aktif menulis di koran lokal Pedoman Rakyat dan Fajar.
Selain mengajar, Yahya juga menjadi pembantu Humas Kopertis IX Sulawesi dan redaktur pelaksana Majalah bulan Cerdas diterbitkan Kopertis IX Sulawesi. Redaktur Pelaksana portal berita, Inipasti.com.
Nara sumber dialog dan diskusi politik di gelar partai politik dan mahasiswa di Makassar dan tempat lainnya. Menulis dan editor beberapa buku di antaranya; Jejak Sejarah Pemekaran Kolaka Utara, Sinjai 10 Tahun Dalam Memori, Siri na Pacce, Harga Diri Orang Bugis, Makassar, Mandar dan Tana Toraja. (din pattisahusiwa)