Mendirikan usaha terbilang menjanjikan. Salah satu tipsnya adalah memperhatikan permintaan pasar. Misalnya, usaha pondokan atau kost, cukup menjanjikan, terlebih bila berada di pusat kota-kota perdagangan, kota pendidikan, dan industri.
Fenomena itu dapat disaksikan bila berada di area sekitar kampus II UIN Alauddin Samata Gowa Sulsel. Bisnis pondokan yang dibangun di sekitar kampus menjamur. Sehingga banyak warga berpenghasilan dari bisnis pondokan ini tidak hanya dikalangan masyarakat biasa, tetapi juga dari kalangan pegawai, mereka juga mendirikan bisnis pondokan.
Pelajar, mahasiswa dan pegawai yang berasal dari luar daerah menjadikan pemilik pondokan menikmati keuntungan. Selain penghasilan yang terus mengalir setiap bulannya, sebagai usaha jangka panjang, pemilik pondokan bisa menikmati keuntungan dari terus naiknya nilai tanah.
Lokasi pondokan ini juga mudah dijangkau karena berada di sekitar kampua, sehingga mahasiswa yang mondok bisa hanya dengan jalan kaki ke kampus.
Bentuk pondokannya juga bermacam-macam, ada hanya satu lantai, ada juga yang dua lantai bahkan sampai tiga lantai dengan harga pun bervariasi setiap pondokan. Seperti misalnya Pondokan Rahmah, biayanya terbilang mahal bagi kelas menengah kebawah. “Kalau di Pondok Rahmah ini kita bayar 4 juta per tahun satu kamar dihuni oleh dua orang, kalau tiga orang berarti kita bayar sekitr Rp. 5 juta lebih”, kata Khaeriyah mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Alauddin Makassar, ditemui di pondokannya, Selasa 22 Maret 2016.
Fasilitas dari masing-masing usaha pondokan ini, juga bermacam-macam. Ada menyediakan tempat tidur dilengkapi meja tulis, lemari, dan kamar mandi dalam. Bahkan pondokan yang membidik pasar kelas atas yakni anak-anak orang kaya, biasa dilengkapi dengan fasilitas alat pendingin ruangan juga WIFI. Namun banyak juga pondokan menyediakan kamar kosong untuk diisi sekehendak penyewa kamar.
“Fasilitas yang disediakan di pondok ini cuma kamar mandi dalam, selebihnya disediakan penghuni masing-masing. Kalaupun ingin disediakan fasilitas lengkap seperti kasur, kipas, lemari dan sebagainya, harus bayar sekitar 7 juta”, tandas Khaeriyah penghuni Pondok Rahmah.
Pemilik pondokan dalam mempromosikan usahanya tak cukup hanya memasang spanduk “menerima kost” di depan pondokannya. Mereka harus aktif menjaring pasar, caranya, bisa dengan menyebarkan selebaran penawaran atau brosur ke kampus-kampus, kantor-kantor atau warung-warung yang ramai dikunjungi. (citizen reporter, Rasna–Mahasiswa KPI FDK UIN Alauddin Makassar, melaporkan dari Kampus II Samata Gowa Sulsel)