Oleh: Nurfajri
Ada beranda menjulang
Penyeruput seruan berulang
Maharaja tamu memadat suram
Tak merakit pamit lalu pulang
Ada beranda bermenara
Memanggul mimbar sang pendakwah
Rindu berkarat pekat
Terselip dibalik pilar berukir
Terhirup sepi menyeruak
Terbentang antara dua serambi
Ada beranda berkubah
Mashur kilau diatasnya
Romantisme galeri islam
Perjajakan tuan musafir
Ada beranda bertaman
Merebakkan bunga kasturi
Memuai dari bilik syurga
Lalu tercium semerbak firdaus
Tergelincir mesra dari rongga hidung
Pemakmur berandaNya
Dua tiga empat insan
Bersimpuh diteras-teras berdebu
Lantunan ayat-ayat bergerutu
Timbul tenggelam sembilu
Mengalungi hati yang menggebu
Tidak genap dua puluh cucu adam
Sepekan mampir sekali sekejap
Perkara ibadah jumat
Terngiang khotbah tersiar percuma
Tumpah berceceran
Tidak genap sepuluh kaum
Menyentuh beranda dalam benaknya
Melunasi lima waktu persembahyangan
Sungguh jaya hari raya
Sudut ke sudut menjaring
Penjudi, pemabuk, pegawai
Dan kacong-kacong negeri
Hentakan kakinya berbondong-bondong
Memenuhi shaf suci dalam beranda
Rupanya, hatinya putih sehari
Kembali berdebu lalu abu-abu
Menggumpal jadi titik hitam
Mantra apa ini?
Sihir ala pelet iblis
Mengkafirkan yang kafir
Kalau ada jahannam putih
Hadiahkan untuk si iblis
Biar tenang hidupnya
Tidak !
Nyatanya tidak !
Jahannam tetaplah merah
Andai beranda itu bercerita
“ Akulah beranda sang Khalik
Rumah tak bertuan milik Tuhan
Pengap harap menanti hamba
Yang menggenang asmaNya
Disepanjang hamparan sajadah
Menggelar kemenangan dijidatnya
Tidak ! aku tetap kosong
Sampai saat aku rebah ambruk
Lalu mati bersama hati-hati yang mati “
Penulis : Nurfajri
Mahasiswa jurusan PPKn FIS UNM