Sri Puji Lestari memegang hasil karyanya setelah menulis dalam kegiatan bengkel menulis
Sri Puji Lestari memegang hasil karyanya setelah menulis dalam kegiatan bengkel menulis

INSPIRASIMakassar.com, BANTAENG – Untuk semakin meningkatkan ketrampilan literasi siswa, banyak sekolah membuat program inspiratif yang bisa dicontoh dalam upaya mengasah ketrampilan siswa dalam menulis. Salah satunya yang dilakukan di SDN 7 Letta, kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Sekolah mitra USAID PRIORITAS ini  membuat program khusus pelatihan menulis untuk kelas IV,  V, dan VI dengan nama ‘Bengkel Menulis’.

“Bengkel menulis  adalah jam khusus belajar menulis yang diadakan sekolah secara rutin dua minggu sekali selama dua jam,” ujar Hasnawiyah,  guru kelas VI yang bertanggung jawab dalam program tersebut untuk kelas VI baru-baru ini.

Salah satu metode menulis yang diterapkan dalam bengkel menulis adalah dengan membimbing siswa melakukan curah gagasan dan membuat peta konsep sebelum membuat tulisan. Misalnya Sri Puji Lestari, salah satu siswa kelas VI ini belajar membuat tulisan tentang berkebun. Lewat curah gagasan,  dia menulis apa saja secara acak segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan berkebun. Misalnya dia menulis mangga, mentimun, sabit, cangkul, tanah, air, urea, dan lain-lain.

Setelah selesai mencorat-coretkan semua gagasan terkait kegiatan berkebun, Ibu Hasnawiyah meminta dia mengelompokkan apa yang dia tulis dalam kategori-kategori, misalnya tanah dan air masuk dalam kategori lahan,  semua jenis buah-buahan masuk kategori tanaman, dan seterusnya. Kategori-kategori itu kemudian dibuatkan mind mapping. Caranya dengan  menulis besar-besar kata “berkebun” di tengah kertas, dilingkari, dan ditulis tanda panah menunjuk ke  kategori yang sudah dia susun sebelumnya: tanaman, lahan, pupuk, dan sabit.

“Saya kemudian meminta dia menentukan kategori mana  yang paling  layak dikembangkan menjadi paragraf pertama,” ujar Hasnawiyah.   Puji mengembangkan kategori lahan menjadi tulisan seperti berikut: Kakekku mempunyai lahan di samping rumah. Lahan itu sangat luas. Aku biasa ikut bersama kakek ke lahan. Bermain air dan tanah. Dalam tulisan ini, sebagian kata-kata hasil brainstorming tidak digunakan, sebagian juga digunakan.

Untuk paragraf kedua dia pilih kategori sabit, dan dia menulis sebagai berikut: Kakekku biasa membawa cangkul dan sabit.

Puji mengembangkan semua kategori  yang ia susun menjadi paragraf-paragraf.  Tulisan tersebut masih  draf dan mesti dikoreksi oleh guru. Guru yang bertindak sebagai editor mengoreksi tata bahasa yang digunakan, menambah beberapa kata yang kurang, dan memberikan saran kalimat mana yang perlu dikembangkan lebih jauh.

Berdasarkan editan guru, maka Puji menuliskan kembali tulisan itu menjadi lebih tertata dan panjang. Semua rangkaian tulisan ini dari brain storming, pra penulisan, pembuatan draf, dan penulisan disatukan dan di halaman depan diberikan sampul dengan gambar bertema berkebun yang dibuat oleh Puji.

Dengan praktik yang lebih sistematis semacam ini. para siswa di SDN 7 Letta secara perlahan mampu menulis dengan lebih sistematis dan lebih baik. Hasil tulisan-tulisan siswa tersebut bisa dilihat di dinding-dinding SDN 7 Letta. “Hasil tulisan mereka menjadi panjang-panjang dan sistematis. Tulisan yang dipajang ini juga menjadi bahan belajar bagi siswa yang lain,” ujar Hasnawiyah. (*)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here