Makassar, Inspirasimakassar.id: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar terus membuktikan komitmennya dalam membantu ummat yang membutuhkan, termasuk musafir yang kehabisan biaya untuk kembali ke kampung halaman. Keluarga Muh.Ilham asal Kelurahan Jelantik, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, atau NTB, salah satunya.

Bantuan yang diberikan BAZNAS Kota Makassar untuk musafir yang kehabisan biaya kembali ke kampung halaman adalah bentuk nyata kepedulian terhadap sesama. Sekalipun bantuan itu adalah langkah kecil, tetapi memiliki makna besar dalam mewujudkan solidaritas sosial.

Selasa, 5 November 2024, pagi,  Muh.Ilham bersama  Ruthimelda dan enam anaknya mendatangi Kantor BAZNAS Kota Makassar untuk menyampaikan keluhan.

“Maaf pak, saya mau minta bantuan dari BAZNAS Makassar ini. Sebelumnya, saya pernah ke BAZNAS Provinsi, tetapi oleh petugas di sana menyarankan saya ke BAZNAS Kota Makassar ini. Makanya, saya ke sini untuk meminta bantuan biaya kapal laut untuk pulang kampung di Lombok,” ujar Muh.Ilham kepada Kabag II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS Kota Makassar, Nabil Salim didampingi staff bidang IV Muh.Irfan.

Dia menuturkan, sudah beberapa hari belakangan ini, bersama istri dan ke enam anaknya hidupnya tidak menentu. Tidak bisa tidur, dan tidak makan. Sesekali dia diberi sedekah dari orang. Bersama keluarganya juga pernah menginap di masjid.

“Saya bersama istri dan anak anak mau kembali ke kampung di Lombok Barat. Tetapi kami tidak punya biaya. Dan, jangankan biaya perjalanan, makan saja susah. Untung saja sesekali ada orang yang bersedekah,” tuturnya, sambil menunduk.

Muh.Ilham mengisahkan, tiga bulan lalu keluarga istrinya mengajaknya bekerja ke Makassar. “Maaf, istri saya ini kelahiran Makassar. Dia muallaf. Sekalipun demikian, keluarga istri saya yang non muslim menjanjikan saya pekerjaan yang lebih baik di Makassar. Sayapun mengajak istri dan enam anak ini ke Makassar, tiga bulan lalu” ujarnya.

Hanya saja, jelas pria tamatan SLTP, kelahiran Lombok, 21 Juni 1981 ini, ternyata  apa yang disepakati sebelumnya tidak ditepati keluarga istrinya di Makassar. Padahal, untuk ke Makassar ini saja hanya berbekal uang seadanya.

“Jadi, ternyata selama berada di rumah saudara istri, saya dipekerjakan sebagai pengantar air galon, dengan upah Rp2000 sekali pengantaran. Karena sangat kurang pendapatan, sementara biaya hidup di Makassar juga besar, maka saya  mencoba mencari pekerjaan  lain, tetapi tidak dapat. Malah, dalam keadaan yang susah itu, keluarga istri tidak bisa membantu sama sekali. Malah, kami sekeluarga  diperlakukan tidak manusiawi. Hanya saja, saya dan keluarga tetap sabar,” kisahnya.

Melihat keadaan yang tidak menentu, apalagi ada anak anaknya yang membutuhkan biaya, maka tidak bisa bertahan, sehingga memilih keluar dari rumah keluarga istrinya. Di saat keluar rumah tersebut, mereka memilih masjid  di pelabuhan Makassar sebagai tempat beristirahat, sembari mencari bagaimana cara untuk bisa kembali ke kampung halaman.

“Dalam situasi yang demikian itu, saya  akhirnya menjual  satu satunya alat komunikasi, yaitu Hp untuk bisa makan. Hp itu saya jual dengan harga Rp150.000. Karena sudah menjual Hp, maka otomatis saya sudah tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga lagi,” urainya.

Di dalam masjid di pelabuhan, ternyata ada seseorang yang menyarankan meminta bantuan di BAZNAS Provinsi Sulawesi Selatan. Tetapi, dia disarankan ke BAZNAS Makassar.

Setelah mengisahkan keluh kesahnya, Kabag II Nabil Salim langsung menghubungi Ketua BAZNAS Kota Makassar, H.Ashar Tamanggong yang saat itu mengikuti Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) BAZNAS Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel Almadera Makassar.

H.Ashar Tamanggong mengemukakan, lembaga amil terpercaya dan amanah yang dipimpinnya bersama Ahmad Taslim, H.Syaharudin Mayang, Waspada Santing, dan H.Jurlan Em Saho’as (masing masing Wakil Ketua I,II,III, dan IV) sudah beberapa kali membantu musafir.

Bantuan itu karena, sebagai lembaga resmi yang berwenang dalam pengumpulan dan penyaluran zakat, infak, dan sedekah, mengambil langkah nyata dalam memberikan bantuan kepada musafir yang terjebak dalam situasi sulit ini. Program bantuan ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan sokongan finansial, tetapi juga untuk menyentuh aspek kemanusiaan yang lebih dalam.

Bantuan yang diberikan BAZNAS kepada musafir ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk mengentaskan kemiskinan dan memberikan perhatian kepada sesama. Musafir yang terjebak sejak jauh dari rumah, biasa menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehabisan uang untuk ongkos transportasi hingga ketidakpastian saat mencari tempat berteduh.

BAZNAS Makassar, demikian ATM-sapaan akrabnya, tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi juga dukungan moril. Sekalipun demikian,   Tim BAZNAS tetap melakukan verifikasi.

“Jadi, bantuan kepada musafir ini, tidak sekadar langkah mengatasi masalah saat itu juga, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang. Musafir yang mendapatkan bantuan dapat kembali ke rumah, berkumpul dengan keluarga, dan melanjutkan hidup mereka. Ini tentu memberikan kebahagiaan tersendiri dan memperkuat ikatan kekeluargaan,” jelas Doktor UMI Makassar ini, seraya mengakui, langkah BAZNAS Makassar ini juga menginspirasi individu dan organisasi lainnya untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial.

ATM menambahkan, seluruh biaya yang diperbantukan berasal dari para muzakki yang berasal dari ASN dan guru guru muslim se Kota Makassar, jajaran perusda, UPZ masjid, orang perorang, jajaran Polres Pelabuhan Makassar, dan lainnya.

Nabil Salim menambahkan, setelah disetujui, maka  lembaga amil yang beralamat di Jalan Teduh Bersinar nomor 5 Makassar itu memberikan bantuan Rp5.680.000. “

“Meski bantuannya ala kadarnya, tetapi apa yang diberikan bukan hanya sekadar angka, tetapi merupakan jembatan menuju kebahagiaan dan keluarga di kampung halaman mereka,” tuturnya, seraya merinci Rp5.680.000 tersebut untuk keperluan biaya kapal untuk delapan orang Rp680.000,  biaya bus  dari pelabuhan Lombok ke kampung halamannya di Jelantik sebesar Rp2000.000, dan biaya konsumsi  Rp3000.000. (din pattisahusiwa—tim media baznas kota makassar)

BAGIKAN
Berita sebelumyaKabid Penaiszawa dan Katim SBI dan MTQ Hadiri Pembukaan MTQ Korpri di Palangkaraya
Berita berikutnyaKampanye Terbatas Paslon 2 Diprediksi akan Dihadiri Ribuan Warga
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here