Makassar, Inspirasimakassar.Id:

Kemiskinan Ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial. Seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika biaya kebutuhan hidup sehari-harinya berada di bawah garis kemiskinan esktrem; setara dengan USD 1.9 PPP (Purchasing Power Parity).

PPP ditentukan menggunakan “absolute poverty measure” yang konsisten antar negara dan antar waktu. Dengan kata lain, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp. 10.739/orang/hari atau Rp. 322.170/orang/bulan (BPS,2021). Sehingga misalnya dalam 1 keluarga terdiri dari 4 orang (ayah, ibu, dan 2 anak), memiliki kemampuan untuk memenuhi pengeluarannya setara atau di bawah Rp. 1.288.680 per keluarga per bulan (BPS, 2021).

Untuk maksud itu, Pemerintah Kota  (Pemkot) Makassar terus berupaya  mengatasi kemiskinan ekstrem di 15  kecamatan. Jumlahnya mencapai 15.649  Kepala Keluarga (KK). Kecamatan Tallo  paling tertinggi, sementara terendah di  Ujung Pandang.

Wakil Wali Kota Makassar, Fatmawati Rusdi mengatakan, pengentasan masalah kemiskinan kota ini merupakan PR besar pemerintah. Dia juga meminta seluruh pihak di kecamatan aktif bergerak mendata masyarakatnya yang masuk kategori miskin ekstrem agar data senantiasa akurat.

Menurutnya, pembahasan anggaran perubahan semakin dekat, menurutnya penyesuaian kebijakan bisa dilakukan jika data-data baru bisa masuk. Apalagi tahun 2024 nanti sudah harus masuk dalam daftar tidak ada lagi warga yang masuk dalam kemiskinan ekstrem.

Makanya, dia mendesak OPD-OPD terkait seperti Disnaker, Dinas Koperasi, Dinas  Perumahan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas  Pendidikan untuk lebih progresif dalam  menekan angka tersebut. “Saya selalu turun ke bawah dan masih  banyak menemukan hal-hal yang menjadi faktor kemiskinan ekstrem,” tutupnya.

Sementara itu, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah  (Bappeda) Kota Makassar pun merilis jumlah kemiskinan ekstrem di 15 kecamatan ini.  Data tersebut berasal dari Kemenko PMK.

Kepala Bidang Sosial dan Budaya, Bappeda Kota Makassar, Noptiadi, Kamis 21 Juni 2023 mengatakan,  garis kemiskinan ekstrem ini dapat  dikategorikan lewat pendapatan harian yang hanya mencapai Rp11 ribu perhari atau kurang.

Menurutnya, Pemerintah setidaknya telah merinci jumlah kemiskinan di tiap kecamatan. Data-data ini akan menjadi acuan utama dalam pemberian bantuan sosial hingga kebijakan-kebijakan lainnya. “Ini akan menjadi sumber data bagi teman-teman di kelurahan untuk melakukan verifikasi,” tuturnya.

Wilayah paling tinggi tingkat kemiskinan ekstremnya, demikian Noptiadi, berada di  Kecamatan Tallo yang berjumlah 2.907 KK  disusul Tamalate 2.348 KK, Panakkukang  1.916 KK, dan Makassar 1.842 KK.

Dia menambahkan, pihaknya menargetkan pengentasan kemiskinan ini bisa dihapuskan hingga tahun 2024. Dalam dua tahun ke depan, pemerintah akan bekerja keras untuk mengentaskan masalah tersebut. Seluruh sumber daya pemerintah kota akan dioptimalkan untuk mengakomodasi mereka dibelbagai kegiatan.

“Penghapusan kemiskinan ekstrem dilakukan bersama-sama lintas SKPD baik itu NGO, dunia usaha, dan lainnya. Terutama bagaimana dengan program-program peningkatan kapasitas, peningkatan

intervensi berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan masyarakat,” urainya. (syasa-r).

BAGIKAN
Berita sebelumyaBidang Pembangunan Manusia Bappeda Makassar Bahas Sosial Budaya
Berita berikutnyaCamat Kepulauan Sangkarrang dan Polres Pelabuhan Bersama BPN Lakukan Pengukuran Tanah
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here