Makassar, Inspirasimakassar.com:
Kondisi seseorang yang hidup dalam ketidakberdayaan, atau tak mampu memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya, baik ekonomi, maupun sosial biasanya tercermin dalam kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan, ketertindasan, dan penderitaan yang tiada putus. Mereka lemah, karena ketidakmampuan mendapatkan harta. Orang-orang ini berhak mendapatkan bantuan. Salah satunya seperti yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Makassar.
Ketua Bazanas Kota Makassar, H.Ashar Tamanggong, Senin, 4 Oktober 2021 mengemukakan, lembaga pemerintah nonstruktural mandiri yang dipimpinnya terus melakukan berbagai terobosan, sekaligus memberi bantuan kepada mereka yang benar benar berhak menerimanya.
Ashar Tamanggong mengaku, bantuan yang diberikan Baznas benar benar adalah fakir dan miskin. Fakir misalnya adalah, orang tua jompo, dan hidup sebatang kara. “Dengan bantuan yang diberikan Baznas Kota Makassar tujuannya untuk memastikan, para fakir ini bisa makan setiap bulan..
Begitu pula bantuan yang diberikan kepada orang miskin, diharapkan bisa mengangkat hidup mereka. Mereka bisa memanfaatkan bantuan ini dengan baik, sehingga suatu saat mereka tidak selalu menerima bantuan, khususnya zakat, atau mustahik, melainkan bisa menjadi Muzakki, atau pemberi zakat kepada orang lain.
“Insya Allah, tahun depan, program ini akan berlanjut. Hanya saja, penerima bantuan Baznas sudah ada beberapa yang meninggal, sehingga akan dicari penggantinya,” tambahnya.
Pernyataan senada dikemukakan Ketua II Baznas Kota Makassar, H.Jurlan Em Sahoas. Menurutnya, agar tetap sasaran, lembaga yang bertanggungjawab kepada Walikota Makassar ini, tentunya terus melakukan inovasi, serta memiliki desain-desain untuk meyakinkan orang untuk berzakat, bersedekah, dan berinfak.
“Baznas melaksanakan fungsi perencanaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat,” ujar, jurnalis dan seniman ini.
Salah seorang penerima bantuan Baznas Kota Makassar adalah Syamsia Daeng Sa’nga. Perempuan jompo ini hidup seorang diri digubuk berukuran sekitar 2 x 2 meter. Persis di lokasi pemulungan sampah, di Jalan Pamolongan Bara-baraya Utara, Kelurahan Mamajang, Kecamatan Makassar, Kota Makassar.
Syamsia Daeng Sa’nga, menerima bantuan bulanan seperti tertuang dalam SK Ketua Baznas Kota Makassar No:001/Kep/Baznas-MKS/I/2021, tanggal 10 Januari 2021 Nomor 101/Kep/Baznas-MKS/2021 tentang pergantian penerima bantuan bulanan keluarga tidak mampu tahun 2021.
Ditemui tim Baznas Kota Makassar belum lama ini, Sa’nga mengenakan kaus lengan panjang, dipadu celana panjang sudah lusuh. Begitu pula jilbab kembang yang dikenakan. Di sisi lain, karena termakan usia, penuturannya pun serak, dan pelan.
Soal gubuk yang ditempatinya, Sa’nga membangunnya bersama suaminya. Dindingnya terbuat dari seng bekas yang sudah berkarat. Begitu pula tiang penyanggah dan bambu yang mudah patah. Atap selain dari seng yang sudah bocor, juga bekas bekas spanduk. Spanduk itu diikat tak beraturan, sehingga jika angin, atau hujan, gubuknya terendam air.
“Kalau hujan, air masuk. Saya duduk sambil tidur. Begitu, hampir setiap malam,” tuturnya.
Di dalam gubuknya, juga terlihat barang barang bekas yang dipungut dari sampah, kemudian dibersihkan. Misalnya piring plastik, gelas plastik untuk dijadikan sebagai tempat makanan. Terlihat pula kasur bekas. Di dalam gubuk juga terdengar cecak, dan tangisan kucing.
Setelah sekian tahun hidup bersama sang suami, orang yang selalu menemaninya baik dalam suka maupun duka itu pun pergi untuk selamanya. Meninggal. Kini dia tinggal seorang diri. Tidak ada anak, apalagi cucu. Tidak pula punya saudara, baik di Kota Makassar, maupun di kampung halamannya, Takalar. “Dulu saya punya anak empat orang, namun semuanya meninggal,” tambahnya.
Setiap hari, sekalipun sudah berumur renta, namun tidak menjadi halangan baginya mengais rezeki di tumpukan sampah. Dia mengumpulkan barang barang bekas, beberapa hari kemudian baru dijual ke pedagang pengumpul.
“Saya harus bekerja begini. Kalau tidak, saya mau makan apa. Mau makan di mana. Di sini, tidak ada yang membantu saya. Dan, setiap hari Jumat, saya keluar. Karena pada hari Jumat itu, ada warga yang kebetulan membagai bagi makanan dos di jalanan. Kalau saya dapat, sebagian saya pulang untuk di makan sekitar dua hari,” ujarnya, dengan tatapan kosong.
Sekalipun hidup dibawah standar, namun Sa’nga tetap berbesar hati. Dia kepingin membangun gubuk semi parmanen. Hanya saja, selain lahan yang ditempati milik tokoh nasional yang juga mantan wakil presiden, Jusuf Kalla, juga tidak punya modal.
“Kalau ada uangku, saya mau bangun ini gubuk. Sebab, sudah lama, saya hidup di sini, begini. Gelap, bocor. Tetapi, kalau mau bangun, harus bayar tukang. Biaya besar. Tidak ada uangku,” tuturnya, sambil sesekali menghela nafas..
Lalu bagaimana responnya saat menerima bantuan dari Baznas Kota Makassar? Sa’nga mengaku sangat bersyukur. Bantuan ini sangat berarti. Beras dia akan masak, kemungkinan lebih sebulan. Begitu pula Super mie, dan lainnya bisa dipakai untuk memenuhi hidup lain. “Sedangkan uang, saya bisa beli keperluan hari hari. Jika ada sisa, saya simpan.
Sekadar diketahui, Baznas Kota Makassar periode 2021-2026 masing-masing H.M. Ashar Tamanggong S.Ag (ketua), Ahmad Taslim, S.Ag.,M.Si (ketua I), Abd.Jurlan Em Sahoas (ketua II), dan Dr. Waspada Santing, M.Sos.I. M.Hi (ketua III). (nyong)