Jakarta, INSPIRASI MAKASSAR.COM – Ancaman boikot yang dilancarkan masyarakat Australia, berkaitan dengan akan dieksekusinya dua warga Negeri Kanguru karena kasus narkotik, akan berdampak pada kerja sama kedua negara, terutama pada sektor perdagangan dan pariwisata.

Menurut ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, kerugian itu timbul karena selama ini Indonesia banyak mengimpor sapi dan gandum. Sedangkan jumlah turis asal Australia yang ke Tanah Air adalah ketiga terbanyak setelah Singapura dan Malaysia.

Kementerian Pariwisata mencatat, pada 2014, ada 1,09 juta turis asal Australia. Biro Pusat Statistik, pada 2013, mencatat rata-rata mereka membelanjakan US$ 1.473,86 per kunjungan. “Kalau investasi, Australia tidak terlalu besar,” kata Fadhil kemarin.

Namun gangguan ini hanya jangka pendek bagi Indonesia. Sedangkan bagi Australia, dampaknya berpengaruh jangka panjang. Fadhil mencontohkan, beberapa tahun terakhir, surplus dinikmati Australia.

Kementerian Perdagangan mencatat, pada 2012, nilai perdagangan Indonesia-Australia defisit US$ 392,23 juta. Defisit meningkat menjadi US$ 667,68 juta pada 2013, dan pada Januari-November 2014 sebesar US$ 511,32 juta.

Saat Australia menyetop ekspor sapi ke Indonesia pada 2011, mereka pula yang membukanya. “Australia lebih butuh Indonesia daripada sebaliknya,” tutur Fadhil.

Pemerintah Australia meningkatkan tekanan menjelang pelaksanaan eksekusi terpidana mati warga Australia, Andrew Chan, 31 tahun, dan Myuran Sukumaran, 33 tahun, anggota Bali Nine yang pada 2005 menyelundupkan heroin keluar dari Indonesia.

Ahad lalu, di Sydney, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengancam Indonesia akan beroleh pembalasan diplomasi jika mengeksekusi Chan dan Myuran. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengatakan warganya bisa membatalkan kunjungan ke Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan Indonesia di mata Australia merupakan mitra dagang strategis karena banyak komoditas diekspor negeri itu. “Mereka akan kehilangan pasar karena kita banyak impor daging Australia,” katanya. (*)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here