INSPIRASI Jakarta – Anak Mendikbud Anies Baswedan tidak lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016. Anies menyebut anaknya tidak lulus karena perbedaan kurikulum yang anaknya alami karena sempat melakukan pertukaran pelajar.
“Iya anak saya daftar SNMPTN enggak masuk. Bapakmya enggak ikut-ikut, saya (hanya) ikut nemenin daftar. Anak saya itu karena ganti kurikulum. Jadi dia kelas 1 dan 2 pakai kurikulum lama KTSP, lalu dia pergi pertukaran pelajar 1 tahun di Denmark. Ketika pulang, sekolahnya pakai kurikulum 2013, konversinya lain,” ujar Anies di Hotel Grand Sahid, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2016).
Anies mengaku tidak mengupayakan sesuatu ketika anaknya tidak lulus SNMPTN. Ia memberi pesan pada anaknya untuk tetap menjadikan pelajaran hidup akibat kejadian ini.
“Tapi saya enggak usahain satu sama lain, biarkan saja dan biarkan itu jadi bagian dari pelajaran hidup. Hidup itu penuh naik dan turun. Saya katakan kepada dia belajar lagi sekarang, belajar all out ikuti ujian. Masih ada dua kesempatan,” kata Anies.
Ia juga mengimbau kepada anak-anak dan orang tua untuk tidak putus asa akibat tidak mendapatkan kampus yang diidamkan. Ia menyebut masih ada kesempatan lainnya seperti SBMPTN dan ujian mandiri.
“Masih banyak kesempatan dan katanya kalau mereka berprestasi insya Allah daftar seleksi SBMPTN itu lulus,” ujar Anies.
Sementara itu, tak satupun dari 380 siswa IPA reguler SMAN 3 Semarang lolos SNMPTN. Sebaliknya siswa IPS dan IPA Akselerasi lolos. Mendikbud Anies Baswedan menyebut masalahnya bukan di SKS, tetapi ada faktor lain.
“Di SMA yang sama sekolah yang jurusan IPS enggak masalah. Berarti masalahnya enggak di SKS. Berarti ada faktor lain. Saya ingin membantu meluruskan saja cara kita mencari kesimpulan. Kalau karena sistem itu buktinya ada sekolah lain yang bisa,” ujar Anies.
Anies menyebut ada 50 sekolah yang pakai sistem SKS, dari 50 ada 7 sekolah yang pakai sistem SKS di Jateng. Dalam pelaksanaan SNMPTN ini sekolah diharuskan memiliki database siswa hingga riwayat nilai rapornya dan mengunggahnya ke sistem yang dinamakan Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) online.
Tidak lulusnya siswa SMA 3 Semarang jurusan IPA disebut akibat ada nilai yang tidak terisi di sistem PDSS. Anies sangat menyayangkan hal tersebut. Anies berharap sistem itu bisa mengatur data yang belum lengkap.
“Menurut saya sistemnya itu kasihan anak-anak kalau memang harus diisi lengkap. Harusnya kalau belum lengkap ya enggak bisa submit dong. Kan kasihan mereka belum lengkap enggak bisa disubmit. Yang terjadi sekarang kan panitia mengatakan data enggak bisa disubmit. Anak-anak kasihan,” ungkap Anies.
Sebelumnya, Wakil Kepala Sekolah SMAN 3 Semarang bidang Kurikulum, Emmy Irianingsih menjelaskan Sistem Kredit Semester (SKS) dengan pola discontinue yang artinya mata pelajaran disetting on atau off pada semester tertentu. Sistem ini dilaksanakan sejak 2012.
Pola SKS tersebut yaitu dibuat empat seri yang dikembangkan untuk 5 atau 6 semester, sehingga mata pelajarannya dibagi. Jika dalam satu semester tidak ada mata pelajaran misalnya Kimia, maka statusnya off.
“Bukan nilainya yang kurang, memang mata pelajarannya tidak muncul karena off, jadi munculnya misal di semester 1, 3, 4, dan 6,” terang Emmy.
Menurut Emmy, nilai yang kosong di PPDS online adalah mata pelajaran yang statusnya off. “Yang off itu (yang kosong), karena memang tidak ditempuh misal Kimia di semester 3. Karena off mata pelajaran tidak muncul di setiap semester,” pungkas Emmy. (dtc)