Dulu, boneka hanya dimainkan anak-anak perempuan. Selain bentuknya yang lucu, juga sesuai sifat kaum hawa. Sekarang, mainan universal ini sudah banyak berubah dari bentuk dan kegunaannya. Bahkan, boneka tidak sekadar milik anak perempuan, malah, remaja, hingga dewasa.
Boneka adalah mainan yang lucu dan menggemaskan. Penggemarnya tak hanya anak-anak. Orang dewasa pun mengoleksinya sebagai pajangan. Hal ini membuat pasarnya meluas.
Yuliani Suparmin misalnya. Alumni Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar 2015 ini mengakui, bersama dua rekannya mengubah bentuk boneka menjadi kreasi yang unik. Namanya, Boneka Wisuda Yunuka. Nama Yunuka adalah akronim dari penggagasnya. Yuli-sapaan Yuliani Suparmin, Nur-sapaan Nur Fatimah Syukur, dan Siska-sapaan Siska Amelinda. Ketiganya satu almamater saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, 2013 silam.
Nur Fatimah Syukur dan Siska Amelinda adalah alumni Fakultas Pertanian. Mereka berkeyakinan, bisnisnya tidak saja berkembang di Makassar dan sekitarnya, melainkan akan merambah kawasan timur Indonesia. “Kedepan, kami akan membangun bisnis boneka wisuda ini lebih meluas. Dengan kerja keras dan ketekunan, kami akan merajai pasar. Karena itu, kami akan mempersiapkan karyawan yang profesional. Kami juga siap bersaing dengan pebisnis serupa, baik di Jawa, maupun daerah lainnya,” ujar Yuli kepada Inspirasi, pertengahan Desember 2015.
Yuli dan Siska terinspirasi lantaran pengalaman mereka kesulitan mendapatkan boneka wisuda di Makassar yang murah tapi berkualitas. Lain halnya dengan Nur yang kecewa dengan boneka wisuda yang dibeli secara online tidak sesuai harapan.
“Karena itu, kami tergerak membuat boneka yang beda dari lainnya. Lebih variatif dan berkualitas. Didesain khusus agar sama dan persis toga yang dipakai wisudawan. Harganya pun murah,” ujarnya.
Untuk memulainya, Yuli Cs mengumpulkan modal awal. Masing-masing Rp150.000. Dana Rp450.000 itu untuk membeli paralatan dan bahan-bahan berupa kain flannel, kain asahi, tile, kain pur, bunga plastik, pita, benang, lem, hingga jarum. Ketiganya kemudian menguji coba pembuatannya. Awalnya, mereka menjual di salah satu kampus yang mengadakan wisuda, namun tidak laku. Mereka tak patah semangat. Inovasi pun terus dilakukan, termasuk pemasaran via online. Hasilnya laris manis.
Hanya saja, disaat mulai berkembang, Siska Amelinda fakum. Sekalipun tinggal dua orang, namun semangat tidak kendor. Malah terus menggiatkan kreativitas menghasilkan boneka wisuda berkualitas. Agar mendapatkan hasil maksimal, gadis manis kelahiran Soppeng, 17 Juli 1992 ini bersama Nur Fatimah Syukur menggunakan bahan baku berkualitas. Misalnya kain flanel, aksesoris, toga, pin, dan lainnya. Bahan baku selain berasal dari Makassar, juga Bandung dan Bekasi.
Pelanggannya pun bukan saja Unhas, melainkan UNM, UMI, Unismuh Makassatr dan Parepare, UIN Alauddin, Poltekkes Makassar, STIE YPUP Makassar, Poltek Negeri Ujung Pandang, STMIK Dipanegara, STMIK Profesional, Universitas 45, Universitas Atma Jaya Makassar, Stikes Panakkukang, Sandi Karsa Makassar, UIT, ATIM dan lainnya.
Bahkan, sejumlah sarjana dari luar Makassar saat diwisuda pun demikian. Misalnya dari Gowa, Bone, Wajo, Sorowako, Manado, Kendari, Tangerang, Bekasi, hingga Medan. “Permintaan saat mereka ujian meja dan menjelang wisuda,” tutur perempuan yang pernah bercita-cita menjadi ahli perpajakan ini.
Yuli Cs mematok Rp85.000 ukuran 25 cm dan Rp180.000 ukuran 55 cm, tergantung jenis dan tingkat kerumitan. Sedangkan bunga plastik dan buket harganya Rp10.000 hingga Rp120.000. Jenis boneka wisuda pun bervariasi, diantaranya dengan karakter kartun seperti boneka wisuda Doraemon, Mickey Mouse, Hello Kitty, Sponge Bob, Minion, Keroppi, Winnie The Pooh,Teddy Bear. Boneka wisuda dengan karakterhewan pun diproduksi, diantaranya boneka wisuda panda, gajah, sapi, kucing, anjing, monyet, dan lain-lain. Misalnya, buket boneka, kombinasi antara buket bunga dan boneka wisuda.
Setiap hari mereka memproduksi 3 hingga 5 boneka. Sedangkan tiap periode wisuda memproduksi 20 buah boneka dan bunga plastik sekitar 10 buah. Usaha ini juga sudah memiliki beberapa reseller terutama kalangan mahasiswa. Agar merajai penjualan boneka wisuda, Yuli akan merekrut sejumlah karyawan. “Tetapi, kami akan menggelar pelatihan, hingga mereka matang. Sebab, kami tidak mau karyawan yang asal-asalan. Karyawan nantinya juga terpercaya dan amanah,” jelas sulung dari empat bersaudara pasangan Drs. H. Suparmin dan Dra. Hj. Nurmi (keduanya guru SMKN 1 Barru).
Soal promosi, Yuli mengaku tak hanya lewat mulut kemulut pelanggan, rekan-rekannya, dan keluarga dekatnya, tapi juga melalui media sosial seperti BBM, Line, juga instagram @bonekawisudayunuka. Sekalipun mulai membuahkan hasil, namun Yuli belum menyebut omzet setiap bulannya. Termasuk tidak memperdulikan pebisnis serupa. Keduanya memberikan pelayanan lebih bagi pelanggan, menerima pesanan dengan desain khusus yang diinginkan pelanggan, sekaligus mempertahankan kualitas. (din )